Minggu, 27 Maret 2016

Kubur yang termeterai tidak menjadi penghalang kebangkitan-Nya, mengapa?



Markus 16:3-4
“Siapakah yang akan menggulingkan batu pintu makam itu bagi kita?  Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling.”

                Dua hari yang lalu kita telah merayakan Hari Jumat Agung.  Ribuan tahun yang lalu, tepatnya di hari Jumat, Kristus telah menderita hingga mati di kayu salib.  Penderitaan-Nya sangat mengerikan.  Tidak ada orang yang pernah mengalami penderitaan Kristus ketika di dunia ini.  Dia tidak bersalah, namun dituduh telah melakukan kesalahan.  Dia bukan penjahat tetapi dihitung sebagai penjahat.  Dia tidak berdosa, tetapi dijadikan berdosa.  Dia tidak pantas mendapat hukuman, tetapi kepada-Nya timpakan hukuman mati di kayu salib.  Dia harus mananggung hinaan, tertawaan, cacian.  Dia dipukuli, dicambuki, diludahi, dikenakan mahkota duri, hingga akhirnya di gantung di atas kayu salib. 
                Di atas kayu salib Ia mengakhiri hidup-Nya.  Yesus menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa dan mati tergantung di kayu salib.  Setelah mati, tubuh-Nya dibawa ke kuburan Yusuf dari Arimatea.  Setelah dibaringkan di dalam kuburan, pintu kubur itu ditutup dengan batu yang besar dan dimeteraikan sehingga tidak ada yang berani membukanya bahkan dijaga oleh para prajurit.  Kuburan Tuhan Yesus dijaga dengan ketat atas permintaan imam-imam kepala dan orang Farisi karena mereka telah mendengar bahwa Tuhan Yesus akan bangkit pada hari yang ketiga. 
                Tetapi apa yang terjadi di hari ketiga setelah Tuhan Yesus mati?  Dia sungguh bangkit.  Setiap perkataan-Nya pasti Dia genapi.  Yesus sudah katakan sebelum kematian-Nya bahwa Ia akan menanggung derita yang sangat dan mati, tetapi akan bangkit pada hari ketiga.  Pada hari pertama dalam minggu itu, jadi tepatnya hari Minggu yang sekarang ini, Tuhan Yesus bangkit dari kematian.  Itulah sebabnya kita sekarang beribadah pada hari Minggu, karena di hari ini mengingatkan kita akan kebangkitan-Nya yang membuktikan kemenangan-Nya atas maut. 
                Mula-mula ketika Tuhan Yesus bangkit di hari pertama, tidak ada seorang pun yang tahu.  Murid-murid Tuhan Yesus dan perempuan-perempuan yang selalu mengikuti Dia tidak ingat akan perkataan-Nya bahwa Ia akan bangkit pada hari yang ketiga.  Yang mengingat akan perkataan-Nya ini adalah orang-orang yang membenci Yesus, yaitu ahli-ahli Taurat dan orang Farisi.  Hal ini berbanding terbalik.  Harusnya mereka yang selalu ikut Dia yang ingat akan perkataan-Nya ini.  Tetapi satu hal yang bisa kita pelajari dalam hal ini: orang jahat pasti akan selalu menyelidiki dan mengingat perkataan orang baik, dengan tujuan untuk menjadikan perkataan itu sebagai senjata untuk menyerang orang baik. 
                Tuhan telah katakan bahwa Ia akan bangkit sehingga mereka menyiapkan segala sesuatu untuk membatalkan kebangkitan-Nya.  Tetapi tidak bisa kebangkitan-Nya dibatalkan oleh siapa pun.  Dia telah bangkit, tetapi awalnya tidak ada yang mengetahui tentang kebangkitan-Nya, termasuk perempuan-perempuan yang pertama kali hendak menjenguk mayat Tuhan Yesus.  Perempuan-perempuan yang dimaksud adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome (ibu dari anak-anak Zebedeus).  Pagi buta mereka sudah pergi ke kuburan untuk merempahi mayat Tuhan Yesus.  Tetapi Yesus sudah bangkit sebelum mereka sampai ke kuburan. 
Di tengah-tengah perjalanan, mereka bertanya seorang akan yang lain mengenai siapa yang akan menggulingkan batu yang besar yang sedang menutupi pintu makam itu sehingga mereka bisa masuk ke dalam.  Nas bacaan kita berbunyi: “Siapakah yang akan menggulingkan batu pintu makam itu bagi kita?  Perempuan-perempuan itu tahu bahwa tidak ada yang mau menolong mereka untuk membuka pintu kubur itu.  Mereka sendiri pun tidak bisa menggulingkan batu yang besar itu dari pintu makam.  Apalagi kubur Tuhan Yesus dijaga oleh para prajurit.  Pastilah penjaga-penjaga tidak akan melepaskan mereka untuk masuk ke dalam kubur yang dimeteraikan itu.  Tetapi hal itu tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk pergi ke kubur Yesus.  Oleh karena kasih mereka kepada Tuhan Yesus yang mereka tahu telah mati, mereka pergi ke sana. 
Setibanya di TKP mereka kaget karena apa yang menjadi perdebatan mereka di jalan tadi ternyata telah terjawab.  Apa yang mereka kuatirkan di jalan sekarang tidak lagi menjadi bahan kuatir.  Mereka tidak perlu lagi bertanya-tanya akan siapa yang akan membukakan pintu batu bagi mereka untuk masuk ke dalam kubur.  Mengapa?  Sebab ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu telah terguling (ay. 4). 
Batu yang tadinya menjadi penghalang bagi mereka untuk masuk ke dalam kubur sekarang tidak lagi menjadi hambatan.  Batu yang tadinya tidak akan bisa digulingkan itu, sekarang sudah terguling dan pintu kubur terbuka di depan mata mereka.  Dengan kekuatan perempuan-perempuan itu mereka tidak akan bisa menggulingkan batu yang besar itu.  Bahkan kalau pun ada laki-laki yang mau menolong mereka pastilah penjaga-penjaga kubur itu tidak akan melepaskan mereka untuk menggulingkan batu itu sebelum lewat hari yang ketiga.  Tetapi apa yang tidak bisa dilakukan oleh perempuan-perempuan itu dan murid-murid Tuhan Yesus, dikerjakan oleh Tuhan bagi mereka.
Inilah penyertaan dan kuasa Tuhan yang banyak kali tidak kita pahami dan banyak kali kita abaikan.  Ketika masalah datang silih berganti kita mulai ragu dengan kuasa Tuhan.  Saat beban hidup ini makin berat kita mulai buta  dengan penyertaan Tuhan.  Ketika dirundung oleh sakit penyakit yang tidak kunjung sembuh kita mulai pertanyakan kuasa Tuhan bagi kita.  Tetapi dalam semua pernyataan dan pertanyaan tentang Dia, Dia tetap ada, penyertaan dan kuasa-Nya selalu nyata.  Hanya saja kita tidak melihat, tidak merasakan dan tidak mengakuinya karena mata hati kita telah rabun bahkan buta. 
Terkadang ketika kita menghadapi beban dan persoalan hidup, Tuhan akan menjawabnya sesuai permohonan kita.  Tetapi juga kadang Tuhan tidak akan menjawab sesuai doa kita, melainkan menjawabnya sesuai jalan-Nya yang mungkin kita tidak sukai dan pasti itu yang terbaik bagi kita.  Contoh: Paulus meminta supaya duri dalam daging yang selalu menggocoh dia diangkat darinya, Tuhan menjawab lain dan jawaban Tuhan tidak sesuai permohonan Paulus.  Namun itulah yang terbaik untuk Paulus. 
Sekarang perempuan-perempuan itu diperhadapkan dengan persoalan mengenai batu besar yang menutup kubur Yesus.  Tuhan menjawabnya sesuai dengan permohonan dan kerinduan mereka.  Tuhan sendiri yang membuka jalan bagi mereka untuk masuk ke dalam kubur.  Kita harus belajar mencari kehendak Tuhan agar kita tidak menjadi kecewa dan menolak Dia karena persoalan hidup kita.  Kalau sampai kita menyangkal Dia, kita adalah orang yang paling malang karena menyia-nyiakan sukacita dan hidup yang kekal di dalam Dia. 
Batu yang besar yang tadinya menutup rapat pintu kuburan tempat Yesus dibaringkan telah terguling.  Tanpa banyak bertanya mereka masuk ke dalam kubur.  Sekarang mereka dapat masuk ke dalam kubur.  Kubur itu menjadi saksi kematian Yesus.  Kubur itu menjadi lambang kematian-Nya.  Kubur itu adalah tempat mayat Tuhan Yesus dibaringkan.  Namun kubur itu pula dapat dimasuki oleh perempuan-perempuan itu.  Mereka dapat masuk ke dalam kubur karena perbuatan Tuhan.  Mereka yang masuk ke dalam kubur itu ikut masuk dalam kematian Kristus.  Mereka mendapat bagian dalam kematian-Nya.
 Apakah hanya mendapat bagian dalam kematian?  Lebih dari itu mereka pun dapat bagian dalam kebangkitan-Nya.  Mereka yang masuk ke kubur itu tidak terus tinggal dalam kubur yang menjadi saksi dan lambang kematian Tuhan Yesus.  Sebaliknya mereka keluar kembali dari kubur itu.  Kristus sudah keluar dari kubur itu.  Kristus tidak ada lagi dalam kubur itu.  Kristus tidak lagi dikuasai oleh kematian.  Karena itu pun mereka harus keluar dari kubur itu sama seperti Tuhan mereka.  Kristus telah bangkit sehingga mereka pun harus bangkit dari kesedihan.
Apa hasil dari peristiwa ini?  Mereka tertegun dan sangat bersukacita.  Bagaimana tidak?  Pribadi yang mereka ratapi karena kematian-Nya sekarang sudah tidak ada lagi di tempat pembaringan-Nya dan sudah bangkit.  Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Dia adalah Anak Allah yang Mahatinggi.  Dalam sukacita yang sangat itu perempuan-perempuan itu keluar dari kubur dan memberitakan kebangkitan-Nya kepada orang lain.  Kita juga pasti merasakan sukacita yang sangat jika kita menjadi saksi melalui mata rohani dari kebangkitan Tuhan Yesus. 
Kalau kita juga telah mendapat bagian dalam kematian dan kebangkitan-Nya maka haruslah kita mematikan kedagingan dan segala hawa nafsu duniawi dan mengalahkan kuasa Iblis dengan perbuatan-perbuatan yang memuliakan Allah.  Kalau kita juga telah mendapat bagian dalam kematian dan kebangkitan-Nya maka marilah kita pulang dengan sukacita yang sangat dan mewartakan perbuatan Tuhan yang luar biasa.
AMIN…!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar