Minggu, 31 Juli 2016

Perbandingan Keluaran 32:20 dan Ulangan 9:21 _ Antara Keadilan dan Kemurahan Allah yang Melimpah!



KELUARAN 32:20; ULANGAN 9:21
Kel. 32:20, “Sesudah itu diambilnyalah anak lembu yang dibuat mereka itu, dibakarnya dengan api dan digilingnya sampai halus, kemudian ditaburkannya ke atas air dan disuruhnya diminum oleh orang Israel.”  Ul. 9:21, “Tetapi hasil perbuatanmu yang berdosa, yakni anak lembu itu, kuambil, kubakar, kuhancurkan dan kugiling baik-baik sampai halus, menjadi abu, lalu abunya kulemparkan ke dalam sungai yang mengalir turun dari gunung.”

Setiap perbuatan ada ganjarannya.  Ganjaran yang diterima biasanya selalu seimbang dengan apa yang telah kita lakukan.  Hal ini bisa kita buktikan dalam kehidupan kita.  Tetapi sekarang baiklah kita belajar dari kebenaran Firman Tuhan yang memberi nilai hakiki kepada kita sehingga pertimbangan dan kebijaksanaan tidak jauh dari mata kita, namun tetap terpelihara (Ams. 3:21). 
Keluaran 32:1-35 menceritakan perzinahan bangsa Israel dengan lembu emas buatan tangan manusia.  Secara khusus dalam Kel. 32:20, menjelaskan secara singkat tindakan Musa terhadap lembu emas yang disembah bangsa Israel di bawah kaki gunung Horeb.  Ulangan 9:8-21 juga menceritakan hal yang sama dengan Keluaran 32:1-35.  Istimewa Ul. 9:21 memberi penjelasan yang mirip dengan Kel. 32:20.
TUHAN memerintahkan Musa untuk menemui-Nya di atas gunung Horeb.  Setelah lewat empat puluh hari empat puluh malam Musa tidak kunjung turun dari atas gunung itu, bangsa Israel mendesak Harun untuk membuat allah bagi mereka untuk disembah.  Akhirnya murka TUHAN begitu hebat atas perzinahan orang Israel dengan allah lain di hadapan-Nya.  Ganjaran yang harus diterima oleh orang Israel karena perbuatan itu adalah kematian sekitar tiga ribu orang (Kel. 32:28). 
Sebelum Tuhan menulahi bangsa itu (bnd. Ayat 35), ada hal menarik yang disampaikan kepada kita dalam Kel. 32:20 dan Ul. 9:21.  Kel. 32:20 menyatakan, bahwa hasil gilingan lembu emas yang digiling hingga halus ditaburkan Musa ke atas air dan disuruhnya orang Israel meminumnya.  Sedangkan dalam Ul. 9:20 dikatakan, bahwa hasil gilingan itu dilemparkan ke dalam sungai yang mengalir.  Jadi, mana yang benar?  Apakah abu lembu emas diberi minum oleh Musa kepada bangsa Israel atau abu lembu emas itu dibuang ke sungai?  Ataukah kedua peristiwa di atas merupakan kedua peristiwa yang berbeda dalam satu kisah?  
Untuk memahami hal ini, perlu diperhatikan, bahwa kedua kitab ini tidak ditulis secara bersamaan.  Penulisan kitab Keluaran jauh lebih awal dibandingkan kitab Ulangan.  Kitab Keluaran ditulis selama masa pengembaraan orang Israel, sedangkan kitab Ulangan disampaikan dan ditulis oleh Musa menjelangkan bangsa Israel memasuki tanah Kanaan dan menjelang kematiannya.  Sebelum perpisahan dengan bangsa itu, Musa mengingatkan kembali akan peristiwa-peristiwa selama masa pengembaraan serta memberi banyak nasihat dan peringatan agar mereka tidak berlaku serong ketika memasuki tanah Kanaan (alasan kitab ini disebut kitab Ulangan).  Orang Israel yang berusia di atas dua puluh tahun telah mati dalam masa pengembaraan selama kurang lebih empat puluh tahun, kecuali Yosua dan Kaleb.  
Ada banyak wajah baru yang mendengar tuturan dari Musa.  Mereka perlu menerima penjelasan panjang lebar seperti yang diulas Musa dalam kitab Ulangan.  Mereka yang hadir di dataran Moab dan mendengarkan tuturan Musa sebelum perpisahan harus diberitahukan dan diingatkan kembali akan peristiwa anak lembu emas.  Tetapi menariknya, di dataran Moab itu Musa berkata: “Tetapi hasil perbuatanmu yang berdosa, yakni anak lembu itu, kuambil, kubakar, kuhancurkan dan kugiling baik-baik sampai halus, menjadi abu, lalu abunya kulemparkan ke dalam sungai yang mengalir turun dari gunung (Ul. 9:21).  Berbeda yang dituliskannya sebelumnya: “Sesudah itu diambilnyalah anak lembu yang dibuat mereka itu, dibakarnya dengan api dan digilingnya sampai halus, kemudian ditaburkannya ke atas air dan disuruhnya diminum oleh orang Israel (Kel. 32:20).
Istilah air dalam Kel. 32:20 yang digunakan dalam teks Ibrani adalah ~yIM;h; (hammaim).  Sedangkan istilah sungai dalam Ul. 9:21 menggunakan lx;N:h; (hannakhal) yang berarti sungai, anak sungai, selokan, sungai kecil.  Kedua kata tersebut mendapatkan definite article yang menunjuk kepastian akan adanya maim dan nakhal di TKP.  Jika kita berasumsi bahwa kata air dan sungai memiliki kesamaan makna dalam kedua ayat di atas maka kita akan rancu memahami kedua ayat itu.  Terdapat kesan pemaksaan jika terjadi demikian.  Sulit memaksakan kata nakhal untuk diterjemahkan menjadi air, karena dalam bahasa Ibrani sudah ada kata yang khusus untuk kata air dan sungai.  Lebih tepatnya kata nakhal dalam konteks Ul. 9:21 diterjemahkan sungai kecil karena aliran air yang mengalir dari gunung itu tidak besar.
Jadi, mana yang benar?  Kedua penjelasan ayat tersebut benar dan kedua ayat itu menceritakan dua peristiwa yang berbeda namun dalam moment yang sama, yakni ketika bangsa Israel menyembah anak lembu emas.  Hanya saja yang tidak diketehui dengan pasti oleh kita: adakah abu lembu emas itu langsung ditaburkan ke atas aliran sungai kecil yang mengalir dari gunung itu, lalu Musa menyuruh orang Israel mengambil air itu untuk diminum atau sebagian abu lembu emas itu ditaburkan dalam buyung dan orang Israel disuruh meminum air dari dalam buyung itu dan sebagiannya dilemparkan ke dalam aliran sungai kecil itu.  Orang Israel yang mendengarkan perkataan Musa di dataran Moab itu sudah mendengar cerita tentang kedua peristiwa berbeda itu.  Tetapi mereka perlu diingatkan kembali.  Hanya saja Musa tidak secara lengkap menceritakan peristiwa itu, karena pastinya mereka yang mendengar kisah itu sudah mengetahui kronologinya.  
Intinya: orang Israel telah meminum air yang ditaburi abu anak lembu emas dan abu lembu emas juga dibuang ke dalam sungai kecil yang mengalir dari gunung itu.  Jadi, kedua ayat ini sangat menolong kita untuk memahami kebenaran hakiki yang hendak disampaikan. 
Kedua ayat ini memberi dua hal penting kepada kita supaya tindakan kita didahului oleh pertimbangan matang dan kebijaksanaan.  Secara implisit ayat ini menerangkan, bahwa hasil perbuatan dosamu menyebabkan kematian.  Mereka harus menanggung murka TUHAN karena kedegilan hati mereka terhadap Dia.  Mereka harus meminum air abu anak lembu emas itu.  Ini pertanda bahwa hasil dari perbuatan mereka kembali ke atas kepada mereka sendiri.  Musa tidak meminum air itu sebab dia tidak terlibat dalam penyembahan anak lembu emas.  Tetapi orang Israel dengan aktif terlibat dalam penyembahan itu, sehingga hukuman TUHAN tertumpah atas mereka.  Ganjaran atas perbuatan mereka ditimpakan kepada mereka sendiri.  
Lebih lanjut, kita bisa melihat dari kedua ayat ini bahwa di dalam keadilan TUHAN yang kudus terdapat kemurahan-Nya yang melimpah.  Abu anak lembu emas itu tidak dihabiskan.  Abu itu dilemparkan oleh Musa ke dalam sungai yang mengalir.  Mengapa ke dalam sungai dan sungainya mengalir pula?  Mengapa abu itu tidak dibuang ke dalam air yang tidak mengalir atau ke tanah kering atau ke tempat lain?  Sesungguhnya TUHAN ingin menunjukkan kemurahan-Nya kepada umat yang tegar tengkuk itu.  Ia membuang kesalahan mereka dan tidak mengingatnya bagaikan abu lembu emas yang dibuang ke air, lenyap oleh aliran air yang mengalir itu.  
Harusnya bangsa itu dilenyapkan oleh karena nista mereka di hadapan TUHAN.  Tetapi pada-Nya ada pengampunan dan kemurahan yang melimpah.  TUHAN sungguh mengenal mereka: tidaklah sanggup mereka menghabiskan abu lembu emas yang merupakan perwujudan keadilan dan murka Allah.  Karena itu, Allah melemparkan murka dan keadilan-Nya yang kudus kepada Anak-Nya yang tunggal, Kristus Yesus, Tuhan kita.  Ia melemparkan murka dan keadilan-Nya di atas kayu salib, di bukit Golgota, sehingga dari atas bukit itu mengalir Darah pengampunan sebagai bentuk kemurahan-Nya yang melimpah.  Setiap orang yang memandang kepada Kristus, Ia tidak lagi ditimpa murka Allah yang menghanguskan, sebaliknya menerima kemurahan Allah yang tiada batas.  Berdasarkan kemurahan-Nya yang demikian agung ini, maka kita yang percaya kepada-Nya hanya bisa hidup untuk kemuliaan Allah.  Inilah arti pertobatan sejati seorang pengikut Kristus. 
Apakah karena Kristus Tuhan telah menanggung dosa kita, kita tidak menanggung lagi hasil perbuatan kita?  Dari kedua ayat renungan kita, dapat kita paham bahwa hasil perbuatan ada yang ditanggungkan kepada kita, tetapi apa yang tidak bisa kita tanggung, ditanggung oleh Dia di atas kayu salib, asalkan kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya.  Salah satu contoh: seorang pencuri (kalau ketangkapan) akan menanggung akibat perbuatannya, yakni dipenjarakan.  Tetapi jika orang itu sungguh-sungguh mengalami pertobatan, semua dosanya dihapus oleh Darah yang telah mengalir di atas bukit Golgota, termasuk dosa mencurinya.  Justru akibat dari perbuatan yang mendatangkan hukuman bagi kita, dipakai oleh Tuhan untuk kebaikan kita.  Nah sekarang, setelah Tuhan mengampuni dan menanggung dosa kita, masih beranikah menghina Tuhan dengan berbuat dosa lagi? 
Amin...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar