Jumat, 11 November 2016

Diutus untuk Membawa Damai Sejahtera III



Lukas 24:39
Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat pada-Ku.

                Damai sejahtera yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada orang percaya adalah mengembalikan posisi semula yang tidak bermusuhan melainkan penuh keintiman dengan Allah.  Damai sejahtera ini memberi dampak yang besar bagi orang percaya, baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama serta lingkungan.  Tetapi sadarkah kita bahwa damai sejahtera yang diberikan oleh Kristus telah dibayar dengan sangat mahal?  Bukan dengan bayaran uang, bukan dengan kekayaan, bukan dengan bayaran binatang yang banyak, melainkan dengan nyawa Ia telah memperoleh dan memberikan damai sejahtera itu kepada orang percaya. 
                Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku.  Mengapa Tuhan berkata demikian?  Ada yang anehkah dari tangan dan kaki-Nya?  Atau ada perhiasan mahalkah di tangan dan kaki-Nya?  Tidak ada yang aneh dan tidak ada perhiasan di tangan dan kaki-Nya.  Yang ada adalah tanda dari penderitaan-Nya.  Di tangan dan kaki-Nya ada bekas paku ketika Ia disalibkan. 
                Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku.  Secara implisit Tuhan ingin sampaikan: Damai sejahtera yang Kuberikan kepadamu tidak diperoleh dengan mudah.  Karena itu janganlah mudah mempermainkan damai sejahtera yang Kuberikan kepadamu.  Tanda di tangan dan kaki Tuhan merupakan bukti nyata dari kesengsaraan-Nya untuk  damai sejahtera yang diberikan kepada orang percaya. 
                Tanda penderitaan itu masih ada dan tetap ada setelah Yesus bangkit dan menampakkan diri kepada para murid-Nya.  Tanda itu akan terus ada hingga Tuhan Yesus datang dalam kemuliaan-Nya untuk kedua kalinya.  Suatu saat kita akan melihat tanda penderitaan itu ketika bersama-sama dengan Dia.  Bekas paku di tangan dan kaki-Nya tidak akan pernah hilang dan bekas paku itu adalah penghiburan dan damai sejahtera kita. 
                Jikalau bekas paku itu tidak ada pada Tuhan kita maka bukan lagi damai sejahtera yang kita terima melainkan kegeraman murka Allah yang menghanguskan kita.  Allah adalah api yang menghanguskan.  Jika kehangatan murka-Nya atas pelanggaran kita tidak reda maka kita akan hangus oleh-Nya.  Tetapi bersyukur karena sudah ada bekas paku di tangan dan kaki Tuhan kita, sehingga damai sejahtera diberikan kepada kita. 
                Ketika Tuhan Yesus menampakkan diri kepada para murid, mereka tidak mengenal Dia.  Mereka menyangka Dia adalah hantu.  Rasanya mereka tidak percaya bahwa Yesus yang mereka ratapi sekarang berada di depan mereka.  Bagaimana mungkin hal ajaib ini bisa terjadi?  Antara percaya atau tidak, itulah yang mereka rasakan.  Tetapi Tuhan Yesus berkata kepada mereka: mengapa kamu terkejut?  Sudah lupakah kamu akan segala perkataan yang Kusampaikan kepadamu mengenai semua ini?  Apa yang membuat kamu tidak percaya apa yang kamu lihat sekarang?  Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku; Aku sendirilah ini.  Aku bukan hantu, Akulah yang telah mati di kayu salib tetapi yang juga telah bangkit dari kematian dan sekarang Aku ada di tengah-tengah kalian.
                Hantu tidak memiliki tubuh.  Jika Yesus tidak sungguh-sungguh bangkit tidak mungkin Ia berkata supaya mereka meraba-Nya.  Bahkan untuk lebih meyakinkan mereka, Yesus meminta makanan dan di depan mata mereka Ia makan sepotong ikan goreng.  Jika masih ada murid yang tidak percaya akan kebangkitan-Nya, ini keterlaluan.  Tetapi semua percaya akan hal itu.  Karena itulah mereka dengan penuh keberanian membawa damai sejahtera kepada dunia. 
                Kristus telah menderita dengan sangat hanya untuk memberi damai sejahtera kepada orang percaya, padahal Ia adalah Raja damai sejahtera.  Nah, jika Kristus adalah Raja damai sejahtera, mengapa harus menempuh jalan tersulit itu?  Mengapa tidak langsung saja memberi damai sejahtera itu tanpa harus menderita?  Adakah Ia tidak sanggup melakukan hal seperti itu?  Jika memang Dia Allah, Dia berhak untuk memberi damai sejahtera itu dengan cuma-cuma tanpa harus jadi manusia dan menderita sampai mati di kayu salib.  Mengapa Kristus cari yang susah-susah?  Mungkin pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan muncul di benak kita. 
                Kristus adalah Raja damai sejahtera, tetapi salahkah jika Ia harus menempuh jalan sesulit itu?  Tidak ada salah.  Bahkan itulah yang harus dilakukan-Nya agar tidak bertentangan dengan diri-Nya sendiri.  Ia bukan hanya Raja damai sejahtera, melainkan Allah.  Sebagai Allah Ia tidak akan bertindak di luar sifat-Nya.  Tindakan Allah mencerminkan sifat-Nya sekaligus berlandaskan sifat-Nya.  Ia adalah sumber damai sejahtera, tetapi juga sumber keadilan dan kekudusan.  Allah mempunyai damai sejahtera, tetapi juga Ia mempunyai keadilan dan kekudusan yang semuanya itu tidak dapat disangkal dan dinodai oleh Dia. 
                Damai sejahtera telah dihancurkan oleh manusia.  Karena itu manusialah yang harus memulihkan damai sejahtera yang telah dihancurkannya itu.  Kekudusan dan keadilan Allah menutut supaya apa yang telah dihancurkan oleh manusia dipulihkan oleh manusia.  Allah tidak akan memberikan damai sejahtera itu secara cuma-cuma karena hal itu akan bertolak belakang dengan sifat-Nya yang kudus dan adil.  Ia tidak kompromi dengan dosa dan dosalah yang menghancurkan damai sejahtera semula itu.  Jika Ia memberi damai sejahtera itu tanpa memperhitungkan keadilan dan kekudusan-Nya yang harus menghukum dan tidak bersekutu dengan dosa maka Ia adalah Allah yang melawan diri-Nya sendiri dan tidak kosisten. 
                Melihat kebuntuan dari pihak manusia, Allah menjadi manusia.  Dialah Kristus yang walaupun Dialah Raja damai sejahtera itu, tetapi mau merendahkan diri-Nya dan menderita sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib.  Setelah tuntutan dari pihak Allah kepada manusia dipenuhi dalam daging, Kristus memberikan damai sejahtera itu: damai sejahtera bagi kamu. Bekas paku yang ada di tangan dan kaki-Nya adalah bukti bahwa damai sejahtera tidak diperoleh dengan gampang.  Dia telah memperoleh dan memberi damai sejahtera itu.  Dia juga memberi perintah: bawalah damai sejahtera itu ke manapun engkau pergi. Karena itu tema kita adalah Diutus untuk Membawa Damai Sejahtera.  Jadilah seorang utusan yang sungguh-sungguh membawa damai sejahtera itu.
AMIN………!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar