Senin, 22 Agustus 2016

Mungkinkah Tuhan tidak baik?



Ezra 3:11
Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN nyanyian pujian dan syukur: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!" Dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji TUHAN, oleh karena dasar rumah TUHAN telah diletakkan.

Kita baru saja merayakan hari kemerdekaan RI tercinta.  Perayaan HUT RI ke-71 ini diwarnai dengan kemeriahan dan sorak-sorai seantero Nusantara.  Meskipun dalam hal khusus, perayaan HUT ini diwarnai dengan kesedihan dan isak tangis, namun kegembiraan di Nusantara ini tidak dapat tertahankan.  Semangat kemerdekaan dan wajah kegembiraan masih terlihat di wajah kita hari ini.  Dasar dari semua ini adalah kemerdekaan yang sudah diperoleh sejak 71 tahun silam.  Dasar kemerdekaan telah diletakkan sejak tanggal 17 Agustus 1945 sehingga patutlah kita memperingati dan merayakannya sepanjang masa dalam suasana gembira dan meriah. 

Bertolak dari situasi seperti ini, kita dapat merasakan betapa bersukarianya orang Israel seperti yang digambarkan oleh ayat renungan kita.  Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN nyanyian pujian dan syukur.  Seluruh umat Tuhan melihat dan menikmati betapa agungnya karya Tuhan bagi mereka.  Sekalipun di antara mereka ada yang menangis, tetapi sukaria tidak bisa dibendung oleh tangisan.  

Tetapi mengapa ada yang menangis? Mereka menangis karena telah melihat bait Allah yang dibangun di zaman Salomo.  Bisa saja terjadi bahwa mereka menangis karena membandingkan kemegahan bait Allah yang dibangun Salomo dengan yang akan dibangun pada waktu itu.  Namun lebih jauh dari hal itu, sebenarnya mereka sedih dan menangis karena ulah mereka rumah Tuhan yang dahulu dihancurkan.  Rumah Tuhan itu telah rata dengan tanah, tidak ada lagi yang tersisa.  Sekarang peletakan dasar rumah Tuhan dilakukan lagi di depan mata mereka.  Betapa mereka tidak sedih karena hal itu?  Dasar rumah Tuhan harus diletakkan untuk kedua kali lagi.  Mengapa?  Karena ketegaran tengkuk mereka sehingga rumah Tuhan yang pertama dihancurkan.  Mereka tidak mau menuruti hati Tuhan sehingga menimbulkan sakit hati-Nya dan mereka dibuang serta rumah-Nya dimusnahkan.  Dalam kesedihan itu mereka berpikir jikalau seandainya mereka tidak menyimpang dari jalan Tuhan, maka tidak mungkin dasar rumah Tuhan diletakkan dua kali.  Pada sisi yang lain, kesedihan itu ditutupi oleh sukacita yang hebat.  Walaupun mereka bersedih hati karena masa lalu yang kelam, namun di depan mereka telah diletakkan kembali dasar rumah Tuhan.  

Sambil berbalas-balasan mereka memuji dan bersyukur kepada Tuhan.  Apakah sebabnya orang Israel bersyukur dan bersukaria?  Karena kekuasaankah?  Tidak, mereka sedang di bawah penjajahan bangsa Persia.  Karena kelimpahan dan makmurankah?  Tidak, mereka sedang melarat kemiskinan karena mereka tidak punya hak akan milik mereka.  Karena jabatankah?  Tidak, jabatan mereka adalah budak.  Karena mempunyai kota dan tembok pertahanan yang kuat?  Tidak, banyak bagian tembok Yerusalem yang berlubang dan menjadi puing.  

Mereka bersyukur dan bersukaria oleh karena kebaikan Tuhan.  Ah bukankah ini berlebihan?  Bukankah mereka sudah dibuang  ke pembuangan selama 70 tahun?  Bukankah mereka telah menikmati pahitnya hidup dalam pembuangan?  Bukankah mereka tidak memiliki kuasa atas harta milik mereka?  Memang demikian adanya.  Namun dalam semua itu, mereka memuji dan bersyukur kepada Tuhan serta berkata: Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!  

Mereka bernyanyi bahwa kasih setia Tuhan itu selama-lamanya.  Selama 70 tahun masa pembuangan, kasih setia Tuhan tetap ada.  Selama mereka menikmati betapa sulitnya dan pedihnya di masa pembuangan, kasih setia Tuhan tetap nyata.  Sebab Ia baik!  Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel.  

Apakah Tuhan baik hanya ketika kita kelimpahan?  Apakah Tuhan baik hanya ketika kita sehat?  Apakah Tuhan baik hanya ketika kita dalam keadaan nyaman dan aman?  Apakah ketika situasi buruk menimpa kita, Tuhan tidak baik?  Tuhan itu baik!  Untuk selama-lamanya Dia tetap baik.  Kita dapat belajar dari pengalaman orang Israel sehingga kita tidak memandang Tuhan sebagai Sosok yang kejam dan tidak peduli dengan kita.  Rahasia untuk melihat dan mengalami kebaikan Tuhan adalah makin dekat dengan Dia.  Semakin kita berserah kepada Tuhan, semakin kita melihat begitu nyata kasih Tuhan bagaikan seorang ayah kepada anaknya.  

Tuhan baik bagi orang Israel.  Apakah wujud nyata kebaikan Tuhan bagi mereka?  Karena Tuhan tidak memusnahkan mereka.  Mereka tetap dibiarkan hidup walaupun telah mengingkari perjanjian dengan Tuhan.  Mereka tetap dipelihara dan ditolong sekalipun mereka dibuang.  Bahkan mereka dibawa pulang oleh Tuhan sendiri dari pembuangan ke Yerusalem.  Dan secara istimewa, Tuhan telah menyertai dan menolong mereka hingga dasar bait Tuhan telah diletakkan.  Ini bukti nyata kebaikan Tuhan bagi mereka.  Mereka yang tidak pantas lagi menerima semua itu, namun Tuhan melakukannya bagi mereka.  Kalau kita sedang terpuruk dan hati kita condong untuk menyalahkan Tuhan, belajarlah untuk melihat dan menilai kebaikan Tuhan dari sisi berbeda.  Tidak mungkin Tuhan tidak baik kepada kita.  Tetapi adalah mungkin bahwa kita tidak baik kepada Tuhan.  

Tuhan baik dan oleh perkenanan-Nya dasar rumah Tuhan telah diletakkan.  Inilah sumber sukacita dan syukur orang Israel.  Sekarang, rumah Tuhan itu adalah kita, yang percaya dengan sungguh serta mengaku dengan mulut dan perbuatan.  Dasarnya telah ditelakkan, dimeteraikan di dalam hati kita oleh Roh Kudus.  Dasarnya adalah Kristus.  Dialah dasar dari bait Allah.  Di atas dasar Kristuslah, bait Allah dibangun dengan kokoh.  Setiap orang yang dibangun di atas dasar Kristus, haruslah menanggalkan kefasikan, kedengkian, kemunafikan, hawa nafsu, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan pribadi…  Intinya: semua yang bersifat daging harus dibuang.  Semua hal itu tidak sejalan dengan tujuan dasar Kristus dimeteraikan dalam hati kita.  Kristus dimeteraikan dalam hati kita bukan supaya kita makin bertumbuh dalam kedagingan, melainkan membuangnya dan bertumbuh dalam Kristus.  Rumah Tuhan harus kudus!  Tetapi adakah kita sudah hidup kudus? 
Amin…….!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar