Kamis, 06 Oktober 2016

Yesus sendiri mengakui ketuhanan-Nya



Matius 4:10
Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Tema: Kewajiban kepada Allah

                Jangan bicara hak kalau belum memenuhi kewajiban.  Tetapi manusia lebih senang membicarakan haknya daripada kewajibannya.  Manusia lebih cenderung mengabaikan kewajibannya namun menuntut haknya.  Padahal hak tidak pernah lepas dari kewajiban.  Di mana ada hak di situ terdapat kewajiban.  Setiap orang yang telah memenuhi kewajibannya akan menerima hak yang sesuai dengan kewajibannya.  Jangan menuntut hak kalau kewajiban belum diselesaikan.
                Hidup adalah pemberian Tuhan bagi kita.  Tuhan telah memberi hidup maka hidup adalah kewajiban.  Kita wajib bekerja kalau mau mendapat makan.  Kita wajib menjaga kekudusan dan kesetiaan dalam pernikahan kita kalau tidak mau rumah tangga kita berantakan.  Kita wajib menjaga dan memelihara anak-anak kita jika kita mau supaya mereka memberi yang terbaik untuk kita.  Kita wajib menghormati orang tua kita jika ingin disebut sebagai anak-anak yang hormat kepada orang tua.  Kita wajib belajar dengan sungguh-sungguh kalau mau nilai raport memuaskan.  Kita wajib saling mengasihi, saling menasihati, saling membangun kalau mau gereja tidak pecah.  Semua ini masih berbicara tentang kewajiban kita akan diri sendiri dan terhadap orang lain.  Masih banyak lagi kewajiban terhadap diri sendiri dan sesama sebagai bagian dari implementasi hidup adalah kewajiban.
Apakah kewajiban kita hanya sebatas itu?  Masih ada kewajiban utama manusia yang melebihi kewajiban di atas, yaitu kewajiban kepada Allah.  Kita akan merenungkan Firman Allah di bawah satu tema: Kewajiban kepada Allah.  Kewajiban kepada diri sendiri dan sesama berlandaskan kewajiban kepada Allah.  Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan, yang merupakan keharusan, tidak boleh diabaikan.  Kewajiban kepada Allah menunjukkan bahwa ada hal yang harus dilakukan di hadapan Allah.  Apakah itu?  Kewajiban kepada Allah tertulis jelas dalam loh hukum pertama yang terdiri dari empat bagian utama.  Inti dari kewajiban kepada Allah yang terdapat dalam kesepuluh hukum Tuhan diajarkan Tuhan Yesus kepada kita dalam Matius 4:10, yaitu menyembah Allah dan berbakti kepada-Nya. 

1.       Menyembah Allah
Ayat 10 secara khusus ditujukan kepada Iblis yang mencobai Tuhan Yesus.  Iblis meminta kepada Tuhan Yesus untuk menyembah-Nya.  Tetapi Yesus menolak dan berkata kepada-Nya: Enyahlah, Iblis!  Tuhan menghardik Iblis.  Yesus mengusirnya dan Iblis harus pergi.  Yesus berkata kepada Iblis: Enyahlah, Iblis!  Ini perintah dari Tuhan kepada Iblis dan Iblis tidak bisa menolaknya.  Tuhan Yesus dapat menolak permintaan Iblis, tetapi Iblis tidak dapat menolak perintah Tuhan.  Ini salah satu bukti lagi bahwa Yesus lebih berkuasa dari si Iblis.  Secara tidak langsung Yesus berkata: “Harusnya engkau yang menyembah Aku. Eh…malah kau meminta-Ku menyembahmu.  Waktu dan kesempatanmu untuk mencobai-Ku telah habis, enyahlah dari hadapan-Ku!”  Perkataan Tuhan begitu keras kepada Iblis dan harus direspon oleh Iblis dengan cara pergi dan harus meninggalkan Tuhan Yesus.  Hal ini kita bisa lihat di dalam ayat 11. 
Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu.  Apakah Iblis tidak tahu kewajibannya kepada Allah?  Dia sangat mengetahui kewajibannya.  Dia tahu bahwa hanya Allah yang harus disembah dan hanya kepada Allah saja Iblis harus berbakti.  Tetapi Iblis telah mengambil keputusan untuk memberontak dan tidak mau menyembah serta berbakti kepada Allah sehingga baginya telah tersedia tempat yang paling mengerikan.  Tetapi dalam kelicikannya ia tidak mau dibuang ke tempat itu seorang diri.  Semenjak manusia dijadikan oleh Tuhan Allah hingga saat ini bahkan sampai Tuhan Yesus datang kembali, ia terus mengaum dan mencari mangsa yang bisa diterkam dan disesatkan, sehingga mereka pun ikut dalam neraka.  Ia memutarbalikkan kebenaran dengan kebohongan dan kepalsuan.  Hari ini kita bisa melihat ada begitu banyak orang yang mengikutinya.  Mereka menyangka bahwa mereka telah berada di jalan yang benar, padahal mereka telah ditipu oleh Iblis dan hawa nafsu mereka.  Tetapi tentang hal ini kita tidak usah kaget karena Firman Allah pun telah berkata bahwa Iblis pun dapat menjadi malaikat terang.
Kata menyembah berasal dari kata Yunani προσκυνεω (proskuneo).  Proskuneo menggambarkan seseorang yang berlutut sambil membungkukkan dirinya sampai mencium tanah di hadapan orang yang lebih berkuasa dari padanya.  Tuhan Yesus katakan, engkau harus menyembah Tuhan Allahmu.  Kenyataan ini melukiskan kewajiban seorang penyembah sejati yang menunjukkan sikap hati yang sungguh merendahkan diri dan mengenal bahwa hidup ini adalah milik Allah dan harus dipakai untuk kemuliaan Allah.  Ia harus tunduk dan merendahkan dirinya sedemikian rupa sehingga ia melihat dan merasakan bahwa dirinya tidak ada apa-apa dan tidak berdaya di hadapan Allah.  Tidak ada lain yang ia harapkan di hadapan Allah selain kemurahan Allah dan pelukan Allah.  Penyembahan kepada Allah seperti ini mengandung kecintaan yang begitu kuat kepada Allah dan kerinduan untuk memberikan yang terbaik dari yang terbaik kepada Allah.  Penyembahan seperti ini menimbulkan kerinduan dan kesungguhan untuk selalu berada di hadirat Allah.  Memandang kemuliaan Allah merupakan kesukaan terbesar dari seorang penyembah Allah.  Ada keintiman dengan Allah, merasakan kehadiran Allah dan kedekatan Allah yang nyata dalam hidup penyembah.  Penyembahan seperti ini tidak dianggap sebagai paksaan tetapi timbul dari hati tulus yang telah menerima kemurahan Allah. 
Penyembahan seperti ini tidak akan membuat kita berani membuat penyembahan seperti gaya-gaya diskotik.  Sebab penyembahan yang dimaksudkan di sini adalah ketertundukan kita kepada semua perintah Allah, menyerahkan diri kepada pimpinan dan pertolongan Allah.  Segala puji dan hormat hanya kepada Allah sungguh terlihat dalam penyembahan seperti ini.  Adakah penyembahan seperti ini menjadi bagian kita?  Harusnya inilah yang dilakukan oleh Iblis, tetapi sebaliknya, bukan hanya menolak, malah Iblis meminta Yesus lakukan ini kepadanya.  Itulah sebabnya Tuhan katakan: enyahlah Iblis!
Ada orang yang tidak mengenal kebenaran dan yang juga menutupi kebenaran, menggunakan ayat ini untuk menyangkal ketuhanan Tuhan Yesus.  Mereka berkata: “Yesus sendiri berkata: “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.”  Dengan ayat ini mereka mengatakan bahwa Yesus sendiri mengakui bahwa Dia bukanlah Tuhan.  Sebenarnya orang yang demikian gagal paham atau sengaja tidak mau paham maksud ayat ini.  Mereka dengan sembarang mencopot ayat-ayat Firman Allah dan menjelaskannya sesuka hati mereka.  Mereka tidak peduli maksud Allah di dalam Firman-Nya.  Orang yang mempermainkan Firman-Nya akan menerima ganjaran dari Allah kalau tidak bertobat.
Apakah benar bahwa dalam ayat ini Yesus menyangkal ketuhanan-Nya?  Sama sekali tidak!  Bahkan ayat ini secara tegas menyatakan bahwa diri-Nya adalah Tuhan Allah.  Mengapa?  Ayat ini tidak bisa kita pahami sesuka-suka kita dan menjelaskannya berdasarkan kemauan kita.  Kita harus selidiki dengan saksama makna yang terkandung dalam ayat ini tanpa melepaskannya dari konteks pencobaan. 
Iblis mencobai Yesus, bukan ketika Ia duduk dalam kemuliaan-Nya sebagai Allah yang Mahatinggi, melainkan ketika Yesus, Anak Allah telah menjadi Manusia.  Dalam kemanusiaan-Nya yang sejati, Ia turut merasakan semua yang dapat dialami oleh kita, termasuk pencobaan.  Iblis mencobai Yesus dalam kemanusiaan-Nya secara langsung.  Pada pencobaan kedua, ketika Iblis berkata: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu tidak terantuk kepada batu”, Yesus menjawabnya: “Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu.”  Siapa yang dicobai oleh Iblis?  Dia adalah Tuhan Allah yang telah menjadi Manusia.  Dengan kata lain, Yesus berkata kepada Iblis: “Janganlah engkau mencobai Aku, Tuhan Allahmu.”  Kalau Yesus bukan Tuhan Allah mana mungkin Yesus berani berkata demikian. 
  Nah dalam pencobaan ketiga, Yesus berkata kepada Iblis: “Enyahlah, Iblis!  Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.”  Dengan kata lain, seperti dalam pencobaan kedua tadi, Yesus berkata kepada Iblis: “Enyahlah kau, Iblis!  Harusnya engkau menyembah Aku sebagai Tuhan Allahmu.”  “Kalau memang Ia adalah Tuhan, mengapa Yesus tidak langsung mengatakan: Haruslah engkau menyembah Aku,” kata mereka.  Tetapi apakah hanya dengan cara demikian sehingga ketuhanan Yesus diakui? 
Hanya orang yang terlalu picik dan yang sudah terkontaminasi dengan pikiran kotor dan negatif saja yang berpikiran seperti itu.  Jika memahami ayat 10 dengan obyektif dan memperhatikan prinsip penafsiran yang benar, maka tidak akan ada anggapan dan pernyataan demikian.  Allah tidak harus selalu berkata bahwa diri-Nya adalah Allah untuk mengenal-Nya sebagai Allah.  Perbuatan-Nya pun dapat memperlihatkan diri-Nya sebagai Allah.  Seorang presiden tidak perlu setiap kali bertemu dengan orang lain harus mengakui dirinya presiden.  Orang pun akan tahu bahwa dirinya adalah presiden.  Yesus pun demikian.  Iblis pun mengetahui akan hal itu.  Hanya saja Iblis tidak mau menyembah-Nya. 
Kemarahan Tuhan Yesus nampak dalam pencobaan ketiga ini.  Mengapa?  Karena Iblis tidak mau menyembah Tuhan Yesus sebagai Tuhan Allahnya, bahkan sebaliknya meminta Yesus untuk menyembahnya.  Barangsiapa tidak melakukan kewajibannya kepada Allah akan menerima kemarahan Tuhan Allah.  Barangsiapa tidak menyembah Allah seperti yang difirmankan-Nya, akan menerima kemarahan Allah.  Barangsiapa tidak menyembah Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Allah, dan merendahkan-Nya, kelak ia akan menerima kemarahan Anak Allah sehingga bagiannya adalah neraka kekal. 

2.       Berbakti kepada Allah
Point kedua yang diajarkan oleh Tuhan Yesus mengenai kewajiban kita kepada Allah adalah berbakti kepada-Nya.  Tuhan Yesus tidak hanya berkata: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, tetapi juga Ia menambahkan: Hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.   Kedua kata kerja menyembah dan berbakti mempunyai kesetaraan di dalam menjalankan kewajiban seseorang di hadapan Allah.  Kita tidak bisa berkata bahwa kita telah menyembah Allah sedangkan tidak mau berbakti kepada-Nya.  Sebaliknya pun demikian. 
Hanya kepada Dia sajalah, yaitu kepada Allah sajalah engkau harus berbakti dan tidak boleh ada yang lain yang menerima baktimu.  Allah harus menjadi satu-satunya yang menerima bakti kita.  Kita boleh berbakti kepada orangtua kita, kepada gereja dan sekolah, kepada lingkungan dan masyarakat, bahkan kepada negara dan dunia.  Tetapi berbakti dalam konteks demikian berbeda dengan berbakti hanya kepada Allah.  Berbakti dalam ayat ini memiliki kaitan dengan menyembah, yakni kepada Allah.  Berbakti kepada orangtua hingga kepada bangsa kita tidak mengandung penyembahan.  Tetapi berbakti kepada Allah tidak sekedar menaati seluruh perintah-Nya, lebih dari itu harus terkandung makna penyembahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Ketika seseorang sungguh-sungguh berbakti hanya kepada Allah maka apa pun yang ia lakukan di hadapan Allah tidak dipandang sebagai tekanan dan paksaan, melainkan bentuk nyata dari penyembahan-Nya kepada Allah.  Ketika Firman Tuhan katakan: hormatilah orangtuamu, kita melakukannya bukan karena takut dianggap anak durhaka, bukan karena takut mendapat hukuman dari orangtua bahkan Allah.  Tetapi kita melakukannya sebagai bentuk penyembahan dan bakti kita kepada Allah.  Ketika Firman Tuhan berkata: Hargailah orang lain, bukan karena kita ingin mendapat pujian manusia, memperoleh penghargaan balik.  Tetapi kita melakukannya sebagai bukti sembah dan bakti kita kepada Allah.  Firman Tuhan berkata: Jagalah hubungan dan ikatan pernikahanmu.  Kita menjaganya bukan supaya kita tidak saling menyakiti, bukan supaya kita diacungkan jempol oleh orang lain, bukan pula supaya anak-anak kita tidak merasakan kehancuran dari perbuatan kita, tetapi kita melakukannya sebagai wujud nyata dari sembah dan bakti kita kepada Allah. 
Berbakti kepada Allah intinya adalah menjadi hamba yang siap-sedia menerima perintah dan menaati perkataan Allah.  Menaati seperti apa?  Iblis pun menaati perkataan Yesus ketika Ia berkata: Enyahlah, Iblis!  Tetapi tindakan Iblis dalam hal ini bukan sebagai bentuk penyembahan dan baktinya kepada Allah.  Menaati dalam konteks berbakti berkaitan erat dengan menyembah.  Di tempat lain dalam Firman Tuhan, kita disebut sebagai sahabat-Nya, anak-anak-Nya, mempelai perempuan, dll.  Tetapi dalam ayat ini memposisikan kita sebagai seorang hamba yang berkewajiban kepada Allah.  Kewajiban kita bukan hanya menyembah-Nya tetapi juga berbakti kepada-Nya. 
Berbakti kepada Allah berarti menghambakan diri kepada-Nya dan menuruti kehendak dan perintah Allah bagaikan seorang hamba manaati perintah tuannya.  Berbakti kepada Allah adalah menjadi hamba yang setia, yang tidak lalai melakukan kewajibannya sebagai hamba.  Tujuan kita berbakti kepada Allah adalah memuaskan hati Allah dengan sifat dan sikap kita yang berkewajiban sebagai hamba.  Kalau ini menjadi tujuan bakti kita maka kita telah berbakti hanya kepada Allah saja. 
Jangan seperti Iblis yang menaati perkataan Yesus dengan terpaksa dan tidak memberi penyembahan dan bakti kepada Allah.  Perkataan Iblis dalam ayat 9, mempertontonkan kepada kita kesombongannya yang menyamakan dirinya dengan Allah.  Ia memposisikan dirinya sebagai Allah, seolah-olah memang benar dia adalah Allah padahal tidak demikian.  Apakah Iblis layak disembah dan menerima bakti kita?  Hanya Allah yang layak dan wajib disembah dan kepada-Nyalah kita berbakti.
Kita harus peka dalam menyembah dan berbakti kepada Allah, supaya kita tidak menjadi seperti Adam dan Hawa yang jatuh dalam dosa karena lebih mengutamakan keinginannya dan rayuan Iblis.  Ada banyak cara Iblis untuk menjatuhkan kita sehingga kita tidak lagi menyembah Allah dengan cara semestinya dan tidak lagi berbakti hanya kepada-Nya.  Iblis bisa menggunakan kekayaan kita, ia bisa menggunakan popularitas kita, ia bisa menggunakan jabatan kita, ia bisa memakai orang yang paling dekat dengan kita, ia bisa memakai siatuasi yang ada, ia bisa menggunakan siapa saja dan apa saja untuk membuat kita jauh dari Allah, membuat kita tidak lagi menyembah Allah dan tidak lagi berbakti kepada Allah.  Jika tidak ingin terjatuh dalam cobaan seperti itu, ingatlah perkataan dan makna dari perkataan Tuhan Yesus: “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.  AMIN….!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar