Minggu, 25 September 2016

Diutus untuk Membawa Damai Sejahtera. Damai Sejahtera seperti Apa?

LUKAS 24:36
Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!"

Tema gereja kita: Diutus untuk Membawa Damai Sejahtera.  Sebutan damai sejahtera merupakan sebutan alkitabiah yang sering digunakan dalam Kitab Suci kita, yang mengacu pada kata syalom dalam Perjanjian Lama dan eirene dalam Perjanjian Baru.  Kata syalom atau eirene diterjemahkan damai atau damai sejahtera; damai dan damai sejahtera mempunyai kesamaan arti karena berasal dari kata yang sama.  Istilah damai sejahtera sudah hampir menjadi istilah baku yang kita gunakan ketika berjumpa sahabat dan saudara/i seiman.  

Orang Kristen sudah familier dengan istilah shalom/salam.  Istilah ini sekarang digunakan untuk menyapa orang lain sebagai pengganti selamat pagi/siang/sore/malam. Namun apakah istilah ini hanya berarti demikian?  Sedangkal itukah makna shalom yang dimaksudkan oleh tema tahunan kita?  Jika damai sejahtera hanya dipakai untuk say hallo maka semua orang pun bisa membawa damai sejahtera.  Namun apakah semua orang bisa membawa damai sejahtera?  

Tuhan Yesus sendiri berkata kepada murid-murid-Nya: Damai sejahtera bagi kamu.  Jika Tuhan menggunakan kata ini hanya untuk menyapa mereka, betapa tidak berartinya perkataan itu bagi para murid.  Tetapi sesungguhnya damai sejahtera memiliki makna yang begitu dalam.  Apakah makna damai sejahtera yang sesungguhnya?  Inilah yang akan kita renungkan dalam kesempatan ini. 
Setiap perkataan yang keluar dari mulut Yesus tidak ada perkataan yang hambar dan tidak bermakna.  Semua perkataan-Nya tanpa terkecuali bermakna dan bermanfaat bagi kita.  Termasuk ketika Tuhan berkata: eirene humin (damai sejahtera bagi kamu).  Perkataan ini lebih dari sekedar menyapa para murid-Nya tatkala Ia berkata demikian.  

Jika demikian, damai sejahtera seperti apa yang Tuhan Yesus maksudkan?  Mari kita selidiki secara saksama.  Waktu Tuhan Yesus berkata: eirene humin, para murid sedang dalam keadaan takut, timbul kebimbangan dan tidak ada kepastian untuk melangkah.  Pintu rumah tempat mereka tinggal terkunci dengan rapat.  Mereka tidak berani membuka pintu karena rasa takut yang begitu besar menghantui mereka.  Mereka tidak berani menunjukkan diri kepada dunia bahwa mereka adalah pengikut Tuhan Yesus.  Pikiran mereka menjadi kacau karena Tuhan Yesus yang mereka andalkan telah mati di kayu salib.  Tetapi Tuhan telah bangkit.  

Dalam situasi seperti ini Tuhan Yesus datang dan berkata kepada mereka: eirene humin.  Singkat cerita, setelah Tuhan mengatakan demikian dan meyakinkan mereka, mereka sangat bersukacita.  Semangat yang semula sempat padam, sekarang menyala-nyala bagaikan api yang siap menghanguskan hutan.  Mereka yang tadinya takut, sekarang mempunyai keberanian yang tidak terduga.  Pintu yang tadinya tertutup, bukan lagi orang lain yang membukanya tetapi mereka sendirilah yang membukanya.  Mereka menunjukkan kepada dunia bahwa merekalah pengkikut Kristus.  

Bahkan sekalipun nyawa menjadi taruhannya, mereka tidak gentar.  Maut tidak menjadi penghalang.  Kekuasaan dunia tidak dapat menahan berita damai sejahtera yang mereka bawa.  Banyak contoh dari kesaksian mereka yang mula-mula penakut tetapi setelah menerima damai sejahtera Tuhan, mereka menjadi pribadi yang berani mati demi Tuhan.  Tetapi ingat, mereka tidak mati karena bunuh diri.  Petrus yang pernah menyangkal Tuhan Yesus, mati digantung di kayu salib dengan kepala ke bawah.  Stefanus mati karena dirajam dengan batu.  Yakobus dibunuh.  Ada begitu banyak yang harus mati demi damai sejahtera yang mereka bawa.  Tetapi kematian mereka bukanlah kematian yang sia-sia.  Tuhan berkenan kepada kematian mereka dan kematian mereka membuat berita damai sejahtera dalam Kristus sampai ke ujung bumi.  

Orang-orang yang melihat mereka menjadi heran dan bertanya-tanya apa sebabnya mereka demikian.  Mungkin juga pertanyaan itu muncul dalam masa kita.  Jawaban dari pertanyaan itu adalah seperti yang telah dikatakan oleh Tuhan Yesus: eirene humin.  Rahasianya adalah damai sejahtera. Damai sejahtera macam apakah itu?  

Suatu bangsa yang tidak dilanda peperangan dan hidup dalam kemakmuran dapat dikatakan bahwa bangsa itu ada dalam keadaan damai sejahtera.  Tetapi apakah damai sejahtera seperti ini yang Tuhan Yesus maksudkan?  Tentu tidak.  Murid-murid Tuhan tidak dijanjikan bahwa mereka akan mendiami bumi yang tidak ada peperangan.  Justru mereka ditempatkan dalam dunia yang membenci damai sejahtera.  

Tidak ada percekcokan antara kedua belah pihak bisa disebut kedua belah pihak berada dalam keadaan damai sejahtera.  Misalnya Abraham yang bijaksana dalam menyelesaikan persoalannya dengan Lot berhubung dengan padang pengembalaan.  Keadaan tidak ada perselisihan juga dapat disembut damai sejahtera.  Apakah inilah maksud Tuhan dengan damai sejahtera?  Tentu tidak.  Damai seperti ini terlalu dangkal untuk menggambarkan maksud Tuhan.  

Arti harfiah dari kata damai sejahtera yang berasal dari kata syalom menggambarkan keadaan baik dan sehat walafiat.  Apakah maksudnya seperti ini?  Tidak juga.  Jika damai sejahtera seperti ini yang diberikan kepada murid-murid, maka mereka tidak akan mau menderita demi nama Yesus.  Ketika mereka sakit dan dalam keadaan terpuruk maka mereka akan berbalik dari Allah dan melawan Dia.
Kalau demikian, damai seperti apakah yang dimaksudkan?  Damai sejahtera yang dimaksudkan adalah keadaan tanpa permusuhan dengan Allah.  Gambaran tentang damai sejahtera ini terlihat ketika manusia masih berada di taman Eden.  Mereka bergaul karib dengan Allah.  Allah menjadikan manusia sebagai sahabat-Nya.  Tidak ada permusuhan di antara kedua pihak.  Hubungan yang sungguh amat baik ada dalam persekutuan antara kedua pihak.  Allah selalu bersama dengan manusia.  Manusia selalu memuja Allah.  Ada keserasian antara kehendak Allah dan tindakan manusia dalam menjalankan kehendak-Nya. 

Namun hubungan yang tanpa permusuhan ini hancur oleh manusia.  Manusia tidak ingin menjaga hubungan yang penuh dengan keseimbangan ini.  Manusia membuat permusuhan dengan Allah.  Karena itulah Kristus datang ke dunia, menjadi manusia.  Dia yang adalah Raja damai, membawa damai itu kembali kepada manusia.  Ia memberikan damai sejahtera itu kepada manusia.  Untuk mengetahui bagaimana damai sejahtera itu diberikan oleh Kristus dan dengan apa kita membawa damai sejahtera ini ke dunia ini, kita akan merenungkannya di lain waktu.  
 
Kristus telah membawa damai sejahtera itu dan memberikan-Nya kepada mereka yang percaya kepada-Nya.  Ia berkata: “Damai sejahtera bagimu.”  Damai yang diberikan oleh Tuhan memberi dampak yang sangat luas kepada mereka yang menerimanya.  Sudahkah kita memiliki damai sejahtera itu?  Sudahkah kita kembali dalam posisi kita seperti semula yaitu dalam keadaan tanpa permusuhan dengan Allah karena Kristus?  Atau sebaliknya, kita terus menjadi musuh Allah karena kita terus berkanjang dalam dosa kita dan terus melawan Allah melalui hidup kita?  Janganlah dosa-dosa kita menjadi sebab permusuhan kita dengan Allah.
AMIN……..!!!!!

Minggu, 18 September 2016

Benarkah Baptisan Kudus Menyelamatkan Saudara????



KATEKISMUS HEIDELBERG
Minggu ke-26, Pert. & Jaw. 69-71


69. Pertanyaan: Bagaimana Saudara diingatkan dan diyakinkan dalam Baptisan Kudus, bahwa kurban Kristus yang satu-satunya, yang terjadi pada kayu salib itu, menjadi kebaikan bagi Saudara?

Jawab:  Kristus telah menetapkan permandian lahiriah ini (a), disertai janji (b). Sebagaimana tubuhku pasti dibasuh secara lahiriah oleh air, yang biasa dipakai untuk menghilangkan kotoran tubuh, sepasti itu pula aku telah dibasuh dengan darah dan Roh-Nya dari kecemaran jiwaku, yaitu semua dosaku (c).

(a) #/TB Kis 2:38. (b) #/TB Mat 28:19. (c) #/TB 1Pe 3:21.



70. Pertanyaan: Apa itu: dibasuh dengan darah dan Roh Kristus?

Jawab:  Mendapat pengampunan dosa dari Allah, berdasarkan rahmat, karena darah Kristus yang telah ditumpahkan-Nya bagi kita dengan pengurbanan-Nya pada kayu salib (a), dan pembaruan oleh Roh Kudus serta pengudusan olehNya menjadi anggota tubuh Kristus, supaya kita makin lama makin mati bagi dosa dan menempuh hidup saleh serta tidak bercela (b).

(a) #/TB Kol 1:14. (b) #/TB Rom 6:3-4.



71. Pertanyaan: Di mana Kristus berjanji kepada kita bahwa, sebagaimana kita pasti dibasuh oleh air baptisan, sepasti itu pula Dia mau membasuh kita dengan darah dan Roh-Nya?

Jawab:  Dalam penetapan Baptisan, yang berbunyi sebagai berikut, Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (#/TB Mat 28:19), dan, Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum (#/TB Mar 16:16). Janji itu diulang, ketika Alkitab menyebut Baptisan adalah permandian kelahiran kembali (#/TB Tit 3:5) dan pembasuhan dari semua dosa (#/TB Kis 22:16).



Sebelum datang ke gereja, kita pastinya sudah mandi, supaya bersih dan kelihatan OK.  Apalagi ditambah lagi dengan make up, menggunakan hand body, minyak rambut, lipstick bagi wanita, dll.  Tetapi itu semua hanyalah bumbu tatkala kita sudah mandi.  Intinya adalah kita mandi supaya bersih.  Dengan kita mandi, kita sadar benar bahwa kita kotor.  Ternyata analogi mandi ini digunakan dalam kebenaran Firman Tuhan untuk menggambarkan makna rohani dari Permandian/Baptisan Kudus.  Dengan menerima Baptisan Kudus, kita menyadari penuh bahwa kita sesungguhnya manusia yang kotor, butuh sekali untuk dibersihkan.  


Pada pertanyaan 69, pertanyaan itu tanpa bertele-tele langsung pada inti Baptisan Kudus yang harus kita tahu, yang dengannya kita diingatkan dan diyakinkan melalui baptisan yang telah kita terima.  Dari pertanyaan ini, Baptisan Kudus menggambarkan pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib demi kebaikan Saudara.  Saudara yang mana?  Tentu yang dimaksud adalah Saudara seperti yang dikatakan dalam Minggu 1, yang mengaku dengan hati dan mulut: tubuh dan jiwaku, baik pada masa hidup maupun pada waktu mati, bukan milikku lagi, melainkan milik Yesus Kristus, Juruselamatku yang setia, yang sudah menebus segala dosaku dengan darah-Nya yang tak ternilai harganya. Jika saudara termasuk di dalamnya maka pertanyaan ke-69 ini pula datang kepada saudara untuk mengingatkan dan meyakinkan saudara akan baptisan yang telah diperoleh.  


Bagaimana Saudara diingatkan dan diyakinkan dalam Baptisan Kudus, bahwa kurban Kristus yang satu-satunya, yang terjadi pada kayu salib itu, menjadi kebaikan bagi Saudara?  Kristus telah menetapkan baptisan lahiriah sebagai ketetapan yang baku dan tidak boleh diabaikan, melainkan harus dilaksanakan seperti yang telah diamanatkan-Nya dalam Amanat Agung (Matius 28:18-20).  Dalam ketetapan Kristus ini ada janji yang diberikan.  Janji-Nya menjadi jaminan dan kepastian bagi kita.  Tidak ada hitam abu-abu seperti janji manusia.  Apa janjinya?  Jika janji dalam Amanat Agung adalah penyertaan Tuhan sampai pada kesudahan zaman, maka janji dalam Baptisan Kudus adalah kepastian akan pembasuhan jiwa kita dari kecemaran oleh darah dan Roh-Nya.  


 Sebagaimana tubuhku pasti dibasuh secara lahiriah oleh air, bukan oleh pasir, bukan oleh bendera, bukan oleh tanah, melainkan oleh air, sepasti itu pula aku telah dibasuh dengan darah dan Roh-Nya dari kecemaran jiwaku, yaitu semua dosaku.  Hanya air yang bisa membersihkan kotoran yang melekat pada tubuh kita.  Tetapi apakah air yang sama dapat pula membersihkan kecemaran jiwa kita?  Apakah air yang sama mampu menyucikan kita dari segala dosa?  Oh tidak sama sekali.  Air yang dipakai dalam Baptisan Kudus hanyalah gambaran dan analogi dari pembasuhan oleh darah dan Roh Kristus.  Jika demikian maka sudah pasti bahwa Baptisan Kudus tidak akan menyelematkan kita.  Sebaliknya Baptisan Kudus mengingatkan dan meyakinkan kita akan pengorbanan Kristus yang memberi kepastian akan pembasuhan dosa oleh darah dan Roh-Nya.  


Apa itu: dibasuh dengan darah dan Roh Kristus?  Pertama: mendapat pengampunan dosa dari Allah, berdasarkan rahmat, karena darah Kristus yang telah ditumpahkan-Nya bagi kita dengan pengurbanan-Nya pada kayu salib.  Pengampunan dosa dari Allah tidak didasarkan oleh untung-untungan atau kekayaan atau hasil usaha kita atau jabatan kita atau studi kita.  Jika demikian orang yang paling hina dan paling berdosa tidak akan mendapat pengampunan dari Allah.  Tetapi syukur kepada Allah karena Ia tidak melihat apa yang ada pada kita sehingga Ia memberi pengampunan-Nya.  Ia tidak melihat kita berasal dari mana; Ia tidak melihat kita berwajah tampan atau cantik; Ia tidak melihat kita berkedudukan rendah atau tinggi; Ia tidak melihat sekelam apa masa lalu kita; Ia tidak melihat seluas apa pengetahuan kita.  


Lantas apa yang Allah lihat?  Ia melihat pada diri-Nya sendiri yang penuh pengampunan.  Ia melihat pada sifat-Nya yang tidak dapat Ia sangkal; Ia melihat bahwa Ia adalah Allah yang penuh dengan rahmat.  Inilah standar pengampunan dosa yang diberikan Allah kepada orang yang paling berdosa.  Rahmat Allah disebabkan oleh adanya penumpahan darah di atas bukit Golgota.  Darah yang tertumpah di atas kayu salib adalah darah yang suci sehingga mampu membasuh dosa sebesar dunia sekalipun.  Darah yang suci itu mampu membasuh jiwa cemar, yang dipenuhi dengan kebobrokan.  Darah itu hanya satu-satu, tidak ada duanya.  Karena itu, setiap orang yang mau jiwanya dibasuh, mendapat pengampunan dari Allah, tidak ada pilihan lain kecuali memohon kepada Allah supaya Ia berkenan memberi darah yang suci itu untuk membasuh jiwa yang najis. 


Selanjutnya, pengampunan dosa berjalan bersama dengan pembaruan oleh Roh Kudus serta pengudusan oleh-Nya menjadi anggota tubuh Kristus, supaya kita makin lama makin mati bagi dosa dan menempuh hidup saleh serta tidak bercela.  Karya Allah Tritunggal sungguh jelas dalam menyelamatkan dan menuntun orang itu sampai pada finish.  Pengampunan telah diberi, rahmat telah dicurahkan, Roh Kudus pun berdiam dalam hati orang yang telah mendapatkan pengampunan itu. 

Roh Kudus berdiam dalam diri Saudara untuk membaharui keseharian Saudara.  Yang dulu otak yang selalu diisi oleh pikiran kotor, dibaharui sedemikian rupa hingga berbalik arah pada hal-hal bersih.  Mata yang dulu dipakai untuk hal-hal yang jahat, sekarang dibaharui untuk memandang kepada hal-hal baik.  Mulut yang dulunya dipakai untuk gossip, cacian dan untuk kebohongan, sekarang dipakai untuk kebenaran dan membangun.  Tangan yang dulu dipakai untuk mengambil milik orang lain, sekarang dipakai untuk memberi.  Hati yang dulu penuh dengan kebejatan dan kedengkian, sekarang dipenuhi oleh kebajikan dan pengampunan.  Jangan katakan bahwa kita telah mendapat pengampunan sedangkan kita sendiri tidak bisa mengampuni.  


Kita dibaharui oleh Roh Kudus dan dikuduskan-Nya supaya hidup dalam pengudusan serta menjadi bagian dalam tubuh Kristus.  Setiap orang yang menjadi anggota tubuh Kristus tidak bisa lagi hidup menuruti kemauannya sendiri.  Ada yang memagari dan mengendalikannya, yaitu Kepala dan Kepala adalah Kristus.  Orang itu sudah menjadi anggota dari Kepala, sehingga apa yang menjadi kehendak dan perintah Kepala itulah yang harus dijalankan.  Anggota yang memang sungguh-sungguh anggota tidak mungkin mengangkat kepala kepada Kepalanya.  Ia akan tunduk sepenuhnya kepada Sang Kepala, sebab kepala atas anggota tubuh bukanlah angota itu sendiri, tetapi Kristus.  


Tujuan dari pembaharuan dan pengudusan untuk masuk dalam anggota tubuh Kristus adalah makin lama makin mati bagi dosa dan menempuh hidup saleh serta tidak bercela.  Makin lama makin matikah kita bagi  dosa?  Makin lama makin menempuh hidup salehkah kita?  Makin lama makin tidak bercelakah kita?  Atau sebaliknya makin lama makin hidup bagi dosa, makin lama makin menempuh hidup dalam ketidaktaatan, makin lama makin bercela di hadapan Tuhan.  


Tuhan berkata: kasihlah Aku dengan segenap hati dan hidupmu, tetapi kita makin mengasihi dunia kita dan makin membelakangi Dia.  Tuhan berkata: taatilah perintah-Ku, tetapi kita lebih suka menaati keinginan hati kita.  Tuhan berkata: haruslah hidupmu saleh di hadapan-Ku, tetapi jalan kita berbelat-belit di hadapan-Nya.  Jika demikian, beranikah kita mengaku sebagai anggota tubuh Kristus?  Sungguhkah kita mendapat pembaharuan Roh Kudus dan pengudusan oleh-Nya serta menjadi anggota tubuh Kristus?  Harusnya perbuatan kita yang demikian membuat kita malu di hadapan-Nya, tersungkur di kaki-Nya yang penuh rahmat.  Sampai hari ini pun belum ada kata lambat untuk bertobat dan mendapat pengampunan dari Tuhan bagi kita yang sungguh menyadari pelanggaran kita di hadapan-Nya. 


Syukur jika di antara kita tidak ada yang demikian.  Tetapi jika ada, marilah kita berjiwa seperti Daud yang sungguh menyadari pelanggarannya di hadapan Tuhan, dan berkata: “Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku” (Mzmm. 51:5).  Daud yang adalah orang nomor satu di Israel, merendahkan diri di hadapan Tuhan, memohon pengasihan-Nya berdasarkan rahmat-Nya yang besar, memohon supaya Tuhan membersihkannya dari dosanya, memohon Tuhan menuntun dia agar tidak belok ke kiri atau kanan.  Hanya Daudkah yang memerlukan pengakuan dan permohonan seperti itu? 


Tuhan Yesus telah berjanji sepasti air lahiriah membersihkan tubuh kita, sepasti itu pula Dia mau membasuh kita dengan darah dan Roh-Nya.  Di mana janji-Nya terdapat?  Pertama-tama janji ini diberikan ketika Ia memberikan perintah untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa.  Setelah Tuhan menyelesaikan pengorbanan-Nya di bumi, setelah Ia mati dan bangkit, segala kuasa di sorga dan di bumi telah ada dalam tangan-Nya, Ia menetapkan Baptisan Kudus yang melambangkan pembasuhan oleh darah-Nya dan pembaharuan oleh Roh-Nya.  Setiap orang yang percaya kepada-Nya tanpa memandang bulu dan dibaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, pasti akan diselamatkan.  Tetapi setiap orang yang tidak percaya tanpa memandang siapa dia, pasti akan dihukum.  Selanjutnya, janji pembasuhan oleh darah Kristus dan pembaharuan oleh Roh Kudus yang dilambangkan dalam Baptisan Kudus diulang-ulang lagi.


Baptisan Kudus menggambarkan betapa hebatnya pengorbanan Kristus dan betapa ngerinya hukuman yang ditumpahkan kepada-Nya demi menghapus kecemaran jiwa kita.  Murka Allah ditumpahkan sepenuhnya di atas kayu salib.  Allah tidak bermain-main dengan dosa.  Namun bagaimana dengan kita?  Masihkah kita senang bermain-main dengan dosa?  Jika kita sungguh sudah dibasuh oleh darah dan Roh Kristus, kita tidak akan berani bermain-main dengan dosa, sebab karena itulah darah yang suci harus mengalir dari bukit Golgota. 



AMIN..!!!!!

Senin, 05 September 2016

Saudara memilih yang mana.....???????



MATIUS 4:8-9
Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
               
Harta dan takhta banyak kali membawa manusia lupa akan kodratnya di hadapan Allah.  Demi memburu harta dan takhta, Allah ditinggalkan.  Harta dan takhta menjadi ‘allah’.  Jika harta dan takhta telah menjadi ‘allah’ maka Allah tidak lagi menjadi pusat perhatian dan penyembahan.  Yang mengendalikan bukan lagi Allah, tetapi keinginan untuk memperoleh harta dan takhta.  Harta dan takhtalah yang menjadi pengikat.  Kalau sudah seperti ini, maka hidup akan diisi dan dipenuhi dengan berbagai niat busuk dan tindakan melawan Allah.  

Orang yang hatinya terpikat oleh harta, sulit bersyukur kepada Allah karena merasa bahwa segala pencapaiannya adalah usahanya semata.  Orang yang haus kedudukan dan juga yang memiliki kedudukan sering berlaku busuk dan sewenang-wenang serta bertindak untuk kepentingan sendiri.  Orang yang seperti ini tidak akan ragu untuk melepaskan Allah demi harta dan takhta.  Orang yang demikian akan berkata: “Tuhan tidak penting, harta dan takhtalah yang penting.”  Tetapi Firman Tuhan berkata: “Terkutuklah orang yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan yang hatinya menjauh dari TUHAN” (Yer. 17:5). 

Tetapi bagaimana dengan Saudara?  Apakah Saudara juga termasuk orang-orang yang haus akan harta dan takhta?  Semoga kita tidak termasuk di dalamnya.  Mari kita belajar dari Tuhan kita, Yesus Kristus, yang pernah diperhadapkan dengan cobaan seperti ini.  Kiranya melalui Firman Tuhan hari ini, kita dikuatkan dan diinsafkan jika kita banyak kali tergoda dengan cobaan seperti ini.  

Sekali lagi Iblis mempunyai kesempatan untuk mencobai Tuhan Yesus secara langsung.  Setelah kalah telak dalam babak pertama dan kedua, dalam babak ketiga Iblis membawa Tuhan Yesus ke atas gunung yang sangat tinggi.  Jika kita berada di atas gunung yang sangat tinggi, kita akan melihat segala keindahan yang ada di bawah gunung.  Pemandangan yang begitu indah itu membuat kita kagum akan karya Allah dalam alam semesta.  Kita bisa melihat betapa hebatnya Allah menciptakan keindahan alam ini.  Kita merasakan kesejukan dan kesukaan tatkala melihat agungnya ciptaan Allah.  “Oh, sungguh Allahku Mahaperkasa, Dialah yang menjadikan semua ini.”

Tetapi ada yang tidak biasa dengan sikap Iblis dalam mencobai Tuhan Yesus.  Ketika melihat keindahan dan kemegahan dunia ciptaan Allah, Iblis bukannya memuji Allah, malah mencobai Allah.  Ia melihat segala kemegahan ciptaan Allah, tetapi tidak membuatnya tunduk kepada Allah.  Iblis menyadari bahwa perbuatannya tidak benar, tetapi kesadaran itu tidak membuatnya memuji Allah, sebab dia tidak akan pernah hidup dalam kebenaran. 

Setibanya di gunung yang sangat tinggi, Iblis pun bereaksi.  Ia memperlihatkan segala kerajaan dunia dan kemegahannya kepada Tuhan Yesus.  Dalam Injil Lukas tertulis, bahwa Iblis memperlihatkan semua kerajaan dunia dalam sekejap mata.  Apakah itu ilusi semata yang dibuat oleh Iblis?  Apakah yang diperlihatkan Iblis kepada Tuhan Yesus adalah palsu atau tipuan?  Kalau memahami hal ini hanya sepintas lalu, mungkin kita akan beranggapan itu hanya tipuan semata.  Apalagi yang melakukan ini adalah si Iblis.  Kalau berpatokan pada kenyataan ini, memang benar.  

Tetapi dari penggunaan kata memperlihatkan dalam teks Yunani, apa yang dilakukan oleh Iblis ini bukanlah tipuan, tetapi menyatakan realitas dari apa yang diperlihatkannya.  Apa yang diperlihatkan oleh Iblis memang sesuai fakta.  Begitu pun penggunaan tas basileias tou kosmou menunjuk pada kerajaan dunia yang nyata, bukan kerajaan dunia khayalan.  Pemakaian artikel tas dan tou menegaskan bahwa kerajaan dunia yang diperlihatkan oleh Iblis sungguh ada.  Dalam hal ini Iblis tidak berbohong.  Ia sungguh memperlihatkan kepada Tuhan Yesus segala kerajaan dunia dengan kemegahannya.

Tetapi mungkin kita akan bertanya, bagamana cara Iblis bisa memperlihatkan semua kerajaan dunia kepada Tuhan Yesus?  Iblis telah diberi kuasa oleh Allah melebihi makhluk yang lain.  Hanya saja dia tidak menggunakan kuasa yang diberikan oleh Allah dengan cara yang benar.  Jika kita mengetahui akan hal ini, tidak sulit bagi kita menerima kenyataan ini.  Kita saja manusia bisa melakukan apa yang dilakukan Iblis, walaupun tidak sama seperti yang dilakukan Iblis kepada Tuhan Yesus.  Jika pergi ke suatu taman yang sangat luas, kita butuh waktu yang cukup lama untuk melihat semua keindahan taman itu.  Tetapi untuk memudahkan kita melihat semua taman itu dalam sekali lihat, kita bisa melihat miniatur dari taman itu.  

Setelah Iblis memperlihatkan segala kerajaan dunia, Iblis masuk pada tujuan utamanya.  Ia berkata kepada Tuhan Yesus: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”  Dari perkataannya ini nampak klaim Iblis bahwa segala kerajaan dunia dan segala kemegahannya adalah miliknya.  Dengan tidak ada malu Iblis menghampiri Tuhan Yesus dengan perkataan demikian.  Milik siapakah langit dan bumi?  Milik siapakah dunia ini?  Milik siapakah kerajaan dunia ini?  Semuanya adalah milik Allah.  Iblis tidak mempunyai hak milik.  

Tetapi ia telah berusaha begitu rupa untuk merampas milik Allah.  Dan dalam keadaan tertentu Iblis berhasil melakukannya.  Allah menciptaan dunia ini dengan segala keindahan dan kemegahannya, tetapi dunia lebih memilih Iblis untuk menjadikannya allah atas mereka.  Banyak kerajaan dunia yang berada dalam cengkeraman Iblis.  Namun perbuatannya itu tidak benar.  Ia telah mencuri apa yang menjadi hak Allah.  Harusnya Iblis malu dan tersungkur di hadapan Tuhan Yesus, sebab Dialah Pemilik dari langit dan bumi serta segala isinya.  Harusnya ia mengakui kesalahannya yang telah merampas dan mencuri hak milik Allah.  Tetapi apa yang terjadi?  Dengan kesombongan Iblis berkata kepada Anak Allah yang telah menjadi Manusia: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”  

Seolah-olah kerajaan dunia ini adalah miliknya.  Di sinilah letak kebohongan Iblis.  Tadinya ketika ia memperlihatkan segala kerajaan dunia dengan segala kemegahannya, ia tidak berbohong.  Tetapi dalam moment yang sama, dia berbohong dengan mengatakan bahwa dialah pemilik kerajaan dunia dan kemegahannya.  Kita juga mungkin melakukan hal yang sama dengan Iblis.  Ketika kejujuran memuluskan rencana busuk kita, maka kejujuran akan tampil di depan.  Tetapi ketika kebohongan memuluskan rencana kotor kita, maka kebohonganlah yang akan kita gunakan.  

Iblis tidak malu akan pengakuannya di hadapan Tuhan Yesus.  Apa yang bukan miliknya, ia akui sebagai miliknya hanya karena ingin rencananya berhasil.  Kita juga seringkali demikian.  Kita tidak malu mengakui sebagai hak kita apa yang bukan hak kita.  Apa yang bukan menjadi milik kita, tidak malu kita akui sebagai milik kita.  Malulah untuk mengakui apa yang bukan milik dan bagian kita.  Tetapi banggalah untuk mengakui apa yang menjadi hak dan kepunyaan kita.  

Dengan keyakinan yang kuat dan begitu meyakinkan, Iblis datang dengan pengakuan yang seperti itu.  Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”  Semua kerajaan dunia dengan kemegahannya akan kuberikan kepada-Mu, tetapi ada syaratnya.  Aku tidak akan memberikan dengan cuma-cuma.  Aku ingin ada timbal balik.  Aku memberi, Engkau juga harus memberi kepadaku.  Aku memberi Engkau semua kerajaan dunia ini, tetapi Engkau pun harus memberi penyembahan-Mu kepadaku.  Seperti itulah maksud Iblis.  

Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.  Iblis menyerang Tuhan Yesus dengan strategi yang luar biasa jitu.  Jika orang biasa ditawarkan seperti ini, sulit sekali menolaknya.  Para koruptor saja yang tidak secara langsung dicobai oleh Iblis sudah jatuh ke dalam tindakan kosupsi.  Apalagi jika head to head seperti yang dialami Tuhan Yesus.  Dengan tipu daya dan rayuan manis Iblis, pasti orang yang tidak kuat akan langsung terpancing oleh godaan dan cobaan Iblis.  

Iblis sudah mempunyai segudang pengalaman dalam hal ini.  Ia sudah berulang-ulang kali mengelabui dan membawa manusia menyembah dia karena harta dan takhta.  Serangan Iblis merupakan serangan yang melumpuhkan.  Sulit bagi manusia untuk lepas dari serangan cobaan seperti ini, kecuali orang itu bergantung penuh pada kehendak Tuhan.  Nah, sekarang Iblis menggunakan salah satu titik terlemah manusia untuk datang mencobai Tuhan Yesus. 
Tetapi apakah harta dan takhta itu tidak baik?  Sebenarnya inti persoalan bukan terletak pada harta dan takhta.  Tetapi persoalannya adalah pada hati dan niat hati serta sikap hati kita.  Kita memiliki banyak harta dan mempunyai kedudukan di dunia ini tidak menjadi masalah.  Tetapi pertanyaan penting dalam hal ini: dengan cara apakah kita memperolehnya?  Dan kalau kita memiliki harta dan takhta, bagaimanakah cara kita bersikap dan mempertangungjawabkannya di hadapan Allah dan sesama?  

Tawaran Iblis menyenangkan sekali.  Yang ditawarkan bukanlah dukacita, bukan pula kesusahan.  Iblis tidak menawarkan salib kepada Tuhan Yesus.  Tetapi dia menawarkan kesenangan, kemegahan dan kemewahan.  Dia menawarkan harta dan kedudukan di dunia ini.  Tetapi syaratnya merupakan pedang pemutus antara hubungan Tuhan Yesus dengan Allah Bapa.  Menerima tawaran yang menggiurkan dari Iblis berarti memutuskan hubungan dengan Sang Bapa.  Tetapi Tuhan Yesus sungguh tahu jalan mana yang harus ditempuh-Nya dan Ia telah menempuh jalan yang tepat.  Ia telah menolak untuk ketiga kalinya tawaran Iblis.  

Iblis bisa menawarkan kita kekayaan dan kekuasaan.  Ia bisa memberikan kekayaan dan kekuasaan kepada kita di dunia.  Ia tidak berbohong dalam hal ini.  Namun dengan mengikuti dia, maka kita memisahkan diri dari Allah.  Inilah yang paling dinanti-nantikan oleh Iblis.  Tetapi satu hal yang Iblis tidak bisa tawarkan dan berikan, yaitu menyatukan kita dengan Allah Bapa.  Hal ini hanya bisa dilakukan oleh Tuhan Yesus.  Dialah yang dapat mempersatukan kita dengan Allah Bapa dan memberi Roh-Nya sebagai bagian kita.  

Memang Tuhan banyak kali mengizinkan kita mengalami dukacita, kesusahan, tangisan.  Tuhan memberi kita salib untuk dipikul setiap hari.  Berbeda dengan yang ditawarkan Iblis.  Tetapi pada akhirnya, dukacita diganti dengan sukacita.  Tangisan dihapus menjadi senyuman yang memancarkan kemuliaan Allah.  Salib diganti dengan mahkota kemuliaan yang tidak pernah memudar.  Allah akan menghapus segala air mata dari mata kita dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, ratap tangis, dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu (Why. 21:4).  Itu janji Tuhan bagi kita yang bertahan sampai finish.  

Sekarang kita pilih yang mana, bersenang-senang di dunia tetapi akhirnya menderita kekal?  Ini adalah tawaran Iblis; atau menderita di dunia ini, memikul salib di dunia ini tetapi akhirnya bahagia abadi?  Inilah tawaran dan pemberian Tuhan bagi kita yang mengikuti-Nya. 
AMIN……!!!