MATIUS 4:8-9
Dan Iblis membawa-Nya
pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua
kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: "Semua itu
akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
Harta dan takhta banyak kali membawa manusia lupa akan
kodratnya di hadapan Allah. Demi memburu
harta dan takhta, Allah ditinggalkan. Harta
dan takhta menjadi ‘allah’. Jika harta
dan takhta telah menjadi ‘allah’ maka Allah tidak lagi menjadi pusat perhatian
dan penyembahan. Yang mengendalikan
bukan lagi Allah, tetapi keinginan untuk memperoleh harta dan takhta. Harta dan takhtalah yang menjadi pengikat. Kalau sudah seperti ini, maka hidup akan diisi
dan dipenuhi dengan berbagai niat busuk dan tindakan melawan Allah.
Orang yang hatinya terpikat oleh harta, sulit bersyukur
kepada Allah karena merasa bahwa segala pencapaiannya adalah usahanya
semata. Orang yang haus kedudukan dan juga
yang memiliki kedudukan sering berlaku busuk dan sewenang-wenang serta bertindak
untuk kepentingan sendiri. Orang yang
seperti ini tidak akan ragu untuk melepaskan Allah demi harta dan takhta. Orang yang demikian akan berkata: “Tuhan
tidak penting, harta dan takhtalah yang penting.” Tetapi Firman Tuhan berkata: “Terkutuklah
orang yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan yang hatinya menjauh dari
TUHAN” (Yer. 17:5).
Tetapi bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara juga termasuk orang-orang yang
haus akan harta dan takhta? Semoga kita
tidak termasuk di dalamnya. Mari kita
belajar dari Tuhan kita, Yesus Kristus, yang pernah diperhadapkan dengan cobaan
seperti ini. Kiranya melalui Firman
Tuhan hari ini, kita dikuatkan dan diinsafkan jika kita banyak kali tergoda
dengan cobaan seperti ini.
Sekali lagi Iblis mempunyai kesempatan untuk mencobai Tuhan
Yesus secara langsung. Setelah kalah
telak dalam babak pertama dan kedua, dalam babak ketiga Iblis membawa Tuhan
Yesus ke atas gunung yang sangat tinggi.
Jika kita berada di atas gunung yang sangat tinggi, kita akan melihat
segala keindahan yang ada di bawah gunung.
Pemandangan yang begitu indah itu membuat kita kagum akan karya Allah
dalam alam semesta. Kita bisa melihat
betapa hebatnya Allah menciptakan keindahan alam ini. Kita merasakan kesejukan dan kesukaan tatkala
melihat agungnya ciptaan Allah. “Oh,
sungguh Allahku Mahaperkasa, Dialah yang menjadikan semua ini.”
Tetapi ada yang tidak biasa dengan sikap Iblis dalam
mencobai Tuhan Yesus. Ketika melihat
keindahan dan kemegahan dunia ciptaan Allah, Iblis bukannya memuji Allah, malah
mencobai Allah. Ia melihat segala
kemegahan ciptaan Allah, tetapi tidak membuatnya tunduk kepada Allah. Iblis menyadari bahwa perbuatannya tidak
benar, tetapi kesadaran itu tidak membuatnya memuji Allah, sebab dia tidak akan
pernah hidup dalam kebenaran.
Setibanya di gunung yang sangat tinggi, Iblis pun
bereaksi. Ia memperlihatkan segala
kerajaan dunia dan kemegahannya kepada Tuhan Yesus. Dalam Injil Lukas tertulis, bahwa Iblis
memperlihatkan semua kerajaan dunia dalam sekejap mata. Apakah itu ilusi semata yang dibuat oleh
Iblis? Apakah yang diperlihatkan Iblis
kepada Tuhan Yesus adalah palsu atau tipuan?
Kalau memahami hal ini hanya sepintas lalu, mungkin kita akan
beranggapan itu hanya tipuan semata. Apalagi
yang melakukan ini adalah si Iblis. Kalau
berpatokan pada kenyataan ini, memang benar.
Tetapi dari penggunaan kata memperlihatkan dalam teks Yunani, apa yang dilakukan oleh Iblis ini
bukanlah tipuan, tetapi menyatakan realitas dari apa yang diperlihatkannya. Apa yang diperlihatkan oleh Iblis memang
sesuai fakta. Begitu pun penggunaan tas basileias tou kosmou menunjuk pada
kerajaan dunia yang nyata, bukan kerajaan dunia khayalan. Pemakaian artikel tas dan tou menegaskan
bahwa kerajaan dunia yang diperlihatkan oleh Iblis sungguh ada. Dalam hal ini Iblis tidak berbohong. Ia sungguh memperlihatkan kepada Tuhan Yesus
segala kerajaan dunia dengan kemegahannya.
Tetapi mungkin kita akan bertanya, bagamana cara Iblis bisa
memperlihatkan semua kerajaan dunia kepada Tuhan Yesus? Iblis telah diberi kuasa oleh Allah melebihi
makhluk yang lain. Hanya saja dia tidak
menggunakan kuasa yang diberikan oleh Allah dengan cara yang benar. Jika kita mengetahui akan hal ini, tidak
sulit bagi kita menerima kenyataan ini. Kita
saja manusia bisa melakukan apa yang dilakukan Iblis, walaupun tidak sama
seperti yang dilakukan Iblis kepada Tuhan Yesus. Jika pergi ke suatu taman yang sangat luas,
kita butuh waktu yang cukup lama untuk melihat semua keindahan taman itu. Tetapi untuk memudahkan kita melihat semua
taman itu dalam sekali lihat, kita bisa melihat miniatur dari taman itu.
Setelah Iblis memperlihatkan segala kerajaan dunia, Iblis
masuk pada tujuan utamanya. Ia berkata
kepada Tuhan Yesus: “Semua itu akan
kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Dari perkataannya ini nampak klaim Iblis
bahwa segala kerajaan dunia dan segala kemegahannya adalah miliknya. Dengan tidak ada malu Iblis menghampiri Tuhan
Yesus dengan perkataan demikian. Milik
siapakah langit dan bumi? Milik siapakah
dunia ini? Milik siapakah kerajaan dunia
ini? Semuanya adalah milik Allah. Iblis tidak mempunyai hak milik.
Tetapi ia telah berusaha begitu rupa untuk merampas milik
Allah. Dan dalam keadaan tertentu Iblis
berhasil melakukannya. Allah menciptaan
dunia ini dengan segala keindahan dan kemegahannya, tetapi dunia lebih memilih
Iblis untuk menjadikannya allah atas mereka.
Banyak kerajaan dunia yang berada dalam cengkeraman Iblis. Namun perbuatannya itu tidak benar. Ia telah mencuri apa yang menjadi hak
Allah. Harusnya Iblis malu dan
tersungkur di hadapan Tuhan Yesus, sebab Dialah Pemilik dari langit dan bumi
serta segala isinya. Harusnya ia
mengakui kesalahannya yang telah merampas dan mencuri hak milik Allah. Tetapi apa yang terjadi? Dengan kesombongan Iblis berkata kepada Anak
Allah yang telah menjadi Manusia: “Semua
itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”
Seolah-olah kerajaan dunia ini adalah miliknya. Di sinilah letak kebohongan Iblis. Tadinya ketika ia memperlihatkan segala
kerajaan dunia dengan segala kemegahannya, ia tidak berbohong. Tetapi dalam moment yang sama, dia berbohong
dengan mengatakan bahwa dialah pemilik kerajaan dunia dan kemegahannya. Kita juga mungkin melakukan hal yang sama
dengan Iblis. Ketika kejujuran
memuluskan rencana busuk kita, maka kejujuran akan tampil di depan. Tetapi ketika kebohongan memuluskan rencana
kotor kita, maka kebohonganlah yang akan kita gunakan.
Iblis tidak malu akan pengakuannya di hadapan Tuhan
Yesus. Apa yang bukan miliknya, ia akui
sebagai miliknya hanya karena ingin rencananya berhasil. Kita juga seringkali demikian. Kita tidak malu mengakui sebagai hak kita apa
yang bukan hak kita. Apa yang bukan
menjadi milik kita, tidak malu kita akui sebagai milik kita. Malulah untuk mengakui apa yang bukan milik
dan bagian kita. Tetapi banggalah untuk
mengakui apa yang menjadi hak dan kepunyaan kita.
Dengan keyakinan yang kuat dan begitu meyakinkan, Iblis datang
dengan pengakuan yang seperti itu. “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika
Engkau sujud menyembah aku.” Semua
kerajaan dunia dengan kemegahannya akan kuberikan kepada-Mu, tetapi ada
syaratnya. Aku tidak akan memberikan
dengan cuma-cuma. Aku ingin ada timbal
balik. Aku memberi, Engkau juga harus memberi
kepadaku. Aku memberi Engkau semua
kerajaan dunia ini, tetapi Engkau pun harus memberi penyembahan-Mu
kepadaku. Seperti itulah maksud
Iblis.
Semua itu akan
kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku. Iblis menyerang Tuhan Yesus dengan strategi
yang luar biasa jitu. Jika orang biasa
ditawarkan seperti ini, sulit sekali menolaknya. Para koruptor saja yang tidak secara langsung
dicobai oleh Iblis sudah jatuh ke dalam tindakan kosupsi. Apalagi jika head to head seperti yang dialami Tuhan Yesus. Dengan tipu daya dan rayuan manis Iblis, pasti
orang yang tidak kuat akan langsung terpancing oleh godaan dan cobaan
Iblis.
Iblis sudah mempunyai segudang pengalaman dalam hal
ini. Ia sudah berulang-ulang kali
mengelabui dan membawa manusia menyembah dia karena harta dan takhta. Serangan Iblis merupakan serangan yang
melumpuhkan. Sulit bagi manusia untuk
lepas dari serangan cobaan seperti ini, kecuali orang itu bergantung penuh pada
kehendak Tuhan. Nah, sekarang Iblis
menggunakan salah satu titik terlemah manusia untuk datang mencobai Tuhan
Yesus.
Tetapi apakah harta dan takhta itu tidak baik? Sebenarnya inti persoalan bukan terletak pada
harta dan takhta. Tetapi persoalannya
adalah pada hati dan niat hati serta sikap hati kita. Kita memiliki banyak harta dan mempunyai
kedudukan di dunia ini tidak menjadi masalah.
Tetapi pertanyaan penting dalam hal ini: dengan cara apakah kita memperolehnya?
Dan kalau kita memiliki harta dan takhta, bagaimanakah cara kita bersikap dan mempertangungjawabkannya di hadapan
Allah dan sesama?
Tawaran Iblis menyenangkan sekali. Yang ditawarkan bukanlah dukacita, bukan pula
kesusahan. Iblis tidak menawarkan salib
kepada Tuhan Yesus. Tetapi dia menawarkan
kesenangan, kemegahan dan kemewahan. Dia
menawarkan harta dan kedudukan di dunia ini.
Tetapi syaratnya merupakan pedang pemutus antara hubungan Tuhan Yesus
dengan Allah Bapa. Menerima tawaran yang
menggiurkan dari Iblis berarti memutuskan hubungan dengan Sang Bapa. Tetapi Tuhan Yesus sungguh tahu jalan mana
yang harus ditempuh-Nya dan Ia telah menempuh jalan yang tepat. Ia telah menolak untuk ketiga kalinya tawaran
Iblis.
Iblis bisa menawarkan kita kekayaan dan kekuasaan. Ia bisa memberikan kekayaan dan kekuasaan
kepada kita di dunia. Ia tidak berbohong
dalam hal ini. Namun dengan mengikuti
dia, maka kita memisahkan diri dari Allah.
Inilah yang paling dinanti-nantikan oleh Iblis. Tetapi satu hal yang Iblis tidak bisa
tawarkan dan berikan, yaitu menyatukan kita dengan Allah Bapa. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh Tuhan
Yesus. Dialah yang dapat mempersatukan
kita dengan Allah Bapa dan memberi Roh-Nya sebagai bagian kita.
Memang Tuhan banyak kali mengizinkan kita mengalami
dukacita, kesusahan, tangisan. Tuhan
memberi kita salib untuk dipikul setiap hari.
Berbeda dengan yang ditawarkan Iblis. Tetapi pada akhirnya, dukacita diganti dengan
sukacita. Tangisan dihapus menjadi
senyuman yang memancarkan kemuliaan Allah.
Salib diganti dengan mahkota kemuliaan yang tidak pernah memudar. Allah akan menghapus segala air mata dari
mata kita dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, ratap
tangis, dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu (Why.
21:4). Itu janji Tuhan bagi kita yang
bertahan sampai finish.
Sekarang kita pilih yang mana, bersenang-senang di dunia tetapi akhirnya menderita kekal? Ini adalah tawaran Iblis; atau menderita di dunia ini, memikul salib di
dunia ini tetapi akhirnya bahagia abadi?
Inilah tawaran dan pemberian Tuhan bagi kita yang mengikuti-Nya.
AMIN……!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar