Sabtu, 12 Desember 2015

Harmony of Christmas, kapan.................



Harmony of Christmas (Lukas 2:14b)

Kita pasti menginginkan ada keharmonisan antara kita dan sesama di manapun kita berada.  Kita ingin memiliki keluarga yang harmonis.  Kita ingin harmonis dengan ayah atau ibu, dengan kakak atau adik, dengan istri atau suami.  Kita ingin adanya keharmonisan dalam pergaulan, baik  dengan sejawat, sesama teman kita atau bahkan dalam ruang lingkup pergaulan yang lebih daripada itu.  Keinginan ini sungguh baik.  Tetapi keinginan saja tidak cukup.  Perlu ada tindakan konkrit untuk mewujudkannya.  Namun sebelum bertindak, perlu juga ada landasan yang tepat agar kita dapat berpijak dan bertindak di atas landasan ini.  Mari kita lihat landasan itu melalui terang Firman Tuhan dari Injil Lukas 2:14, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” 
Secara khusus kita akan fokus pada bagian kedua dari ayat ini yaitu: “Damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”  Tema Natal yang diberikan kepada saya: Harmony of Christmas.  Keharmonisan Natal hanya bisa terwujud kalau kita berpijak pada landasan yang benar.  Sangat sulit kita mengaplikasikan tema ini secara tepat kalau kita tidak berada di atas dasar yang benar, sebab kita adalah manusia yang egois, manusia yang mementingkan diri sendiri, manusia yang ingin selalu diutamakan, manusia yang menganggap diri selalu benar walaupun salah, manusia yang selalu menjadikan dirinya sebagai sentral.  Sedangkan untuk mengaplikasikan Harmony of Christmas, semua sifat dan sikap demikian harus dilenyapkan. 
Bagaimana kita bisa melenyapkan sifat dan sikap kita yang demikian?  Pada dasarnya dari diri sendiri, tidak bisa kita lakukan itu.  Kita memang manusia yang sudah seperti itu dan tidak bisa mengubahnya tanpa pertolongan Tuhan.  Itu sebabnya jika kita ingin membuang segala yang tidak benar itu untuk mewujudkan Harmony of Christmas, maka Tuhanlah yang harus mengubah kita, bukan kita yang mengubah diri sendiri.  Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan walaupun mustahil bagi kita.
Ayat renungan yang menjadi fokus kita berkata: Damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.  Kata damai sejahtera merupakan terjemahan dari bahasa Yunani: eirene yang dalam bahasa Ibraninya biasa kita ucapkan: shalom.  Dari mana sumber damai itu?  Dari ayat 14 kita mendapat jawabannya: dari Allah.  Damai itu bersumber dari Allah dan damai itu diberikan kepada manusia yang berkenan kepada-Nya.  Bagian a dari ayat 14 tertulis: Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi.  Bala tentara sorga dan semua penghuni sorga memuji kemuliaan Allah, memuji keagungan, kekudusan dan kemurahan Allah. 
Allah tidak pelit dengan manusia.  Allah memberikan kemuliaan-Nya kepada manusia melalui Kristus Tuhan, yang telah lahir.  Ketika Sang Bayi Natal lahir, seluruh penghuni sorga memuji memuliakan Allah sambil bernyanyi: damai sejahtera di bumi antara manusia yang berkenan kepada-Nya.  Yang menjadi dasar dari damai sejahtera adalah Kristus.  Dia yang telah lahir dan yang hari ini kita peringati dan rayakan kelahiran-Nya, Dialah yang menjadi sebab dari damai yang diberikan oleh Allah kepada segenap manusia yang berkenan kepada-Nya.  Pujian yang dinyanyikan dalam ayat 14 ini disebabkan oleh lahirnya SANG JURUSELAMAT, yaitu YESUS KRISTUS. 
Bukan karena Tuhan melihat  ada kebenaran atau kebaikan dari kita, sehingga Ia berkenan kepada umat-Nya.  Dari keseluruhan teks renungan kita, menjelaskan bahwa mereka yang berkenan kepada-Nya disebabkan oleh SANG BAYI NATAL yang telah dijanjikan dan telah lahir di dalam palungan.  Jadi, sentral dan dasar dari damai yang diberikan dan dimiliki di antara manusia yang berkenan kepada-Nya adalah Kristus.  Kristus telah diberikan, Sang Bayi Natal telah lahir dan damai diberikan oleh Allah. 
Damai yang diberikan oleh Allah melalui Sang Bayi Natal memberi dampak yang sangat besar bagi kehidupan anak-anak Tuhan.  Salah satu dampaknya adalah harmony.  Damai dari Dia ini kita teruskan dalam pergaulan yang menyebabkan adanya keharmonisan.  Jika Kristus ada di hati kita, maka Ia akan melenyapkan segala keegoisan kita dan membawa kita dalam kedamaian, kita damai dengan Allah dan damai dengan sesama manusia. 
Orang yang mendapat dan memiliki damai dari Allah pasti memiliki damai dengan Allah dan sesama.  Orang yang telah memperoleh damai dari pihak Allah akan bersukacita dan berjiwa mengasihi.  Orang yang memiliki damai Allah akan menimbulkan keselarasan dan kerukunan dengan sesamanya, harmony akan timbul dalam kedamaian.  Oleh sebab itu, damai ini harus ada di tengah-tengah persekutuan Kristen.  Damai ini harus ada di antara kita jika kita ingin harmony sebab kedua hal ini merupakan sesuatu yang saling melekat.  Rahasia damai itu adalah Kristus.  Rahasia Harmony of Christmas adalah Sang Bayi Natal.  Sebab itu, kita harus memohon kepada-Nya supaya Ia berkenan memberi damai itu.
Kapan Harmony of Christmas harus ada hidup dan pergaulan kita?  Apakah hanya pada parayaan seperti ini?  Ataukah hanya pada bulan Natal saja?  Harmony of Christmas harus ada di setiap waktu dalam seluruh hidup kita.  Harmony of Christmas tidak hanya ketika bulan Natal atau pada perayaan-perayaan Natal.  Jika tema ini hanya bisa kita aplikasikan pada saat-saat tertentu saja, apakah perbedaan kita dengan orang yang tidak percaya kepada Sang Bayi Natal? 
Tuhan Yesus mengharuskan umat-Nya agar selalu hidup dalam keharmonisan seorang akan yang lain.  Keharmonisan Natal hanya bisa kita dapatkan dari adanya damai Allah di hati.  Damai di hati kita hanya bisa peroleh melalui pemberian Allah.  Pemberian Allah itu adalah Sang Bayi Natal.  Sang Bayi Natal harus lahir di hati kita.  Hati kita harus menjadi palungan bagi Dia untuk lahir sehingga semua ini bisa tercapai.  Marilah kita merenung, apakah HATI kita telah menjadi PALUNGAN bagi kelahiran-Nya?  Jika hal ini telah terjadi maka kita pun akan memiliki damai, baik dengan Allah maupun sesama,sehingga tercipta Harmony of Christmas hari ini, besok bahkan selama-lamanya.  SELAMAT NATAL.  AMIN.
Khotbah ini disampaikan di SMK Pariwisata Triatma Jaya

Rabu, 09 Desember 2015

Apakah yang Kita Persiapkan untuk Menyambut SANG JURUSELAMAT Dunia?



Natal Pemuda GSRI Denpasar – Bali
Tema: Sambutlah SANG JURUSELAMAT Dunia (Lukas 2:11)

Setiap minggu pada waktu ibadah, baik pagi maupun sore, selalu ada penyambut tamu yang  stand by menyambut jemaat yang mau beribadah.  Biasanya penyambut tamu berpenampilan OK dan selalu menebar senyum ketika menyapa jemaat yang datang.  Contoh sambutan lain misalnya, ketika orang nomor satu di Indonesia datang berkunjung ke suatu tempat.  Biasanya akan ada banyak hal yang dipersiapkan untuk menyambut kedatangannya.  Nah sekarang, kita kedatangan Pribadi Agung yang melebihi siapa pun.  Yang datang itu adalah Tuhan kita, yang telah menjadikan kita dan menyelamatkan kita.  Dia adalah Pribadi nomor satu dalam hidup kita dan seharusnya menjadi sentral dalam hidup kita.  Apa yang akan kita persiapkan untuk Dia?  Mari kita belajar dari terang Firman-Nya agar kita tahu apa yang harus kita siapkan dan kita lakukan untuk menyambut Dia.

Nas Firman Tuhan yang menjadi landasan dari tema Natal kita dan yang kita renungkan terambil dari Lukas 2:11, “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.”  Tema Natal kita: Sambutlah Sang Juruselamat Dunia.  Soal sambut-menyambut bukan hal yang sulit kita pahami.  Baik sekali pemuda menetapkan tema Natal tahun ini seperti demikian.  Tema ini memiliki makna yang dalam dan aspek yang luas serta menyeluruh. 

Kata sambutlah memiliki kata dasar sambut.  Sambut merupakan reaksi terhadap sesuatu atau seseorang yang menghampiri kita.  Reaksi ini berupa penerimaan.  Sedangkan sambutlah dalam konteks Natal dan tema Natal merupakan ajakan yang seharusnya tidak boleh diabaikan.  Siapa yang kita sambut sehingga tidak boleh kita abaikan ajakan ini?  Ayat renungan kita telah menyatakannya dan juga tema Natal telah menjawabnya.  Yang kita sambut itu adalah JURUSELAMAT.  Ayat renungan kita mengatakan, “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat…” 

Firman Allah menekankan bahwa hanya ada satu Pribadi yang akan datang dan telah datang untuk menjadi Juruselamat.  Juruselamat ini telah dijanjikan ribuan tahun sebelumnya.  Juruselamat  ini telah dinubuatkan dalam Kitab-kitab Suci bahwa Ia pasti akan datang dan telah datang.  Siapakah Dia?  Dia adalah Kristus, Tuhan.  Kristus telah dinubuatkan jauh sebelum kedatangan-Nya bahwa Ia akan datang dan dikandung serta dilahirkan oleh anak dara (Yes. 7:14).

Dialah yang diurapi oleh Allah Bapa untuk menyelamatkan umat-Nya.  Dia adalah Tuhan dari segala tuhan.  Dialah Tuhan kita selama-lamanya.  Namanya ialah Yesus.  YESUS adalah JURUSELAMAT.  Nama Yesus adalah nama yang paling mulia dan paling indah di antara segala nama sebab di dalam Nama itu ada keselamatan.  Firman Tuhan katakan kepada kita: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat…  Yesus sudah datang.  Ia telah menggenapi segala nubuat tentang kedatangan-Nya.  Yesuslah satu-satunya Juruselamat. 

Dia sudah datang, tetapi untuk siapa Dia datang?  Ayat renungan kita menjawabnya: bagimu atau untukmu.  Sedangkan tema Natal kita menjawabnya: untuk dunia.  Jika digabungkan maka akan menjadi untukmu dan untuk dunia.  Ayat 11 ini pertama-tama diberikan kepada para gembala yang sedang menggembalakan kawanan ternak.  Kabar sukacita telah diberitakan bagi mereka karena “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan.”  Mereka telah lama menantikan Juruselamat itu.  Kerinduan mereka amat dalam untuk menyambut kedatangan Juruselamat yang akan datang itu.  Akhirnya sekarang penantian mereka telah terpenuhi.  Juruselamat yang dinanti-nantikan itu telah lahir. 

Nah, apakah kita juga boleh menyambut Dia seperti para gembala telah menyambut-Nya?  Boleh.  Tetapi syaratnya adalah kita juga harus memiliki sikap seperti para gembala itu.  Para gembala memiliki kerinduan yang dalam sekali untuk menantikan Dia.  Adakah kerinduan itu di hati kita?  Atau kerinduan kita hanyalah untuk bertemu dengan sesama pemuda/i?  Atau kerinduan kita hanyalah untuk dapat mengikuti perayaan Natal yang meriah?  Jika rindu kita hanya seperti itu, maka kita tidak layak menyambut kedatangan-Nya.  Orang yang layak menyambut Dia pertama-tama haruslah Ia memiliki kerinduan yang dalam akan kedatangan-Nya, bukan rindu hal yang lain. 

Selanjutnya sikap yang harus ada setelah memiliki kerinduan itu adalah mau menyambut-Nya dengan hati yang tunduk dan mau diarahkan oleh Tuhan sendiri.  Para gembala memperlihatkan hal itu.  Mereka tidak saja memiliki kerinduan akan kedatangan-Nya, tetapi juga mau diarahkan oleh Dia.  Terbukti: Firman Tuhan datang kepada mereka dan mereka menuruti Firman-Nya, mereka mau diarahkan oleh Tuhan sehingga akhirnya mereka bertemu muka dengan Dia, Kristus Tuhan. 

Adakah kita memiliki sikap yang mau diarahkan oleh Tuhan?  Atau jangan-jangan kita memiliki sikap yang mau mengarahkan Tuhan?  Kita tidak mau diarahkan tetapi mau mengarahkan Tuhan.  Ini berbahaya.  Orang yang demikian tidak akan bisa menyambut Juruselamat itu.  Sikap seperti ini tidak dimiliki oleh para gembala.  Mereka mempunyai hati yang mau diarahkan oleh Tuhan, sehingga mereka boleh menyambut Juruselamat.  Kita tidak bisa mengatur Tuhan.  Tuhanlah yang mengatur kita.  Jangan balik. 

Jangan berpikir bahwa dengan persiapan matang yang telah kita lakukan untuk perayaan ini, menjadi jaminan kita layak menyambut Dia.  Jangan berpikir bahwa berpenampilan yang OK akan menjamin kita layak menyambut Dia.  Jika kita tidak memiliki kerinduan yang dalam dan hati yang mau diarahkan oleh Tuhan, maka kita tidak akan layak untuk menyambut Dia.  Segala persiapan boleh OK, penampilan boleh OK, tetapi yang lebih penting adalah hati kita. Hati kita harus OK dalam menyambut Dia.  Bukan penampilan luar, tetapi hati kita yang Tuhan inginkan. 

Jika kita rindu akan kedatangan-Nya dan mau diarahkan oleh Dia maka kita boleh menyambut kedatangan-Nya.  Dengan demikian kedatangan-Nya menjadi bagian kita, sebab Dia datang untuk kita dan Dia datang untuk menyelamatkan kita.  Jika dunia pun memiliki sikap demikian, maka Juruselamat itu juga akan menjadi bagiannya.  Jadi, jika kita dan dunia memiliki kerinduan yang dalam untuk menyambut Dia serta mau diarahkan dan dibentuk oleh Dia, maka Dia datang untuk kita, untuk saya, untukmu dan untuk dunia.

Jika kita telah menyambut Juruselamat dunia yang telah lahir itu, maka itu merupakan tanggapan atas kehadiran Dia yang telah datang.  Tanggapan ini berupa penerimaan dari kita terhadap Dia.  Penerimaan itu akan kita perlihatkan dalam kehidupan kita, baik sebagai remaja, pemuda/i maupun sebagai jemaat yang sudah dewasa.  Bentuknya adalah menjalankan perintah-perintah Tuhan dalam keseharian kita.  Sudahkah itu terjadi dalam hidup kita?

AMIN…….!!!

Minggu, 22 November 2015

Apakah Saudara sedang berada di padang gurun pencobaan? Lewatilah...



Matius  4:2
Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus
 
Kekuatan seseorang untuk menghadapi pencobaan berbeda-beda.  Ada orang yang ketika mengalami pencobaan ringan saja, sudah bisa menjauh dari Tuhan bahkan melepaskan imannya.  Ada juga orang yang ketika menghadapi pencobaan yang berat sekalipun, ia makin teguh dan berserah kepada Tuhan.  Tetapi ada orang yang tidak mengalami pencobaan tetapi membawa diri dalam pencobaan sehingga makin jauh dari Tuhan bahkan meninggalkan-Nya. 
Pencobaan itu bisa datang dari dalam diri maupun dari luar.  Pencobaan dari dalam biasanya disebabkan oleh karena kelemahan dan kedagingan kita.  Jadi, jangan bawa diri dalam pencobaan.  Pencobaan dari luar bisa terjadi karena banyak hal.  Saat ini kita tidak fokus pada pencobaan yang datang dari dalam, melainkan pencobaan yang menyerang dari luar. 
Ketika kita dicobai, apa yang harus kita lakukan?  Pasti kita akan setuju dengan jawaban ini: “Mengalahkan pencobaan itu bersama Tuhan.” Namun dapatkah kita komitmen dengan jawaban ini?  Belum tentu.  Sering kali jawaban ini bisa nampak ketika sedang dalam pencobaan.  Tetapi berbahagialah kita yang tetap mempertahankan jawaban ini, baik dalam perkataan maupun tindakan, ketika dicobai.
Sekarang kita akan merenungkan ayat dari dari pasal ini, yang berbunyi: “Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.”  Tuhan Yesus berpuasa selama empat puluh hari empat puluh malam sebelum memulai pelayanan-Nya.  Ihwal puasa sejak zaman Perjanjian Lama tidaklah asing.  Umat Allah selalu melakukan hal itu. Pada hari perayaan pengampunan dosa, puasa dilakukan.  Bahkan pasca-pembuangan, puasa menjadi hal yang formal bagi umat Allah.  Pada zaman Tuhan Yesus, orang Farisi berpuasa dua kali seminggu. 
Kita akan memperhatikan beberapa contoh tentang puasa yang dilakukan oleh umat Allah dalam Perjanjian Lama pada situasi yang khusus.  Ketika Ezra dan umat Allah yang lain hendak melakukan perjalanan panjang dari pembuangan ke Yerusalem, mereka mengadakan puasa.  Puasa ini dilakukan sebagai tanda merendahkan diri di hadapan Allah yang Pengasih untuk memohon perlindungan-Nya.  Puasa ini bertujuan supaya Tuhan mengabulkan permohonan mereka dan menjaga mereka dalam perjalanan panjang itu sehingga tiba dengan selamat di Yerusalem.  Hasilnya: mereka tiba dengan selamat di Yerusalem. 
Pada zaman Ratu Ester juga dilakukan puasa.  Mereka berpuasa di hadapan Allah lantaran Haman ingin memunahkan orang-orang Yahudi.  Ratu Ester dan orang-orang Yahudi berkabung dan memohon kepada Tuhan yan disertai puasa dan ratap tangis, agar Ia berkenan menyelamatkan mereka dari pembunuhan massal.  Hasilnya: mereka diselamatkan dan sebaliknya Haman yang dibunuh.  Begitu juga pada orang Niniwe pada zaman Nabi Yunus.  Mereka mengadakan puasa, baik orang dewasa maupun anak-anak, untuk memohon belas kasihan Tuhan agar mereka tidak ditunggang balikkan.  Hasilnya: mereka dibebaskan dari hukuman Tuhan untuk membinasakan mereka. 
Masih cukup banyak alasan untuk berbuasa di hadapan Allah.  Puasa juga dapat menjadi tempat pembuktian penguasaan diri dan ketahanan dalam berbagai aspek.  Namun kenapa Tuhan Yesus berpuasa?  Untuk Ia harus berpuasa?  Ia melakukan itu demi kita. 
Tidak lama lagi Tuhan Yesus akan memulai karya agung-Nya untuk menyelamatkan orang yang berdosa.  Karya agung ini hanya dilakukan oleh Tuhan Yesus.  Tidak ada orang lain yang memikul karya agung ini selain Tuhan Yesus, bukan saja karena tidak mau tetapi karena tidak ada seorang pun yang mampu melakukan karya agung ini.  Inilah karya yang paling berat sekaligus paling agung di sepanjang abad.  Tuhan Yesus akan memulainya.  Namun sebelum memulai, Ia berpuasa. 
Puasa Tuhan Yesus menguji ketahanan-Nya sebagai manusia dalam melawan segala godaan.  Puasa yang dilakukan Tuhan Yesus juga secara implisit menggambarkan hubungan-Nya dengan Allah.  Tuhan Yesus tidak duduk diam dan tidur-tiduran selama berpuasa empat puluh hari.  Sebaliknya Ia terus menerus berkomunikasi dengan Allah Bapa dan Roh Allah.  Hal ini sudah digambarkan di bagian renungan sebelumnya, sebab ini merupakan satu-kesatuan yang utuh. 
Puasa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus juga menggambarkan kemanusiaan-Nya yang sempurna dan mewakili umat-Nya.  Dalam kemanusiaan-Nya yang sempurna, Ia akan melakukan karya yang agung itu.  Ini merupakan pekerjaan agung yang sangat berat.  Tetapi Tuhan Yesus harus melakukan-Nya demi umat-Nya.  Karena itu, dalam puasa ini juga, dalam kemanusiaan-Nya, Ia menyiapkan diri untuk menjalani karya ini.  Hasilnya: Ia mampu melaksanakan dengan sempurna karya yang paling agung dan paling berat sepanjang masa itu. 
Sekarang kita coba merenung sejenak.  Mengapa Yesus harus berpuasa selama empat puluh hari dan empat puluh malam?  Tidak cukupkah jika Ia melakukan-Nya hanya lima hari, sepuluh hari, dua puluh hari atau di bawah empat puluh hari empat puluh malam?  Ada apa sehingga harus demikian?  Apakah ini suatu kebetulan belaka? 
Angka empat puluh dalam Alkitab cukup familier.  Kita akan sering menemukan angka itu.  Tuhan menurunkan hujan untuk membinasakan segala yang hidup selain Nuh dan keluarganya selama empat puluh hari empat puluh malam (Kej 7:4,12).  Yunus masuk ke kota Niniwe dan berseruh: “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan" (Yun 3:4).  Ketika Musa menghadap Tuhan di gunung Sinai, ia tidak makan dan tidak minum selama empat puluh hari empat puluh malam (Kel. 34:28).  Tuhan Yesus menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya selama empat puluh hari.  Masih cukup banyak ayat Alkitab yang membicarakan angkat empat puluh.  Tetapi cukuplah ayat-ayat di atas untuk memahami angka empat puluh itu. 
  Orang-orang yang hidup di zaman Nuh melakukan kejahatan yang begitu luar biasa.  Oleh sebab itu, Tuhan menghapus mereka dari muka bumi dengan menurunkan hujan empat hari empat puluh malam.  Kepenuhan hukuman Tuhan jelas nyata dari turunnya hujan empat puluh hari empat puluh malam.  Setelah kepenuhan hukuman itu, Tuhan tidak pernah lagi menghukum manusia dengan hujan selama empat puluh hari empat puluh malam. 
Orang-orang Niniwe membuat kejahatan yang begitu hebat di mata Tuhan.  Jika dalam tempat empat puluh hari mereka tidak bertobat, mereka akan ditunggang balikkan.  Empat puluh hari menggampar angka yang genap untuk menyatakan keadilan-Nya.  Jika dalam empat puluh hari mereka tidak bertobat, maka kejahatan mereka di mata Tuhan telah penuh dan mereka harus binasa.  Musa di gunung Sinai selama empat puluh hari empat puluh malam.  Ini juga menyatakan waktu yang penuh dalam kebersamaannya dengan Tuhan di gunung itu.  Empat puluh hari ini juga menyatakan kepenuhan kejahatan bangsa Israel di kaki gunung Sinai.  Intinya: angka empat puluh menyatakan kepenuhan. 
Tuhan Yesus belum dicobai sebelum sampai empat puluh hari empat puluh malam.  Ini bukan suatu kebetulan.  Sesudah itu, Iblis datang mencobai Dia.  Sebelum penuh empat puluh hari empat puluh malam, Iblis tidak mungkin datang mencobai-Nya.  Setelah empat puluh hari empat puluh malam, Yesus lapar dan Iblis pun datang mencobai-Nya.  Dengan adanya kepenuhan waktu pencobaan ini, umat Tuhan bersukacita karena pencobaan yang mereka alami tidak melebihi pencobaan yang dialami oleh Tuhan Yesus.  Pencobaan oleh si jahat yang mereka alami tidak melebihi pencobaan yang Tuhan Yesus telah alami. 
Pencobaan yang Ayub alami mungkin berbeda dengan yang kita alami sekarang.  Setiap pencobaan yang dialami umat Tuhan berbeda-beda antara satu dengan yang lain.  Tetapi hakikat dari semua pencobaan yang umat Tuhan alami telah dialami secara penuh oleh Tuhan Yesus.  Inti dari segala pencobaan umat-Nya telah terpenuhi dalam pencobaan yang dialami Tuhan Yesus.  Karena itu, setiap pencobaan yang kita alami dapat Ia kalahkan sebab Ia telah mengalahkan segala pencobaan si Iblis.  Berbahagialah kita yang mengalahkan pencobaan yang kita hadapi bersama dengan Tuhan Yesus. 
Mungkin kita bertanya, “Kok bisa Tuhan Yesus bisa hidup tanpa makan dan minum selama empat puluh hari empat puluh malam?”  Kita sendiri kalau tidak makan dan tidak minum satu atau dua hari saja sudah tidak berdaya.  Tetapi mengapa Tuhan Yesus tidak demikian?  Kalau pertanyaan ini muncul maka pertanyaan ini harus lebih dulu tertuju kepada Musa.  Musa berpuasa, tidak makan dan tidak minum selama empat puluh hari empat puluh malam di gunung Sinai.  Tetapi Musa tidak merasa lemas, apalagi mati.  Tidak!  Manusia biasa seperti Musa saja bisa hidup tanpa makan dan minum selama empat puluh hari empat puluh malam, apalagi Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati. 
Musa tidak mati di gunung Sinai karena berada dalam keagungan dan kemuliaan Allah.  Keagungan dan kemuliaan Allah menjadi sebab ketidakmatian Musa walaupun tidak makan empat puluh hari empat puluh malam.  Yesus dalam kemanusiaan-Nya, walaupun tidak makan dan tidak minum, tidak akan menyebabkan kematian.  Alasan-Nya  karena Ia sedang dalam keintiman dengan Allah, memiliki segala keagungan dan kemuliaan Allah dan Ia sendiri adalah Allah.  Ia dapat melakukan hal-hal di luar kemampuan akal dan kekuatan kita. 
Setelah empat puluh hari empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.  Lapar menandakan bahwa Yesus bukanlah manusia setelah dewa, melainkan manusia sempurna.  Dia bukan hanya Tuhan yang menyelamatkan umat-Nya dari dosa, tetapi juga Tuhan yang turut merasakan segala sesuatu yang dirasakan umat-Nya. 
Akhirnya Yesus lapar setelah berpuasa empat puluh hari empat puluh malam dan itu terjadi di padang gurun.  Kenapa Tuhan Yesus dicobai di padang gurun?  Ada apa di padang gurun?  Apakah ada sesuatu yang bisa dijadikan andalan di padang gurun?  Tidak ada yang menyenangkan di padang gurun.  Sebaliknya kita membahayakan diri jika berada di sana.  Tetapi Tuhan dicobai di sana.  Padahal binatang-binatang liar buaslah yang menjadi ‘teman’ Tuhan Yesus.  Bisa saja binatang-binatang itu datang menyerang-Nya.  Tetapi mereka tunduk pada-Nya.  Tidak ada air di padang gurun.  Tidak ada roti di padang gurun.  Tidak ada tempat perteduhan yang cukup di padang gurun.  Tidak ada yang mendukung untuk dijadikan tempat tinggal di padang gurun.  Tetapi Tuhan Yesus telah berkenan dicobai di padang gurun.  Semuanya Ia lakukan demi umat-Nya. 
Mungkin sekarang kita sedang berada di padang gurun pencobaan.  Padang gurun pencobaan kita bermacam-macam.  Tetapi ingatlah bahwa apa pun padang gurun pencobaan yang kita hadapi, Tuhan telah lebih dulu melewati padang gurun itu.  Karena Dia telah melewati padang gurun itu maka Dia mengetahui jalan yang tepat untuk melewatinya.  Sebab itu, rendahkanlah diri dan mohonlah kepada-Nya agar Ia berkenan membawa dan menuntun kita dari padang gurun pencobaan kita masing-masing.  Dengan itulah maka dengan perkataan dan tindakan kita masing-masing dapat berkata: “Aku mengalahkan pencobaan itu bersama Tuhan.” AMIN….!!!

Minggu, 15 November 2015

Pemulihan? Bagaimana Caranya?


Mazmur 85:5a

“Pulihkanlah kami, ya Allah Penyelamat kami”
Jika orang yang sehat terkena penyakit sehingga menjadi sakit, maka ia pasti akan melewati tahap pemulihan untuk menjadi sehat kembali.  Gereja Tuhan pun bisa mengalami hal sama, baik gereja dalam artian orangnya maupun organisasinya.  Tuhan menghendaki gereja-Nya terus dibaharui dan bertumbuh.  Tetapi kita tidak bisa sangkali bahwa terkadang gereja Tuhan mengalami kemerosotan dan keterpurukan.  
Berbahagialah gereja Tuhan yang tidak jatuh dalam lembah keterpurukan.  Tetapi juga berbahagialah gereja Tuhan yang dapat bangkit dari keterpurukan ketika mengalaminya.  Kemerosotan gereja disebabkan oleh berbagai hal.  Kemerosotan ini juga dapat mencakup berbagai aspek.  Jika kemerosotan ini tidak cepat dicari solusinya maka gereja bisa hancur. 
Apa penyebab kemerosotan gereja Tuhan di zaman ini?  Ada banyak.  Krisis kepemimpinan, hilangnya jatidiri sebagai gereja Tuhan, haus akan kekuasaan, kedengkian satu dengan yang lain, tiada pengampunan, acuh tak acuh dengan Firman Tuhan, lebih pentingkan ego dan hasrat duniawi daripada pelayanan dan penyangkalan diri, semua itu dapat membawa gereja Tuhan pada ambang pintu kehancuran bahkan kehancuran.  Masih banyak hal lain yang menyebabkan gereja Tuhan menjadi hancur. 
Sekarang kita akan merenungkan Firman Tuhan yang menjadi kekuatan dan benteng sehinga sebagai gereja Tuhan, baik sebagai individu maupun organisasi, tidak mengalami kehancuran.  Kita akan merenungkan Mazmur 85:5a, yang berbunyi: “Pulihkanlah kami, ya Allah penyelamat kami.” 
Mazmur 85 ini merupakan Mazmur bani Korah, yakni orang-orang dari keturunan Korah yang banyak memberi sumbangan dalam hal pujian dan mazmur untuk Tuhan.  Korah adalah orang Lewi yang tidak setuju dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Musa sebagai utusan langsung dari Tuhan.  Korah beserta Datan dan Abiram dan pengikut-pengikutnya mati ditelan bumi ketika melawan kepemimpinan Musa.  Oleh kedengkian dan kecemburuannya, ia melawan Tuhan dan melakukan pemberontakan yang berakhir dengan kematian yang mengenaskan, yaitu ditelan bumi.  Ini juga menjadi pembelajaran penting buat kita di era kini sehingga tidak mengalami hal sama seperti Korah dan komplotannya.
Ayat 5a dari renungan kita ini merupakan tulisan bani Korah sebagai permohonan kepada Tuhan supaya Israel dipulihkan.  Mazmur ini menerangkan keadaan bangsa Israel.  Mereka sedang dalam keterpurukan.  LAI memberi judul Mazmur ini: doa mohon Israel dipulihkan.  Seruan yang sungguh dinaikkan kepada Tuhan agar berkenan mengembalikan seperti semula keadaan bangsa Israel. 
Apa sebab mereka berada dalam keterpurukan itu?  Sebabnya ialah segala perbuatan mereka yang telah menista dan menyakiti Tuhan.  Mereka tidak tetap berpegang pada segala ketetapan dan perintah Tuhan.  Firman Tuhan datang dan mengingatkan mereka akan segala cela mereka, tetapi tidak dihiraukan.  Bahkan mereka mendera dan membunuh nabi-nabi Tuhan yang menyampaikan Firman-Nya.  Berulang-ulang kali Tuhan menyerukan pertobatan tetapi mereka tidak mau berbalik pada-Nya.  Oleh kedegilan hati mereka maka gemas dan murka-Nya 
ditimpakan kepada mereka (bnd. Ayat 4). 
Gemas dan murka Tuhan membawa mereka pada pembuangan dan menghancurkan tempat yang menjadi kemegahan mereka.  Di tempat pembuangan mereka mengalami kesusahan yang hebat.  Tetapi setelah kurang lebih 70 tahun dibuang, bangsa Israel dibawa-Nya pulang kembali ke tempat mereka yang semula.  Tuhan telah berkenan mengampuni kesalahan dan segala dosa mereka.  Tuhan telah menyurutkan gemas dan meredakan murka-Nya yang menyala-nyala (bnd. Ayat 1-3). 
Sejarah kehidupan bangsa Israel ini haruslah membuat kita insaf agar tidak ditimpakan petaka yang telah terjadi pada bangsa Israel.  Bangsa Israel adalah bangsa yang dipilih oleh Tuhan dari segala bangsa, tetapi menerima cambukan Tuhan oleh gemas dan murka-Nya.  Pilihan Allah atas bangsa itu tidak menjadikan bangsa itu boleh berbuat sesuka hati.  Begitu juga dengan kita.  Jangan berpikir karena telah menjadi Kristen, lantas tidak akan menerima cambukan gemas dan murka Tuhan jika menyimpang dari jalan-Nya.  Kalau gereja, baik secara individu maupun organisasi, terus melawan Tuhan dengan berbagai kelakuan tercela, maka gereja sedang berjalan pada ambang kehancuran. 
Tema gereja adalah Pemulihan Gereja.  Dari tema ini kita bisa pahami bahwa GKRI yang ada di Buluh Indah ini mengalami keterpurukan.  Tetapi bersyukur tidak sampai pada ambang kehancuran.  Tema Pemulihan Gereja juga menunjukkan bahwa gereja ini sedang berada 
dalam tahap pemulihan untuk menjadi pulih. 
Dengan cara apa kita dipulihkan?  Pertama-tama adalah pengakuan dan penyesalan dosa.  Bagian itu menjadi bagian pertama dari pemulihan Tuhan.  Pengakuan dan penyesalan dosa tidak mengenal status.  Baik kita sebagai pendeta/hamba Tuhan atau kita sebagai jemaat biasa, baik kita sebagai pejabat tinggi di dunia atau hanya sebagai orang biasa, jika kita telah berdosa kepada Tuhan, haruslah kita menyesal dan mengakuinya di hadapan-Nya.  Jangan kita menyembunyikan dosa kita di hadapan Tuhan, sebab tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya.  Janganlah kita melangkahi pintu pertama yang harus kita lewati untuk mendapat pemulihan Tuhan jika telah mengalami keterpurukan. 
Mungkin selama ini kita sedang mengalami kemerosotan dalam berbagai hal.  Mungkin kita sedang mengalami kemerosotan iman, mungkin kita sedang mengalami kemerosotan kasih, mungkin kita sedang mengalami kemerosotan pengampunan, mungkin kita sedang mengalami kemerosotan hati yang peduli, mungkin masih banyak kemerosotan lain yang kita alami.  Tetapi saat ini marilah kita mengakuinya di hadapan Tuhan, marilah kita menyesalinya dan tidak mengulanginya lagi.  Inilah langkah pertama yang harus kita lakukan jika ingin dipulihkan oleh Tuhan. 
Pengakuan dan penyesalan dosa akan membuang keegoisan kita di hadapan Tuhan dan menundukkan kita pada kaki-Nya.  Inilah langkah pertama yang diajarkan pemazmur kepada kita untuk mendapatkan pemulihan dari Tuhan.  Langkah kedua yang dapat kita lihat dari kitab renungan kita ialah memohon kepada-Nya. 
Memohonkan pemulihan kepada Tuhan sangat penting dalam pemulihan.  Permohonan kepada Tuhan akan melenyapkan ego kita dan menundukkan segala keinginan pada kehendak-Nya.  Kata pulihkanlah merupakan seruan permohonan yang begitu dalam yang dinaikkan kepada Tuhan.  Pulihkanlah merupakan tindakan aktif di dalam memohon kepada Tuhan.  Tindakan aktif ini disertai dengan penyerahan yang total dan ketertundukan kepada Tuhan.  Pulihkanlah juga menggambarkan kerinduan dari pemazmur agar Tuhan bertindak.  Kerinduan pemazmur di dalam pulihkanlah ialah agar Tuhan mengembalikan mereka seperti sedia kala. 
Pemazmur menyadari bahwa tanpa Tuhan yang bertindak maka tidak akan ada pemulihan.  Tangan mereka tidak kuat untuk melakukan pemulihan.  Kekuatan mereka tidak cukup untuk menjadikan mereka pulih.  Hanya Tuhan yang mampu melakukannya.  Tuhan sudah memulai pemulihan itu.  Ia telah berkenan membawa mereka dari pembuangan ke tanah perjanjian.  Tetapi itu belum seberapa jika dibandingkan dengan pemulihan yang Tuhan telah janjikan.  Sungguh pemazmur menginsafi bahwa mereka belum pulih sepenuhnya dan harus terus dipulihkan sampai 
pada keadaan yang semula. 
Seperti apa keadaan itu?  Keadaan itu adalah keadaan yang intim antara Tuhan dengan mereka.  Keadaan itu disebabkan oleh ikatan persekutuan dengan Tuhan.  Tuhan selalu menyertai mereka dan Tuhan selalu menopang mereka.  Ikatan ini menjadikan mereka kuat dan bersinar.  Tetapi dosa mereka telah menjadi penghalang akan ikatan itu.  Pemberontakan mereka terhadap Tuhan menyebabkan ikatan itu menjadi hancur.  Namun sekarang Tuhan berkenan memulihkan 
ikatan itu dan telah memulainya. 
Mengapa hanya Tuhan yang dapat memulihkan?  Sebab Dia sajalah satu-satunya yang dapat menjadi Penyelamat dari kehancuran dan keterpurukan.  Pemazmur menyadarinya sehingga dengan hati yang terarah kepada Tuhan memohon: “Pulihkanlah kami, ya Allah Penyelamat kami.”  Tindakan Allah telah terbukti bagi pemazmur dan umat-Nya.  Tetapi pemazmur terus haus akan pemulihan dari Allah.  Pemazmur tidak merasa cukup dan puas akan awal pemulihan yang dari Tuhan.  Sebaliknya ia terus memohon supaya pemulihan itu terus terjadi. 
Pemulihan itu semakin menjadi nyata ketika Ia sendiri melawat umat-Nya sehingga dengan hati yang bersuka umat Allah dapat berkata: Allah beserta kita!  Imanuel!  Allah telah menjadi daging dan menggenapkan pemulihan itu.  Hal itu dapat kita lihat dari kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus.  Kedatangan-Nya menggenapkan janji pemulihan Allah bagi umat-Nya; dan di dalam Dia sajalah ikatan yang semula telah hancur kembali dibaharui dengan sempurna; di dalam Dia jugalah kita dapat bersekutu kembali dengan Allah Yang Mahakudus; di dalam Dialah kita dapat 
dipulihkan dengan sempurna. 
Jika selama ini kita berada dalam keterpurukan, jika selama ini kita tenggelam dalam kehancuran atau telah berada di ambang kehancuran, jika selama ini kita masih diikat oleh kebencian, jika selama ini kita masih dikuasai oleh hasrat duniawi, jika selama ini kita masih memegang kuat hal-hal yang menyebabkan kita tidak memiliki persekutuan intim dengan Allah, marilah kita mengakui dan menyesalinya di hadapan Tuhan serta memohon pertolongan-Nya untuk memulihkan kita seperti semula.  Marilah kita meninggalkan semua penghalang pemulihan dari Allah.
Jangan biarkan hal-hal yang hina terus menguasai kita, tetapi marilah kita memohon pemulihan-Nya.  Pandanglah pada pengorbanan Kristus demi memulihkan kita.  Pengorbanan agung telah diselesaikan-Nya.  Tidak ada kata terlambat bagi Dia asalkan kita mau mengakui, menyesali segala perbuatan kita dan memohon pemulihan kepada-Nya.  Bukan kita yang dapat menyelamatkan gereja, tetapi Tuhan yang dapat melakukannya.  Gereja tidak dapat mengalami pemulihan tanpa tangan Tuhan.  Sebab itu, serahkanlah proses pemulihan itu ke dalam genggaman tangan kasih-Nya.  Ia sendiri akan melakukan perkara ajaib dan akan memulihkan kita hingga sampai pada kesempurnaan. 

AMIN