Ezra 3:11
Secara
berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN nyanyian pujian dan syukur:
"Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada
Israel!" Dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji
TUHAN, oleh karena dasar rumah TUHAN telah diletakkan.
Kita baru saja merayakan hari kemerdekaan RI tercinta. Perayaan HUT RI ke-71 ini diwarnai dengan
kemeriahan dan sorak-sorai seantero Nusantara.
Meskipun dalam hal khusus, perayaan HUT ini diwarnai dengan kesedihan
dan isak tangis, namun kegembiraan di Nusantara ini tidak dapat
tertahankan. Semangat kemerdekaan dan
wajah kegembiraan masih terlihat di wajah kita hari ini. Dasar dari semua ini adalah kemerdekaan yang
sudah diperoleh sejak 71 tahun silam. Dasar
kemerdekaan telah diletakkan sejak tanggal 17 Agustus 1945 sehingga patutlah kita
memperingati dan merayakannya sepanjang masa dalam suasana gembira dan meriah.
Bertolak dari situasi seperti ini, kita dapat merasakan
betapa bersukarianya orang Israel seperti yang digambarkan oleh ayat renungan
kita. Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN nyanyian pujian
dan syukur. Seluruh umat Tuhan melihat
dan menikmati betapa agungnya karya Tuhan bagi mereka. Sekalipun di antara mereka ada yang menangis,
tetapi sukaria tidak bisa dibendung oleh tangisan.
Tetapi mengapa ada yang menangis? Mereka menangis karena telah
melihat bait Allah yang dibangun di zaman Salomo. Bisa saja terjadi bahwa mereka menangis
karena membandingkan kemegahan bait Allah yang dibangun Salomo dengan yang akan
dibangun pada waktu itu. Namun lebih
jauh dari hal itu, sebenarnya mereka sedih dan menangis karena ulah mereka rumah
Tuhan yang dahulu dihancurkan. Rumah
Tuhan itu telah rata dengan tanah, tidak ada lagi yang tersisa. Sekarang peletakan dasar rumah Tuhan dilakukan
lagi di depan mata mereka. Betapa mereka
tidak sedih karena hal itu? Dasar rumah Tuhan
harus diletakkan untuk kedua kali lagi.
Mengapa? Karena ketegaran tengkuk
mereka sehingga rumah Tuhan yang pertama dihancurkan. Mereka tidak mau menuruti hati Tuhan sehingga
menimbulkan sakit hati-Nya dan mereka dibuang serta rumah-Nya dimusnahkan. Dalam kesedihan itu mereka berpikir jikalau
seandainya mereka tidak menyimpang dari jalan Tuhan, maka tidak mungkin dasar rumah
Tuhan diletakkan dua kali. Pada sisi
yang lain, kesedihan itu ditutupi oleh sukacita yang hebat. Walaupun mereka bersedih hati karena masa
lalu yang kelam, namun di depan mereka telah diletakkan kembali dasar rumah
Tuhan.
Sambil berbalas-balasan mereka memuji dan bersyukur kepada
Tuhan. Apakah sebabnya orang Israel
bersyukur dan bersukaria? Karena kekuasaankah? Tidak, mereka sedang di bawah penjajahan
bangsa Persia. Karena kelimpahan dan makmurankah? Tidak, mereka sedang melarat kemiskinan
karena mereka tidak punya hak akan milik mereka. Karena jabatankah? Tidak, jabatan mereka adalah budak. Karena mempunyai kota dan tembok pertahanan
yang kuat? Tidak, banyak bagian tembok
Yerusalem yang berlubang dan menjadi puing.
Mereka bersyukur dan bersukaria oleh karena kebaikan
Tuhan. Ah bukankah ini berlebihan? Bukankah mereka sudah dibuang ke pembuangan selama 70 tahun? Bukankah mereka telah menikmati pahitnya
hidup dalam pembuangan? Bukankah mereka
tidak memiliki kuasa atas harta milik mereka?
Memang demikian adanya. Namun
dalam semua itu, mereka memuji dan bersyukur kepada Tuhan serta berkata: Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk
selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!
Mereka bernyanyi bahwa kasih setia Tuhan itu
selama-lamanya. Selama 70 tahun masa
pembuangan, kasih setia Tuhan tetap ada.
Selama mereka menikmati betapa sulitnya dan pedihnya di masa pembuangan,
kasih setia Tuhan tetap nyata. Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih
setia-Nya kepada Israel.
Apakah Tuhan baik hanya ketika kita kelimpahan? Apakah Tuhan baik hanya ketika kita
sehat? Apakah Tuhan baik hanya ketika
kita dalam keadaan nyaman dan aman?
Apakah ketika situasi buruk menimpa kita, Tuhan tidak baik? Tuhan itu baik! Untuk selama-lamanya Dia tetap baik. Kita dapat belajar dari pengalaman orang
Israel sehingga kita tidak memandang Tuhan sebagai Sosok yang kejam dan tidak
peduli dengan kita. Rahasia untuk
melihat dan mengalami kebaikan Tuhan adalah makin dekat dengan Dia. Semakin kita berserah kepada Tuhan, semakin kita
melihat begitu nyata kasih Tuhan bagaikan seorang ayah kepada anaknya.
Tuhan baik bagi orang Israel. Apakah wujud nyata kebaikan Tuhan bagi
mereka? Karena Tuhan tidak memusnahkan
mereka. Mereka tetap dibiarkan hidup
walaupun telah mengingkari perjanjian dengan Tuhan. Mereka tetap dipelihara dan ditolong sekalipun
mereka dibuang. Bahkan mereka dibawa
pulang oleh Tuhan sendiri dari pembuangan ke Yerusalem. Dan secara istimewa, Tuhan telah menyertai
dan menolong mereka hingga dasar bait Tuhan telah diletakkan. Ini bukti nyata kebaikan Tuhan bagi
mereka. Mereka yang tidak pantas lagi
menerima semua itu, namun Tuhan melakukannya bagi mereka. Kalau kita sedang terpuruk dan hati kita condong
untuk menyalahkan Tuhan, belajarlah untuk melihat dan menilai kebaikan Tuhan
dari sisi berbeda. Tidak mungkin Tuhan tidak baik kepada kita. Tetapi adalah mungkin bahwa kita tidak baik
kepada Tuhan.
Tuhan baik dan oleh perkenanan-Nya dasar rumah Tuhan telah
diletakkan. Inilah sumber sukacita dan
syukur orang Israel. Sekarang, rumah
Tuhan itu adalah kita, yang percaya dengan sungguh serta mengaku dengan mulut
dan perbuatan. Dasarnya telah
ditelakkan, dimeteraikan di dalam hati kita oleh Roh Kudus. Dasarnya adalah Kristus. Dialah dasar dari bait Allah. Di atas dasar Kristuslah, bait Allah dibangun
dengan kokoh. Setiap orang yang dibangun
di atas dasar Kristus, haruslah menanggalkan kefasikan, kedengkian,
kemunafikan, hawa nafsu, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan pribadi… Intinya: semua yang bersifat daging harus
dibuang. Semua hal itu tidak sejalan
dengan tujuan dasar Kristus dimeteraikan dalam hati kita. Kristus dimeteraikan dalam hati kita bukan
supaya kita makin bertumbuh dalam kedagingan, melainkan membuangnya dan
bertumbuh dalam Kristus. Rumah Tuhan harus
kudus! Tetapi adakah kita sudah hidup
kudus?
Amin…….!!!!