Lukas 24:39
Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku
sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan
tulangnya, seperti yang kamu lihat pada-Ku.
Damai
sejahtera yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada orang percaya adalah mengembalikan
posisi semula yang tidak bermusuhan melainkan penuh keintiman dengan
Allah. Damai sejahtera ini memberi
dampak yang besar bagi orang percaya, baik dalam hubungannya dengan Allah
maupun dengan sesama serta lingkungan. Tetapi
sadarkah kita bahwa damai sejahtera yang diberikan oleh Kristus telah dibayar
dengan sangat mahal? Bukan dengan bayaran
uang, bukan dengan kekayaan, bukan dengan bayaran binatang yang banyak,
melainkan dengan nyawa Ia telah memperoleh dan memberikan damai sejahtera itu kepada
orang percaya.
Tuhan
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: Lihatlah
tangan-Ku dan kaki-Ku. Mengapa Tuhan
berkata demikian? Ada yang anehkah dari
tangan dan kaki-Nya? Atau ada perhiasan
mahalkah di tangan dan kaki-Nya? Tidak
ada yang aneh dan tidak ada perhiasan di tangan dan kaki-Nya. Yang ada adalah tanda dari
penderitaan-Nya. Di tangan dan kaki-Nya
ada bekas paku ketika Ia disalibkan.
Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku. Secara implisit Tuhan ingin sampaikan: Damai sejahtera yang Kuberikan kepadamu tidak
diperoleh dengan mudah. Karena itu
janganlah mudah mempermainkan damai sejahtera yang Kuberikan kepadamu. Tanda di tangan dan kaki Tuhan merupakan
bukti nyata dari kesengsaraan-Nya untuk damai sejahtera yang diberikan kepada orang
percaya.
Tanda
penderitaan itu masih ada dan tetap ada setelah Yesus bangkit dan menampakkan
diri kepada para murid-Nya. Tanda itu
akan terus ada hingga Tuhan Yesus datang dalam kemuliaan-Nya untuk kedua
kalinya. Suatu saat kita akan melihat
tanda penderitaan itu ketika bersama-sama dengan Dia. Bekas paku di tangan dan kaki-Nya tidak akan
pernah hilang dan bekas paku itu adalah penghiburan dan damai sejahtera
kita.
Jikalau
bekas paku itu tidak ada pada Tuhan kita maka bukan lagi damai sejahtera yang
kita terima melainkan kegeraman murka Allah yang menghanguskan kita. Allah adalah api yang menghanguskan. Jika kehangatan murka-Nya atas pelanggaran
kita tidak reda maka kita akan hangus oleh-Nya.
Tetapi bersyukur karena sudah ada bekas paku di tangan dan kaki Tuhan
kita, sehingga damai sejahtera diberikan kepada kita.
Ketika
Tuhan Yesus menampakkan diri kepada para murid, mereka tidak mengenal Dia. Mereka menyangka Dia adalah hantu. Rasanya mereka tidak percaya bahwa Yesus yang
mereka ratapi sekarang berada di depan mereka.
Bagaimana mungkin hal ajaib ini bisa terjadi? Antara percaya atau tidak, itulah yang mereka
rasakan. Tetapi Tuhan Yesus berkata
kepada mereka: mengapa kamu terkejut?
Sudah lupakah kamu akan segala perkataan yang Kusampaikan kepadamu
mengenai semua ini? Apa yang membuat
kamu tidak percaya apa yang kamu lihat sekarang? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku; Aku
sendirilah ini. Aku bukan hantu, Akulah
yang telah mati di kayu salib tetapi yang juga telah bangkit dari kematian dan
sekarang Aku ada di tengah-tengah kalian.
Hantu
tidak memiliki tubuh. Jika Yesus tidak
sungguh-sungguh bangkit tidak mungkin Ia berkata supaya mereka meraba-Nya. Bahkan untuk lebih meyakinkan mereka, Yesus
meminta makanan dan di depan mata mereka Ia makan sepotong ikan goreng. Jika masih ada murid yang tidak percaya akan
kebangkitan-Nya, ini keterlaluan. Tetapi
semua percaya akan hal itu. Karena
itulah mereka dengan penuh keberanian membawa damai sejahtera kepada
dunia.
Kristus
telah menderita dengan sangat hanya untuk memberi damai sejahtera kepada orang
percaya, padahal Ia adalah Raja damai sejahtera. Nah, jika Kristus adalah Raja damai sejahtera,
mengapa harus menempuh jalan tersulit itu?
Mengapa tidak langsung saja memberi damai sejahtera itu tanpa harus
menderita? Adakah Ia tidak sanggup melakukan
hal seperti itu? Jika memang Dia Allah,
Dia berhak untuk memberi damai sejahtera itu dengan cuma-cuma tanpa harus jadi
manusia dan menderita sampai mati di kayu salib. Mengapa Kristus cari yang susah-susah? Mungkin pertanyaan-pertanyaan seperti ini
akan muncul di benak kita.
Kristus
adalah Raja damai sejahtera, tetapi salahkah jika Ia harus menempuh jalan
sesulit itu? Tidak ada salah. Bahkan itulah yang harus dilakukan-Nya agar
tidak bertentangan dengan diri-Nya sendiri.
Ia bukan hanya Raja damai sejahtera, melainkan Allah. Sebagai Allah Ia tidak akan bertindak di luar
sifat-Nya. Tindakan Allah mencerminkan
sifat-Nya sekaligus berlandaskan sifat-Nya. Ia adalah sumber damai sejahtera, tetapi juga
sumber keadilan dan kekudusan. Allah
mempunyai damai sejahtera, tetapi juga Ia mempunyai keadilan dan kekudusan yang
semuanya itu tidak dapat disangkal dan dinodai oleh Dia.
Damai
sejahtera telah dihancurkan oleh manusia.
Karena itu manusialah yang harus memulihkan damai sejahtera yang telah
dihancurkannya itu. Kekudusan dan
keadilan Allah menutut supaya apa yang telah dihancurkan oleh manusia
dipulihkan oleh manusia. Allah tidak
akan memberikan damai sejahtera itu secara cuma-cuma karena hal itu akan
bertolak belakang dengan sifat-Nya yang kudus dan adil. Ia tidak kompromi dengan dosa dan dosalah
yang menghancurkan damai sejahtera semula itu.
Jika Ia memberi damai sejahtera itu tanpa memperhitungkan keadilan dan
kekudusan-Nya yang harus menghukum dan tidak bersekutu dengan dosa maka Ia
adalah Allah yang melawan diri-Nya sendiri dan tidak kosisten.
Melihat
kebuntuan dari pihak manusia, Allah menjadi manusia. Dialah Kristus yang walaupun Dialah Raja
damai sejahtera itu, tetapi mau merendahkan diri-Nya dan menderita sampai mati
bahkan sampai mati di kayu salib. Setelah
tuntutan dari pihak Allah kepada manusia dipenuhi dalam daging, Kristus
memberikan damai sejahtera itu: damai
sejahtera bagi kamu. Bekas paku yang ada di tangan dan kaki-Nya adalah
bukti bahwa damai sejahtera tidak diperoleh dengan gampang. Dia telah memperoleh dan memberi damai
sejahtera itu. Dia juga memberi
perintah: bawalah damai sejahtera itu ke
manapun engkau pergi. Karena itu tema kita adalah Diutus untuk Membawa Damai Sejahtera. Jadilah seorang utusan yang sungguh-sungguh
membawa damai sejahtera itu.
AMIN………!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar