Minggu, 25 September 2016

Diutus untuk Membawa Damai Sejahtera. Damai Sejahtera seperti Apa?

LUKAS 24:36
Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!"

Tema gereja kita: Diutus untuk Membawa Damai Sejahtera.  Sebutan damai sejahtera merupakan sebutan alkitabiah yang sering digunakan dalam Kitab Suci kita, yang mengacu pada kata syalom dalam Perjanjian Lama dan eirene dalam Perjanjian Baru.  Kata syalom atau eirene diterjemahkan damai atau damai sejahtera; damai dan damai sejahtera mempunyai kesamaan arti karena berasal dari kata yang sama.  Istilah damai sejahtera sudah hampir menjadi istilah baku yang kita gunakan ketika berjumpa sahabat dan saudara/i seiman.  

Orang Kristen sudah familier dengan istilah shalom/salam.  Istilah ini sekarang digunakan untuk menyapa orang lain sebagai pengganti selamat pagi/siang/sore/malam. Namun apakah istilah ini hanya berarti demikian?  Sedangkal itukah makna shalom yang dimaksudkan oleh tema tahunan kita?  Jika damai sejahtera hanya dipakai untuk say hallo maka semua orang pun bisa membawa damai sejahtera.  Namun apakah semua orang bisa membawa damai sejahtera?  

Tuhan Yesus sendiri berkata kepada murid-murid-Nya: Damai sejahtera bagi kamu.  Jika Tuhan menggunakan kata ini hanya untuk menyapa mereka, betapa tidak berartinya perkataan itu bagi para murid.  Tetapi sesungguhnya damai sejahtera memiliki makna yang begitu dalam.  Apakah makna damai sejahtera yang sesungguhnya?  Inilah yang akan kita renungkan dalam kesempatan ini. 
Setiap perkataan yang keluar dari mulut Yesus tidak ada perkataan yang hambar dan tidak bermakna.  Semua perkataan-Nya tanpa terkecuali bermakna dan bermanfaat bagi kita.  Termasuk ketika Tuhan berkata: eirene humin (damai sejahtera bagi kamu).  Perkataan ini lebih dari sekedar menyapa para murid-Nya tatkala Ia berkata demikian.  

Jika demikian, damai sejahtera seperti apa yang Tuhan Yesus maksudkan?  Mari kita selidiki secara saksama.  Waktu Tuhan Yesus berkata: eirene humin, para murid sedang dalam keadaan takut, timbul kebimbangan dan tidak ada kepastian untuk melangkah.  Pintu rumah tempat mereka tinggal terkunci dengan rapat.  Mereka tidak berani membuka pintu karena rasa takut yang begitu besar menghantui mereka.  Mereka tidak berani menunjukkan diri kepada dunia bahwa mereka adalah pengikut Tuhan Yesus.  Pikiran mereka menjadi kacau karena Tuhan Yesus yang mereka andalkan telah mati di kayu salib.  Tetapi Tuhan telah bangkit.  

Dalam situasi seperti ini Tuhan Yesus datang dan berkata kepada mereka: eirene humin.  Singkat cerita, setelah Tuhan mengatakan demikian dan meyakinkan mereka, mereka sangat bersukacita.  Semangat yang semula sempat padam, sekarang menyala-nyala bagaikan api yang siap menghanguskan hutan.  Mereka yang tadinya takut, sekarang mempunyai keberanian yang tidak terduga.  Pintu yang tadinya tertutup, bukan lagi orang lain yang membukanya tetapi mereka sendirilah yang membukanya.  Mereka menunjukkan kepada dunia bahwa merekalah pengkikut Kristus.  

Bahkan sekalipun nyawa menjadi taruhannya, mereka tidak gentar.  Maut tidak menjadi penghalang.  Kekuasaan dunia tidak dapat menahan berita damai sejahtera yang mereka bawa.  Banyak contoh dari kesaksian mereka yang mula-mula penakut tetapi setelah menerima damai sejahtera Tuhan, mereka menjadi pribadi yang berani mati demi Tuhan.  Tetapi ingat, mereka tidak mati karena bunuh diri.  Petrus yang pernah menyangkal Tuhan Yesus, mati digantung di kayu salib dengan kepala ke bawah.  Stefanus mati karena dirajam dengan batu.  Yakobus dibunuh.  Ada begitu banyak yang harus mati demi damai sejahtera yang mereka bawa.  Tetapi kematian mereka bukanlah kematian yang sia-sia.  Tuhan berkenan kepada kematian mereka dan kematian mereka membuat berita damai sejahtera dalam Kristus sampai ke ujung bumi.  

Orang-orang yang melihat mereka menjadi heran dan bertanya-tanya apa sebabnya mereka demikian.  Mungkin juga pertanyaan itu muncul dalam masa kita.  Jawaban dari pertanyaan itu adalah seperti yang telah dikatakan oleh Tuhan Yesus: eirene humin.  Rahasianya adalah damai sejahtera. Damai sejahtera macam apakah itu?  

Suatu bangsa yang tidak dilanda peperangan dan hidup dalam kemakmuran dapat dikatakan bahwa bangsa itu ada dalam keadaan damai sejahtera.  Tetapi apakah damai sejahtera seperti ini yang Tuhan Yesus maksudkan?  Tentu tidak.  Murid-murid Tuhan tidak dijanjikan bahwa mereka akan mendiami bumi yang tidak ada peperangan.  Justru mereka ditempatkan dalam dunia yang membenci damai sejahtera.  

Tidak ada percekcokan antara kedua belah pihak bisa disebut kedua belah pihak berada dalam keadaan damai sejahtera.  Misalnya Abraham yang bijaksana dalam menyelesaikan persoalannya dengan Lot berhubung dengan padang pengembalaan.  Keadaan tidak ada perselisihan juga dapat disembut damai sejahtera.  Apakah inilah maksud Tuhan dengan damai sejahtera?  Tentu tidak.  Damai seperti ini terlalu dangkal untuk menggambarkan maksud Tuhan.  

Arti harfiah dari kata damai sejahtera yang berasal dari kata syalom menggambarkan keadaan baik dan sehat walafiat.  Apakah maksudnya seperti ini?  Tidak juga.  Jika damai sejahtera seperti ini yang diberikan kepada murid-murid, maka mereka tidak akan mau menderita demi nama Yesus.  Ketika mereka sakit dan dalam keadaan terpuruk maka mereka akan berbalik dari Allah dan melawan Dia.
Kalau demikian, damai seperti apakah yang dimaksudkan?  Damai sejahtera yang dimaksudkan adalah keadaan tanpa permusuhan dengan Allah.  Gambaran tentang damai sejahtera ini terlihat ketika manusia masih berada di taman Eden.  Mereka bergaul karib dengan Allah.  Allah menjadikan manusia sebagai sahabat-Nya.  Tidak ada permusuhan di antara kedua pihak.  Hubungan yang sungguh amat baik ada dalam persekutuan antara kedua pihak.  Allah selalu bersama dengan manusia.  Manusia selalu memuja Allah.  Ada keserasian antara kehendak Allah dan tindakan manusia dalam menjalankan kehendak-Nya. 

Namun hubungan yang tanpa permusuhan ini hancur oleh manusia.  Manusia tidak ingin menjaga hubungan yang penuh dengan keseimbangan ini.  Manusia membuat permusuhan dengan Allah.  Karena itulah Kristus datang ke dunia, menjadi manusia.  Dia yang adalah Raja damai, membawa damai itu kembali kepada manusia.  Ia memberikan damai sejahtera itu kepada manusia.  Untuk mengetahui bagaimana damai sejahtera itu diberikan oleh Kristus dan dengan apa kita membawa damai sejahtera ini ke dunia ini, kita akan merenungkannya di lain waktu.  
 
Kristus telah membawa damai sejahtera itu dan memberikan-Nya kepada mereka yang percaya kepada-Nya.  Ia berkata: “Damai sejahtera bagimu.”  Damai yang diberikan oleh Tuhan memberi dampak yang sangat luas kepada mereka yang menerimanya.  Sudahkah kita memiliki damai sejahtera itu?  Sudahkah kita kembali dalam posisi kita seperti semula yaitu dalam keadaan tanpa permusuhan dengan Allah karena Kristus?  Atau sebaliknya, kita terus menjadi musuh Allah karena kita terus berkanjang dalam dosa kita dan terus melawan Allah melalui hidup kita?  Janganlah dosa-dosa kita menjadi sebab permusuhan kita dengan Allah.
AMIN……..!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar