Matius 4:10
Maka berkatalah Yesus
kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah
Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Tema: Kewajiban kepada Allah
Jangan
bicara hak kalau belum memenuhi kewajiban.
Tetapi manusia lebih senang membicarakan haknya daripada kewajibannya. Manusia lebih cenderung mengabaikan
kewajibannya namun menuntut haknya.
Padahal hak tidak pernah lepas dari kewajiban. Di mana ada hak di situ terdapat
kewajiban. Setiap orang yang telah
memenuhi kewajibannya akan menerima hak yang sesuai dengan kewajibannya. Jangan menuntut hak kalau kewajiban belum
diselesaikan.
Hidup
adalah pemberian Tuhan bagi kita. Tuhan
telah memberi hidup maka hidup adalah
kewajiban. Kita wajib bekerja kalau
mau mendapat makan. Kita wajib menjaga kekudusan
dan kesetiaan dalam pernikahan kita kalau tidak mau rumah tangga kita
berantakan. Kita wajib menjaga dan
memelihara anak-anak kita jika kita mau supaya mereka memberi yang terbaik
untuk kita. Kita wajib menghormati orang
tua kita jika ingin disebut sebagai anak-anak yang hormat kepada orang
tua. Kita wajib belajar dengan
sungguh-sungguh kalau mau nilai raport memuaskan. Kita wajib saling mengasihi, saling
menasihati, saling membangun kalau mau gereja tidak pecah. Semua ini masih berbicara tentang kewajiban
kita akan diri sendiri dan terhadap orang lain.
Masih banyak lagi kewajiban terhadap diri sendiri dan sesama sebagai
bagian dari implementasi hidup adalah
kewajiban.
Apakah kewajiban kita hanya sebatas
itu? Masih ada kewajiban utama manusia
yang melebihi kewajiban di atas, yaitu kewajiban kepada Allah. Kita akan merenungkan Firman Allah di bawah
satu tema: Kewajiban kepada Allah. Kewajiban kepada diri sendiri dan sesama
berlandaskan kewajiban kepada Allah. Kewajiban
adalah sesuatu yang harus dilakukan, yang merupakan keharusan, tidak boleh
diabaikan. Kewajiban kepada Allah menunjukkan
bahwa ada hal yang harus dilakukan di hadapan Allah. Apakah itu?
Kewajiban kepada Allah tertulis jelas dalam loh hukum pertama yang
terdiri dari empat bagian utama. Inti
dari kewajiban kepada Allah yang terdapat dalam kesepuluh hukum Tuhan diajarkan
Tuhan Yesus kepada kita dalam Matius 4:10, yaitu menyembah Allah dan berbakti
kepada-Nya.
1. Menyembah Allah
Ayat
10 secara khusus ditujukan kepada Iblis yang mencobai Tuhan Yesus. Iblis meminta kepada Tuhan Yesus untuk
menyembah-Nya. Tetapi Yesus menolak dan
berkata kepada-Nya: Enyahlah, Iblis! Tuhan menghardik Iblis. Yesus mengusirnya dan Iblis harus pergi. Yesus berkata kepada Iblis: Enyahlah, Iblis! Ini perintah dari Tuhan kepada Iblis dan
Iblis tidak bisa menolaknya. Tuhan Yesus
dapat menolak permintaan Iblis, tetapi Iblis tidak dapat menolak perintah
Tuhan. Ini salah satu bukti lagi bahwa
Yesus lebih berkuasa dari si Iblis. Secara
tidak langsung Yesus berkata: “Harusnya engkau yang menyembah Aku. Eh…malah kau
meminta-Ku menyembahmu. Waktu dan
kesempatanmu untuk mencobai-Ku telah habis, enyahlah dari hadapan-Ku!” Perkataan Tuhan begitu keras kepada Iblis dan
harus direspon oleh Iblis dengan cara pergi dan harus meninggalkan Tuhan
Yesus. Hal ini kita bisa lihat di dalam
ayat 11.
Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus
menyembah Tuhan, Allahmu. Apakah
Iblis tidak tahu kewajibannya kepada Allah?
Dia sangat mengetahui kewajibannya.
Dia tahu bahwa hanya Allah yang harus disembah dan hanya kepada Allah
saja Iblis harus berbakti. Tetapi Iblis
telah mengambil keputusan untuk memberontak dan tidak mau menyembah serta
berbakti kepada Allah sehingga baginya telah tersedia tempat yang paling
mengerikan. Tetapi dalam kelicikannya ia
tidak mau dibuang ke tempat itu seorang diri.
Semenjak manusia dijadikan oleh Tuhan Allah hingga saat ini bahkan
sampai Tuhan Yesus datang kembali, ia terus mengaum dan mencari mangsa yang
bisa diterkam dan disesatkan, sehingga mereka pun ikut dalam neraka. Ia memutarbalikkan kebenaran dengan kebohongan
dan kepalsuan. Hari ini kita bisa
melihat ada begitu banyak orang yang mengikutinya. Mereka menyangka bahwa mereka telah berada di
jalan yang benar, padahal mereka telah ditipu oleh Iblis dan hawa nafsu
mereka. Tetapi tentang hal ini kita
tidak usah kaget karena Firman Allah pun telah berkata bahwa Iblis pun dapat
menjadi malaikat terang.
Kata
menyembah berasal dari kata Yunani προσκυνεω (proskuneo). Proskuneo menggambarkan seseorang yang berlutut
sambil membungkukkan dirinya sampai mencium tanah di hadapan orang yang lebih
berkuasa dari padanya. Tuhan Yesus
katakan, engkau harus menyembah Tuhan
Allahmu. Kenyataan ini melukiskan kewajiban
seorang penyembah sejati yang menunjukkan sikap hati yang sungguh merendahkan
diri dan mengenal bahwa hidup ini adalah milik Allah dan harus dipakai untuk
kemuliaan Allah. Ia harus tunduk dan
merendahkan dirinya sedemikian rupa sehingga ia melihat dan merasakan bahwa
dirinya tidak ada apa-apa dan tidak berdaya di hadapan Allah. Tidak ada lain yang ia harapkan di hadapan
Allah selain kemurahan Allah dan pelukan Allah.
Penyembahan kepada Allah seperti ini mengandung kecintaan yang begitu
kuat kepada Allah dan kerinduan untuk memberikan yang terbaik dari yang terbaik
kepada Allah. Penyembahan seperti ini
menimbulkan kerinduan dan kesungguhan untuk selalu berada di hadirat
Allah. Memandang kemuliaan Allah
merupakan kesukaan terbesar dari seorang penyembah Allah. Ada keintiman dengan Allah, merasakan
kehadiran Allah dan kedekatan Allah yang nyata dalam hidup penyembah. Penyembahan seperti ini tidak dianggap sebagai
paksaan tetapi timbul dari hati tulus yang telah menerima kemurahan Allah.
Penyembahan
seperti ini tidak akan membuat kita berani membuat penyembahan seperti
gaya-gaya diskotik. Sebab penyembahan
yang dimaksudkan di sini adalah ketertundukan kita kepada semua perintah Allah,
menyerahkan diri kepada pimpinan dan pertolongan Allah. Segala puji dan hormat hanya kepada Allah
sungguh terlihat dalam penyembahan seperti ini. Adakah penyembahan seperti ini menjadi bagian
kita? Harusnya inilah yang dilakukan
oleh Iblis, tetapi sebaliknya, bukan hanya menolak, malah Iblis meminta Yesus
lakukan ini kepadanya. Itulah sebabnya
Tuhan katakan: enyahlah Iblis!
Ada
orang yang tidak mengenal kebenaran dan yang juga menutupi kebenaran,
menggunakan ayat ini untuk menyangkal ketuhanan Tuhan Yesus. Mereka berkata: “Yesus sendiri berkata: “Engkau
harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau
berbakti.” Dengan ayat ini mereka
mengatakan bahwa Yesus sendiri mengakui bahwa Dia bukanlah Tuhan. Sebenarnya orang yang demikian gagal paham
atau sengaja tidak mau paham maksud ayat ini.
Mereka dengan sembarang mencopot ayat-ayat Firman Allah dan
menjelaskannya sesuka hati mereka.
Mereka tidak peduli maksud Allah di dalam Firman-Nya. Orang yang mempermainkan Firman-Nya akan
menerima ganjaran dari Allah kalau tidak bertobat.
Apakah
benar bahwa dalam ayat ini Yesus menyangkal ketuhanan-Nya? Sama sekali tidak! Bahkan ayat ini secara tegas menyatakan bahwa
diri-Nya adalah Tuhan Allah.
Mengapa? Ayat ini tidak bisa kita
pahami sesuka-suka kita dan menjelaskannya berdasarkan kemauan kita. Kita harus selidiki dengan saksama makna yang
terkandung dalam ayat ini tanpa melepaskannya dari konteks pencobaan.
Iblis
mencobai Yesus, bukan ketika Ia duduk dalam kemuliaan-Nya sebagai Allah yang
Mahatinggi, melainkan ketika Yesus, Anak Allah telah menjadi Manusia. Dalam kemanusiaan-Nya yang sejati, Ia turut
merasakan semua yang dapat dialami oleh kita, termasuk pencobaan. Iblis mencobai Yesus dalam kemanusiaan-Nya
secara langsung. Pada pencobaan kedua,
ketika Iblis berkata: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah,
sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya
dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu tidak
terantuk kepada batu”, Yesus menjawabnya: “Janganlah engkau mencobai Tuhan,
Allahmu.” Siapa yang dicobai oleh
Iblis? Dia adalah Tuhan Allah yang telah
menjadi Manusia. Dengan kata lain, Yesus
berkata kepada Iblis: “Janganlah engkau mencobai Aku, Tuhan Allahmu.” Kalau Yesus bukan Tuhan Allah mana mungkin
Yesus berani berkata demikian.
Nah dalam
pencobaan ketiga, Yesus berkata kepada Iblis: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah
Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.” Dengan kata lain, seperti dalam pencobaan
kedua tadi, Yesus berkata kepada Iblis: “Enyahlah kau, Iblis! Harusnya engkau menyembah Aku sebagai Tuhan
Allahmu.” “Kalau memang Ia adalah Tuhan,
mengapa Yesus tidak langsung mengatakan: Haruslah engkau menyembah Aku,” kata
mereka. Tetapi apakah hanya dengan cara
demikian sehingga ketuhanan Yesus diakui?
Hanya
orang yang terlalu picik dan yang sudah terkontaminasi dengan pikiran kotor dan
negatif saja yang berpikiran seperti itu.
Jika memahami ayat 10 dengan obyektif dan memperhatikan prinsip
penafsiran yang benar, maka tidak akan ada anggapan dan pernyataan
demikian. Allah tidak harus selalu berkata
bahwa diri-Nya adalah Allah untuk mengenal-Nya sebagai Allah. Perbuatan-Nya pun dapat memperlihatkan
diri-Nya sebagai Allah. Seorang presiden
tidak perlu setiap kali bertemu dengan orang lain harus mengakui dirinya
presiden. Orang pun akan tahu bahwa dirinya
adalah presiden. Yesus pun
demikian. Iblis pun mengetahui akan hal
itu. Hanya saja Iblis tidak mau
menyembah-Nya.
Kemarahan
Tuhan Yesus nampak dalam pencobaan ketiga ini.
Mengapa? Karena Iblis tidak mau
menyembah Tuhan Yesus sebagai Tuhan Allahnya, bahkan sebaliknya meminta Yesus
untuk menyembahnya. Barangsiapa tidak
melakukan kewajibannya kepada Allah akan menerima kemarahan Tuhan Allah. Barangsiapa tidak menyembah Allah seperti
yang difirmankan-Nya, akan menerima kemarahan Allah. Barangsiapa tidak menyembah Tuhan Yesus
sebagai Tuhan dan Allah, dan merendahkan-Nya, kelak ia akan menerima kemarahan
Anak Allah sehingga bagiannya adalah neraka kekal.
2. Berbakti kepada Allah
Point
kedua yang diajarkan oleh Tuhan Yesus mengenai kewajiban kita kepada Allah
adalah berbakti kepada-Nya. Tuhan Yesus
tidak hanya berkata: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, tetapi juga Ia
menambahkan: Hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti. Kedua kata kerja menyembah dan berbakti mempunyai
kesetaraan di dalam menjalankan kewajiban seseorang di hadapan Allah. Kita tidak bisa berkata bahwa kita telah
menyembah Allah sedangkan tidak mau berbakti kepada-Nya. Sebaliknya pun demikian.
Hanya kepada Dia sajalah, yaitu kepada Allah
sajalah engkau harus berbakti dan tidak boleh ada yang lain yang menerima
baktimu. Allah harus menjadi
satu-satunya yang menerima bakti kita. Kita
boleh berbakti kepada orangtua kita, kepada gereja dan sekolah, kepada lingkungan
dan masyarakat, bahkan kepada negara dan dunia.
Tetapi berbakti dalam konteks demikian berbeda dengan berbakti hanya
kepada Allah. Berbakti dalam ayat ini
memiliki kaitan dengan menyembah, yakni kepada Allah. Berbakti kepada orangtua hingga kepada bangsa
kita tidak mengandung penyembahan.
Tetapi berbakti kepada Allah tidak sekedar menaati seluruh perintah-Nya,
lebih dari itu harus terkandung makna penyembahan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Ketika
seseorang sungguh-sungguh berbakti hanya kepada Allah maka apa pun yang ia
lakukan di hadapan Allah tidak dipandang sebagai tekanan dan paksaan, melainkan
bentuk nyata dari penyembahan-Nya kepada Allah.
Ketika Firman Tuhan katakan: hormatilah orangtuamu, kita melakukannya
bukan karena takut dianggap anak durhaka, bukan karena takut mendapat hukuman
dari orangtua bahkan Allah. Tetapi kita
melakukannya sebagai bentuk penyembahan dan bakti kita kepada Allah. Ketika Firman Tuhan berkata: Hargailah orang
lain, bukan karena kita ingin mendapat pujian manusia, memperoleh penghargaan
balik. Tetapi kita melakukannya sebagai
bukti sembah dan bakti kita kepada Allah.
Firman Tuhan berkata: Jagalah hubungan dan ikatan pernikahanmu. Kita menjaganya bukan supaya kita tidak
saling menyakiti, bukan supaya kita diacungkan jempol oleh orang lain, bukan
pula supaya anak-anak kita tidak merasakan kehancuran dari perbuatan kita,
tetapi kita melakukannya sebagai wujud nyata dari sembah dan bakti kita kepada
Allah.
Berbakti
kepada Allah intinya adalah menjadi hamba yang siap-sedia menerima perintah dan
menaati perkataan Allah. Menaati seperti
apa? Iblis pun menaati perkataan Yesus
ketika Ia berkata: Enyahlah, Iblis! Tetapi
tindakan Iblis dalam hal ini bukan sebagai bentuk penyembahan dan baktinya
kepada Allah. Menaati dalam konteks
berbakti berkaitan erat dengan menyembah.
Di tempat lain dalam Firman Tuhan, kita disebut sebagai sahabat-Nya,
anak-anak-Nya, mempelai perempuan, dll.
Tetapi dalam ayat ini memposisikan kita sebagai seorang hamba yang
berkewajiban kepada Allah. Kewajiban
kita bukan hanya menyembah-Nya tetapi juga berbakti kepada-Nya.
Berbakti kepada Allah berarti
menghambakan diri kepada-Nya dan menuruti kehendak dan perintah Allah bagaikan
seorang hamba manaati perintah tuannya. Berbakti
kepada Allah adalah menjadi hamba yang setia, yang tidak lalai melakukan
kewajibannya sebagai hamba. Tujuan kita
berbakti kepada Allah adalah memuaskan hati Allah dengan sifat dan sikap kita yang
berkewajiban sebagai hamba. Kalau ini
menjadi tujuan bakti kita maka kita telah berbakti hanya kepada Allah
saja.
Jangan
seperti Iblis yang menaati perkataan Yesus dengan terpaksa dan tidak memberi
penyembahan dan bakti kepada Allah. Perkataan
Iblis dalam ayat 9, mempertontonkan kepada kita kesombongannya yang menyamakan
dirinya dengan Allah. Ia memposisikan
dirinya sebagai Allah, seolah-olah memang benar dia adalah Allah padahal tidak
demikian. Apakah Iblis layak disembah
dan menerima bakti kita? Hanya Allah
yang layak dan wajib disembah dan kepada-Nyalah kita berbakti.
Kita
harus peka dalam menyembah dan berbakti kepada Allah, supaya kita tidak menjadi
seperti Adam dan Hawa yang jatuh dalam dosa karena lebih mengutamakan keinginannya
dan rayuan Iblis. Ada banyak cara Iblis
untuk menjatuhkan kita sehingga kita tidak lagi menyembah Allah dengan cara
semestinya dan tidak lagi berbakti hanya kepada-Nya. Iblis bisa menggunakan kekayaan kita, ia bisa
menggunakan popularitas kita, ia bisa menggunakan jabatan kita, ia bisa memakai
orang yang paling dekat dengan kita, ia bisa memakai siatuasi yang ada, ia bisa
menggunakan siapa saja dan apa saja untuk membuat kita jauh dari Allah, membuat
kita tidak lagi menyembah Allah dan tidak lagi berbakti kepada Allah. Jika tidak ingin terjatuh dalam cobaan
seperti itu, ingatlah perkataan dan makna dari perkataan Tuhan Yesus: “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan
hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.”
AMIN….!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar