Senin, 05 September 2016

Saudara memilih yang mana.....???????



MATIUS 4:8-9
Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
               
Harta dan takhta banyak kali membawa manusia lupa akan kodratnya di hadapan Allah.  Demi memburu harta dan takhta, Allah ditinggalkan.  Harta dan takhta menjadi ‘allah’.  Jika harta dan takhta telah menjadi ‘allah’ maka Allah tidak lagi menjadi pusat perhatian dan penyembahan.  Yang mengendalikan bukan lagi Allah, tetapi keinginan untuk memperoleh harta dan takhta.  Harta dan takhtalah yang menjadi pengikat.  Kalau sudah seperti ini, maka hidup akan diisi dan dipenuhi dengan berbagai niat busuk dan tindakan melawan Allah.  

Orang yang hatinya terpikat oleh harta, sulit bersyukur kepada Allah karena merasa bahwa segala pencapaiannya adalah usahanya semata.  Orang yang haus kedudukan dan juga yang memiliki kedudukan sering berlaku busuk dan sewenang-wenang serta bertindak untuk kepentingan sendiri.  Orang yang seperti ini tidak akan ragu untuk melepaskan Allah demi harta dan takhta.  Orang yang demikian akan berkata: “Tuhan tidak penting, harta dan takhtalah yang penting.”  Tetapi Firman Tuhan berkata: “Terkutuklah orang yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan yang hatinya menjauh dari TUHAN” (Yer. 17:5). 

Tetapi bagaimana dengan Saudara?  Apakah Saudara juga termasuk orang-orang yang haus akan harta dan takhta?  Semoga kita tidak termasuk di dalamnya.  Mari kita belajar dari Tuhan kita, Yesus Kristus, yang pernah diperhadapkan dengan cobaan seperti ini.  Kiranya melalui Firman Tuhan hari ini, kita dikuatkan dan diinsafkan jika kita banyak kali tergoda dengan cobaan seperti ini.  

Sekali lagi Iblis mempunyai kesempatan untuk mencobai Tuhan Yesus secara langsung.  Setelah kalah telak dalam babak pertama dan kedua, dalam babak ketiga Iblis membawa Tuhan Yesus ke atas gunung yang sangat tinggi.  Jika kita berada di atas gunung yang sangat tinggi, kita akan melihat segala keindahan yang ada di bawah gunung.  Pemandangan yang begitu indah itu membuat kita kagum akan karya Allah dalam alam semesta.  Kita bisa melihat betapa hebatnya Allah menciptakan keindahan alam ini.  Kita merasakan kesejukan dan kesukaan tatkala melihat agungnya ciptaan Allah.  “Oh, sungguh Allahku Mahaperkasa, Dialah yang menjadikan semua ini.”

Tetapi ada yang tidak biasa dengan sikap Iblis dalam mencobai Tuhan Yesus.  Ketika melihat keindahan dan kemegahan dunia ciptaan Allah, Iblis bukannya memuji Allah, malah mencobai Allah.  Ia melihat segala kemegahan ciptaan Allah, tetapi tidak membuatnya tunduk kepada Allah.  Iblis menyadari bahwa perbuatannya tidak benar, tetapi kesadaran itu tidak membuatnya memuji Allah, sebab dia tidak akan pernah hidup dalam kebenaran. 

Setibanya di gunung yang sangat tinggi, Iblis pun bereaksi.  Ia memperlihatkan segala kerajaan dunia dan kemegahannya kepada Tuhan Yesus.  Dalam Injil Lukas tertulis, bahwa Iblis memperlihatkan semua kerajaan dunia dalam sekejap mata.  Apakah itu ilusi semata yang dibuat oleh Iblis?  Apakah yang diperlihatkan Iblis kepada Tuhan Yesus adalah palsu atau tipuan?  Kalau memahami hal ini hanya sepintas lalu, mungkin kita akan beranggapan itu hanya tipuan semata.  Apalagi yang melakukan ini adalah si Iblis.  Kalau berpatokan pada kenyataan ini, memang benar.  

Tetapi dari penggunaan kata memperlihatkan dalam teks Yunani, apa yang dilakukan oleh Iblis ini bukanlah tipuan, tetapi menyatakan realitas dari apa yang diperlihatkannya.  Apa yang diperlihatkan oleh Iblis memang sesuai fakta.  Begitu pun penggunaan tas basileias tou kosmou menunjuk pada kerajaan dunia yang nyata, bukan kerajaan dunia khayalan.  Pemakaian artikel tas dan tou menegaskan bahwa kerajaan dunia yang diperlihatkan oleh Iblis sungguh ada.  Dalam hal ini Iblis tidak berbohong.  Ia sungguh memperlihatkan kepada Tuhan Yesus segala kerajaan dunia dengan kemegahannya.

Tetapi mungkin kita akan bertanya, bagamana cara Iblis bisa memperlihatkan semua kerajaan dunia kepada Tuhan Yesus?  Iblis telah diberi kuasa oleh Allah melebihi makhluk yang lain.  Hanya saja dia tidak menggunakan kuasa yang diberikan oleh Allah dengan cara yang benar.  Jika kita mengetahui akan hal ini, tidak sulit bagi kita menerima kenyataan ini.  Kita saja manusia bisa melakukan apa yang dilakukan Iblis, walaupun tidak sama seperti yang dilakukan Iblis kepada Tuhan Yesus.  Jika pergi ke suatu taman yang sangat luas, kita butuh waktu yang cukup lama untuk melihat semua keindahan taman itu.  Tetapi untuk memudahkan kita melihat semua taman itu dalam sekali lihat, kita bisa melihat miniatur dari taman itu.  

Setelah Iblis memperlihatkan segala kerajaan dunia, Iblis masuk pada tujuan utamanya.  Ia berkata kepada Tuhan Yesus: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”  Dari perkataannya ini nampak klaim Iblis bahwa segala kerajaan dunia dan segala kemegahannya adalah miliknya.  Dengan tidak ada malu Iblis menghampiri Tuhan Yesus dengan perkataan demikian.  Milik siapakah langit dan bumi?  Milik siapakah dunia ini?  Milik siapakah kerajaan dunia ini?  Semuanya adalah milik Allah.  Iblis tidak mempunyai hak milik.  

Tetapi ia telah berusaha begitu rupa untuk merampas milik Allah.  Dan dalam keadaan tertentu Iblis berhasil melakukannya.  Allah menciptaan dunia ini dengan segala keindahan dan kemegahannya, tetapi dunia lebih memilih Iblis untuk menjadikannya allah atas mereka.  Banyak kerajaan dunia yang berada dalam cengkeraman Iblis.  Namun perbuatannya itu tidak benar.  Ia telah mencuri apa yang menjadi hak Allah.  Harusnya Iblis malu dan tersungkur di hadapan Tuhan Yesus, sebab Dialah Pemilik dari langit dan bumi serta segala isinya.  Harusnya ia mengakui kesalahannya yang telah merampas dan mencuri hak milik Allah.  Tetapi apa yang terjadi?  Dengan kesombongan Iblis berkata kepada Anak Allah yang telah menjadi Manusia: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”  

Seolah-olah kerajaan dunia ini adalah miliknya.  Di sinilah letak kebohongan Iblis.  Tadinya ketika ia memperlihatkan segala kerajaan dunia dengan segala kemegahannya, ia tidak berbohong.  Tetapi dalam moment yang sama, dia berbohong dengan mengatakan bahwa dialah pemilik kerajaan dunia dan kemegahannya.  Kita juga mungkin melakukan hal yang sama dengan Iblis.  Ketika kejujuran memuluskan rencana busuk kita, maka kejujuran akan tampil di depan.  Tetapi ketika kebohongan memuluskan rencana kotor kita, maka kebohonganlah yang akan kita gunakan.  

Iblis tidak malu akan pengakuannya di hadapan Tuhan Yesus.  Apa yang bukan miliknya, ia akui sebagai miliknya hanya karena ingin rencananya berhasil.  Kita juga seringkali demikian.  Kita tidak malu mengakui sebagai hak kita apa yang bukan hak kita.  Apa yang bukan menjadi milik kita, tidak malu kita akui sebagai milik kita.  Malulah untuk mengakui apa yang bukan milik dan bagian kita.  Tetapi banggalah untuk mengakui apa yang menjadi hak dan kepunyaan kita.  

Dengan keyakinan yang kuat dan begitu meyakinkan, Iblis datang dengan pengakuan yang seperti itu.  Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”  Semua kerajaan dunia dengan kemegahannya akan kuberikan kepada-Mu, tetapi ada syaratnya.  Aku tidak akan memberikan dengan cuma-cuma.  Aku ingin ada timbal balik.  Aku memberi, Engkau juga harus memberi kepadaku.  Aku memberi Engkau semua kerajaan dunia ini, tetapi Engkau pun harus memberi penyembahan-Mu kepadaku.  Seperti itulah maksud Iblis.  

Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.  Iblis menyerang Tuhan Yesus dengan strategi yang luar biasa jitu.  Jika orang biasa ditawarkan seperti ini, sulit sekali menolaknya.  Para koruptor saja yang tidak secara langsung dicobai oleh Iblis sudah jatuh ke dalam tindakan kosupsi.  Apalagi jika head to head seperti yang dialami Tuhan Yesus.  Dengan tipu daya dan rayuan manis Iblis, pasti orang yang tidak kuat akan langsung terpancing oleh godaan dan cobaan Iblis.  

Iblis sudah mempunyai segudang pengalaman dalam hal ini.  Ia sudah berulang-ulang kali mengelabui dan membawa manusia menyembah dia karena harta dan takhta.  Serangan Iblis merupakan serangan yang melumpuhkan.  Sulit bagi manusia untuk lepas dari serangan cobaan seperti ini, kecuali orang itu bergantung penuh pada kehendak Tuhan.  Nah, sekarang Iblis menggunakan salah satu titik terlemah manusia untuk datang mencobai Tuhan Yesus. 
Tetapi apakah harta dan takhta itu tidak baik?  Sebenarnya inti persoalan bukan terletak pada harta dan takhta.  Tetapi persoalannya adalah pada hati dan niat hati serta sikap hati kita.  Kita memiliki banyak harta dan mempunyai kedudukan di dunia ini tidak menjadi masalah.  Tetapi pertanyaan penting dalam hal ini: dengan cara apakah kita memperolehnya?  Dan kalau kita memiliki harta dan takhta, bagaimanakah cara kita bersikap dan mempertangungjawabkannya di hadapan Allah dan sesama?  

Tawaran Iblis menyenangkan sekali.  Yang ditawarkan bukanlah dukacita, bukan pula kesusahan.  Iblis tidak menawarkan salib kepada Tuhan Yesus.  Tetapi dia menawarkan kesenangan, kemegahan dan kemewahan.  Dia menawarkan harta dan kedudukan di dunia ini.  Tetapi syaratnya merupakan pedang pemutus antara hubungan Tuhan Yesus dengan Allah Bapa.  Menerima tawaran yang menggiurkan dari Iblis berarti memutuskan hubungan dengan Sang Bapa.  Tetapi Tuhan Yesus sungguh tahu jalan mana yang harus ditempuh-Nya dan Ia telah menempuh jalan yang tepat.  Ia telah menolak untuk ketiga kalinya tawaran Iblis.  

Iblis bisa menawarkan kita kekayaan dan kekuasaan.  Ia bisa memberikan kekayaan dan kekuasaan kepada kita di dunia.  Ia tidak berbohong dalam hal ini.  Namun dengan mengikuti dia, maka kita memisahkan diri dari Allah.  Inilah yang paling dinanti-nantikan oleh Iblis.  Tetapi satu hal yang Iblis tidak bisa tawarkan dan berikan, yaitu menyatukan kita dengan Allah Bapa.  Hal ini hanya bisa dilakukan oleh Tuhan Yesus.  Dialah yang dapat mempersatukan kita dengan Allah Bapa dan memberi Roh-Nya sebagai bagian kita.  

Memang Tuhan banyak kali mengizinkan kita mengalami dukacita, kesusahan, tangisan.  Tuhan memberi kita salib untuk dipikul setiap hari.  Berbeda dengan yang ditawarkan Iblis.  Tetapi pada akhirnya, dukacita diganti dengan sukacita.  Tangisan dihapus menjadi senyuman yang memancarkan kemuliaan Allah.  Salib diganti dengan mahkota kemuliaan yang tidak pernah memudar.  Allah akan menghapus segala air mata dari mata kita dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, ratap tangis, dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu (Why. 21:4).  Itu janji Tuhan bagi kita yang bertahan sampai finish.  

Sekarang kita pilih yang mana, bersenang-senang di dunia tetapi akhirnya menderita kekal?  Ini adalah tawaran Iblis; atau menderita di dunia ini, memikul salib di dunia ini tetapi akhirnya bahagia abadi?  Inilah tawaran dan pemberian Tuhan bagi kita yang mengikuti-Nya. 
AMIN……!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar