Minggu, 27 Maret 2016

Kubur yang termeterai tidak menjadi penghalang kebangkitan-Nya, mengapa?



Markus 16:3-4
“Siapakah yang akan menggulingkan batu pintu makam itu bagi kita?  Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling.”

                Dua hari yang lalu kita telah merayakan Hari Jumat Agung.  Ribuan tahun yang lalu, tepatnya di hari Jumat, Kristus telah menderita hingga mati di kayu salib.  Penderitaan-Nya sangat mengerikan.  Tidak ada orang yang pernah mengalami penderitaan Kristus ketika di dunia ini.  Dia tidak bersalah, namun dituduh telah melakukan kesalahan.  Dia bukan penjahat tetapi dihitung sebagai penjahat.  Dia tidak berdosa, tetapi dijadikan berdosa.  Dia tidak pantas mendapat hukuman, tetapi kepada-Nya timpakan hukuman mati di kayu salib.  Dia harus mananggung hinaan, tertawaan, cacian.  Dia dipukuli, dicambuki, diludahi, dikenakan mahkota duri, hingga akhirnya di gantung di atas kayu salib. 
                Di atas kayu salib Ia mengakhiri hidup-Nya.  Yesus menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa dan mati tergantung di kayu salib.  Setelah mati, tubuh-Nya dibawa ke kuburan Yusuf dari Arimatea.  Setelah dibaringkan di dalam kuburan, pintu kubur itu ditutup dengan batu yang besar dan dimeteraikan sehingga tidak ada yang berani membukanya bahkan dijaga oleh para prajurit.  Kuburan Tuhan Yesus dijaga dengan ketat atas permintaan imam-imam kepala dan orang Farisi karena mereka telah mendengar bahwa Tuhan Yesus akan bangkit pada hari yang ketiga. 
                Tetapi apa yang terjadi di hari ketiga setelah Tuhan Yesus mati?  Dia sungguh bangkit.  Setiap perkataan-Nya pasti Dia genapi.  Yesus sudah katakan sebelum kematian-Nya bahwa Ia akan menanggung derita yang sangat dan mati, tetapi akan bangkit pada hari ketiga.  Pada hari pertama dalam minggu itu, jadi tepatnya hari Minggu yang sekarang ini, Tuhan Yesus bangkit dari kematian.  Itulah sebabnya kita sekarang beribadah pada hari Minggu, karena di hari ini mengingatkan kita akan kebangkitan-Nya yang membuktikan kemenangan-Nya atas maut. 
                Mula-mula ketika Tuhan Yesus bangkit di hari pertama, tidak ada seorang pun yang tahu.  Murid-murid Tuhan Yesus dan perempuan-perempuan yang selalu mengikuti Dia tidak ingat akan perkataan-Nya bahwa Ia akan bangkit pada hari yang ketiga.  Yang mengingat akan perkataan-Nya ini adalah orang-orang yang membenci Yesus, yaitu ahli-ahli Taurat dan orang Farisi.  Hal ini berbanding terbalik.  Harusnya mereka yang selalu ikut Dia yang ingat akan perkataan-Nya ini.  Tetapi satu hal yang bisa kita pelajari dalam hal ini: orang jahat pasti akan selalu menyelidiki dan mengingat perkataan orang baik, dengan tujuan untuk menjadikan perkataan itu sebagai senjata untuk menyerang orang baik. 
                Tuhan telah katakan bahwa Ia akan bangkit sehingga mereka menyiapkan segala sesuatu untuk membatalkan kebangkitan-Nya.  Tetapi tidak bisa kebangkitan-Nya dibatalkan oleh siapa pun.  Dia telah bangkit, tetapi awalnya tidak ada yang mengetahui tentang kebangkitan-Nya, termasuk perempuan-perempuan yang pertama kali hendak menjenguk mayat Tuhan Yesus.  Perempuan-perempuan yang dimaksud adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome (ibu dari anak-anak Zebedeus).  Pagi buta mereka sudah pergi ke kuburan untuk merempahi mayat Tuhan Yesus.  Tetapi Yesus sudah bangkit sebelum mereka sampai ke kuburan. 
Di tengah-tengah perjalanan, mereka bertanya seorang akan yang lain mengenai siapa yang akan menggulingkan batu yang besar yang sedang menutupi pintu makam itu sehingga mereka bisa masuk ke dalam.  Nas bacaan kita berbunyi: “Siapakah yang akan menggulingkan batu pintu makam itu bagi kita?  Perempuan-perempuan itu tahu bahwa tidak ada yang mau menolong mereka untuk membuka pintu kubur itu.  Mereka sendiri pun tidak bisa menggulingkan batu yang besar itu dari pintu makam.  Apalagi kubur Tuhan Yesus dijaga oleh para prajurit.  Pastilah penjaga-penjaga tidak akan melepaskan mereka untuk masuk ke dalam kubur yang dimeteraikan itu.  Tetapi hal itu tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk pergi ke kubur Yesus.  Oleh karena kasih mereka kepada Tuhan Yesus yang mereka tahu telah mati, mereka pergi ke sana. 
Setibanya di TKP mereka kaget karena apa yang menjadi perdebatan mereka di jalan tadi ternyata telah terjawab.  Apa yang mereka kuatirkan di jalan sekarang tidak lagi menjadi bahan kuatir.  Mereka tidak perlu lagi bertanya-tanya akan siapa yang akan membukakan pintu batu bagi mereka untuk masuk ke dalam kubur.  Mengapa?  Sebab ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu telah terguling (ay. 4). 
Batu yang tadinya menjadi penghalang bagi mereka untuk masuk ke dalam kubur sekarang tidak lagi menjadi hambatan.  Batu yang tadinya tidak akan bisa digulingkan itu, sekarang sudah terguling dan pintu kubur terbuka di depan mata mereka.  Dengan kekuatan perempuan-perempuan itu mereka tidak akan bisa menggulingkan batu yang besar itu.  Bahkan kalau pun ada laki-laki yang mau menolong mereka pastilah penjaga-penjaga kubur itu tidak akan melepaskan mereka untuk menggulingkan batu itu sebelum lewat hari yang ketiga.  Tetapi apa yang tidak bisa dilakukan oleh perempuan-perempuan itu dan murid-murid Tuhan Yesus, dikerjakan oleh Tuhan bagi mereka.
Inilah penyertaan dan kuasa Tuhan yang banyak kali tidak kita pahami dan banyak kali kita abaikan.  Ketika masalah datang silih berganti kita mulai ragu dengan kuasa Tuhan.  Saat beban hidup ini makin berat kita mulai buta  dengan penyertaan Tuhan.  Ketika dirundung oleh sakit penyakit yang tidak kunjung sembuh kita mulai pertanyakan kuasa Tuhan bagi kita.  Tetapi dalam semua pernyataan dan pertanyaan tentang Dia, Dia tetap ada, penyertaan dan kuasa-Nya selalu nyata.  Hanya saja kita tidak melihat, tidak merasakan dan tidak mengakuinya karena mata hati kita telah rabun bahkan buta. 
Terkadang ketika kita menghadapi beban dan persoalan hidup, Tuhan akan menjawabnya sesuai permohonan kita.  Tetapi juga kadang Tuhan tidak akan menjawab sesuai doa kita, melainkan menjawabnya sesuai jalan-Nya yang mungkin kita tidak sukai dan pasti itu yang terbaik bagi kita.  Contoh: Paulus meminta supaya duri dalam daging yang selalu menggocoh dia diangkat darinya, Tuhan menjawab lain dan jawaban Tuhan tidak sesuai permohonan Paulus.  Namun itulah yang terbaik untuk Paulus. 
Sekarang perempuan-perempuan itu diperhadapkan dengan persoalan mengenai batu besar yang menutup kubur Yesus.  Tuhan menjawabnya sesuai dengan permohonan dan kerinduan mereka.  Tuhan sendiri yang membuka jalan bagi mereka untuk masuk ke dalam kubur.  Kita harus belajar mencari kehendak Tuhan agar kita tidak menjadi kecewa dan menolak Dia karena persoalan hidup kita.  Kalau sampai kita menyangkal Dia, kita adalah orang yang paling malang karena menyia-nyiakan sukacita dan hidup yang kekal di dalam Dia. 
Batu yang besar yang tadinya menutup rapat pintu kuburan tempat Yesus dibaringkan telah terguling.  Tanpa banyak bertanya mereka masuk ke dalam kubur.  Sekarang mereka dapat masuk ke dalam kubur.  Kubur itu menjadi saksi kematian Yesus.  Kubur itu menjadi lambang kematian-Nya.  Kubur itu adalah tempat mayat Tuhan Yesus dibaringkan.  Namun kubur itu pula dapat dimasuki oleh perempuan-perempuan itu.  Mereka dapat masuk ke dalam kubur karena perbuatan Tuhan.  Mereka yang masuk ke dalam kubur itu ikut masuk dalam kematian Kristus.  Mereka mendapat bagian dalam kematian-Nya.
 Apakah hanya mendapat bagian dalam kematian?  Lebih dari itu mereka pun dapat bagian dalam kebangkitan-Nya.  Mereka yang masuk ke kubur itu tidak terus tinggal dalam kubur yang menjadi saksi dan lambang kematian Tuhan Yesus.  Sebaliknya mereka keluar kembali dari kubur itu.  Kristus sudah keluar dari kubur itu.  Kristus tidak ada lagi dalam kubur itu.  Kristus tidak lagi dikuasai oleh kematian.  Karena itu pun mereka harus keluar dari kubur itu sama seperti Tuhan mereka.  Kristus telah bangkit sehingga mereka pun harus bangkit dari kesedihan.
Apa hasil dari peristiwa ini?  Mereka tertegun dan sangat bersukacita.  Bagaimana tidak?  Pribadi yang mereka ratapi karena kematian-Nya sekarang sudah tidak ada lagi di tempat pembaringan-Nya dan sudah bangkit.  Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Dia adalah Anak Allah yang Mahatinggi.  Dalam sukacita yang sangat itu perempuan-perempuan itu keluar dari kubur dan memberitakan kebangkitan-Nya kepada orang lain.  Kita juga pasti merasakan sukacita yang sangat jika kita menjadi saksi melalui mata rohani dari kebangkitan Tuhan Yesus. 
Kalau kita juga telah mendapat bagian dalam kematian dan kebangkitan-Nya maka haruslah kita mematikan kedagingan dan segala hawa nafsu duniawi dan mengalahkan kuasa Iblis dengan perbuatan-perbuatan yang memuliakan Allah.  Kalau kita juga telah mendapat bagian dalam kematian dan kebangkitan-Nya maka marilah kita pulang dengan sukacita yang sangat dan mewartakan perbuatan Tuhan yang luar biasa.
AMIN…!!!

Minggu, 20 Maret 2016

Apakah Kristus masih bersama-sama dengan kita hingga kini?



KATEKISMUS HEIDELBERG

MINGGU KE-18
Pertanyaan & Jawab 46-49

                Dua minggu lalu kita telah merenungkan tentang kepastian kebangkitan Tuhan kita dan manfaat kebangkitan-Nya bagi kita.  Kristus sudah bangkit dan manfaat dari kebangkitan-Nya kita peroleh.  Kristus sudah bangkit, Dia hidup.  Tetapi kalau Dia sudah bangkit, Dia hidup, di manakah Dia?  Dia telah berada di sorga.  Dia ada di sorga demi orang-orang yang percaya kepada-Nya.    
                Pert. 46. Apa arti naik ke sorga menurut Saudara? Dalam pertanyaan ini tersirat fakta bahwa Yesus telah naik ke sorga.  Kalau Kristus sudah bangkit dan naik ke sorga, lantas apa artinya hal itu?  Itu artinya bahwa manusia Yesus tidak ada lagi di bumi.  Dia sudah terangkat dari bumi dan naik ke sorga.  Kenaikan-Nya ke sorga disaksikan oleh mereka yang bersama dengan Dia.  Ada lebih dari sepuluh orang yang melihat kenaikan-Nya.  Mereka menyaksikan kenaikan-Nya bukan dalam angan-angan atau dalam mimpi, melainkan dengan kasat mata, sehingga oleh pimpinan Roh Kudus, mereka yang dipilih untuk menuliskan tentang hal itu telah menuliskannya agar kita percaya kepada berita itu dan segala janji-Nya.  Berbahagialah orang yang tidak melihat dengan mata telanjang akan peristiwa kenaikan-Nya, tetapi percaya dengan sungguh kepada-Nya.
Nah kalau memang Dia sudah terangkat ke sorga, di manakah letak sorga itu?  Banyak orang telah menyelidiki keberadaan sorga.  Melalui berbagai kemajuan teknologi manusia berusaha untuk menemukannya.  Tetapi semua usaha itu nihil.  Tidak seorang pun bisa menemukan sorga kecuali mereka yang percaya kepada Kristus kembali kepada-Nya. 
Seorang pernah bertanya, di manakah sorga itu?  Dan ada yang menjawabnya, jika engkau ingin mengetahui letaknya, maka matilah sekarang dan engkau akan mengetahui letaknya.  Tetapi pernyataan ini pun tidak semuanya benar.  Kematian memang merupakan pintu masuk sorga.  Tetapi kematian pun merupakan pintu masuk neraka.  Jika kita mati di dalam Kristus, maka kita akan bersama-sama dengan Dia dalam sorga.  Namun kalau kita mati tanpa percaya kepada Kristus, maka kita akan dibuang ke dalam tempat siksaan yang mengerikan.  Tidak semua orang yang mati akan masuk sorga.  Hanya mereka yang percaya kepada Kristus, yaitu mereka yang percaya Dia adalah Anak Allah, yang percaya Dia telah menjadi daging, yang percaya Dia telah menderita dan mati demi dirinya, yang percaya Dia telah bangkit, yang percaya Dia telah naik ke sorga dan akan datang kembali, merekalah yang akan masuk ke sorga.
Tidak seorang pun bisa menjelaskan sorga secara benar di luar Firman Allah.  Memang ada banyak penjelasan tentang sorga.  Ada yang mengatakan bahwa di sorga disediakan bidadari-bidadari yang luar biasa cantik.  Ada yang mengatakan bahwa di sorga orang akan makan dan minum sesuka hatinya.  Ada yang mengatakan bahwa di sorga orang akan kawin-mawin sepuas hati.  Tetapi apa kata Firman Allah tentang sorga? 
Sorga tidak bicara hal-hal lahiriah.  Di sorga tidak ada orang yang kawin dan dikawinkan.  Di sorga orang tidak memerlukan makanan seperti yang dibutuhkan tubuh saat masih di bumi.  Sorga bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai abadi dan sukacita kekal (bnd. Rm. 14:17).  Sebab setiap orang yang ada di sana telah melepaskan tubuh yang fana ini. 
Tidak ada orang yang dapat menjelaskan tentang sorga secara lengkap selain daripada Dia yang datang dari sana dan kembali ke sana.  Siapakah yang berasal dari sana?  Dan siapakah yang telah ke sana dan diam di sana?  Hanya Tuhan Yesus.  Dia telah meninggalkan tempat semayam-Nya dan datang ke bumi.  Setelah menyelesaikan segala sesuatu demi mereka yang dikasihi-Nya Ia kembali lagi ke sana.  Dan saat ini Dia berada di sorga demi kebaikan mereka yang dikasihi-Nya, yang menjadi milik-Nya. 
Orang yang percaya kepada Kristus pasti merasakan sorga.  Walaupun belum pernah tetapi pasti akan ke sana, namun karena Dia yang bersemayam dalam sorga telah menjadi bagiannya, maka tentu pula suasana dan nilai sorgawi pasti akan dirasakannya.  Paulus didera di luar batas, dipukul, dilempari dengan batu, kerapkali lapar dan haus, dipenjarakan berulang kali, tetapi suasana dan nilai-nilai sorgawi selalu ia rasakan.  Ini mengalahkan penderitaannya.  Dalam penderitaannya ia bersukacita.  Dalam kesesakannya, ia merasakan damai.  Dalam kesehariannya, ia selalu berada dalam kebenaran.  Rahasia Paulus akan semua ini adalah Kristus.  Apakah Saudara memiliki rahasia yang sama dengan Paulus?
Tuhan Yesus tidak ada lagi di bumi.  Tetapi (pert. 47) bukankah Kristus menyertai kita sampai pada akhir zaman, sebagaimana telah dijanjikan-Nya kepada kita?  Dalam Amanat Agung, Tuhan Yesus telah berjanji: Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.  I am with you always, even unto the end of the world.  Amen.  I am mengingatkan kita akan perkataan TUHAN dalam Kel. 3:14: I am who I am.  And He said: Thus you shall say to the children of Israel, I AM has sent me to you.  Dia yang telah mengatakan: I am who I am tidak pernah ingkar janji, dari dulu, sekarang hingga selamanya.  Dia berjanji untuk menyertai Musa dalam panggilannya.  Dia berjanji untuk menyertai anak-anak Israel.  Sekarang sebelum Ia naik ke sorga, Ia sekali lagi berjanji: Aku menyertai engkau.  Sekarang pun Tuhan berjanji kepada kita yang mendapat panggilan untuk menyampaikan Firman-Nya dan yang mendapat bagian sebagai anak-anak Israel.  Tuhan katakan: I am who I am.  I am with you always, unto the end of the world. 
Sebelum murid-murid Tuhan Yesus mengerti kebenaran yang ada di depan mata mereka, mereka sungguh menginginkan supaya Tuhan Yesus selalu menyertai mereka dengan tubuh manusia-Nya.  Itulah sebabnya ketika Tuhan Yesus diambil dari mereka untuk disiksa dan disalibkan, mereka cerai-berai.  Mereka sangat sedih.  Mereka putus asa.  Mereka lupa bahwa Tuhan selalu bersama mereka sekalipun tubuh-Nya diambil dari mereka.  Namun setelah kebenaran ini tersingkap bagi mereka, mereka tahu bahwa tanpa Yesus harus bersama mereka dengan tubuh lahiriah-Nya, Yesus tetap selalu bersama mereka dalam keallahan-Nya.  Karena itu, mereka sangat bersukacita dan bersemangat di dalam Dia. 
Jadi bukankah Kristus menyertai kita sampai pada akhir zaman, sebagaimana telah dijanjikan-Nya kepada kita?  Ya Dia menyertai kita sampai pada akhir zaman.  Tetapi Ia menyertai kita bukan dengan tubuh-Nya yang telah bangkit.  Kristus adalah manusia sejati dan Allah sejati.  Tubuh-Nya tidak ada lagi bersama dengan kita.  Kemanusiaan-Nya tidak lagi bersama-sama dengan kita.  Tetapi sampai saat ini setiap orang yang percaya kepada-Nya merasakan, mengalami dan mengakui bahwa keallahan-Nya, kemuliaan-Nya, kasih karunia-Nya, Roh-Nya, tidak pernah meninggalkan mereka.  Jika kita sungguh-sungguh percaya kepada-Nya maka kita pun tidak akan bisa menyangkali hal ini. 
Ketika memandang sekeliling kita, dengan iman kita melihat kemuliaan-Nya.  Ketika boleh melihat dan menikmati keindahan alam ini oleh karena Dia yang telah menjadi Manusia, mati dan bangkit serta naik ke sorga.  Kita beroleh kesalamatan oleh karena anugerah-Nya yang telah menjadi Manusia tanpa melepaskan keallahan-Nya.  Kita peroleh penghiburan di kala sedih oleh karena Roh-Nya.  Kita bersukacita dalam kesulitan dan beban hidup oleh karena Roh-Nya.  Semua hal baik yang kita alami dalam hidup kita karena Allah yang sudah menjadi Manusia tidak pernah meninggalkan kita.  Janji-Nya tidak pernah Ia sangkal.  Ia menyertai kita senantiasa sampai kesudahan dunia ini. 
(Pert. 48) Tetapi, jika kemanusiaan-Nya itu tidak terdapat di segala tempat bersama dengan keallahan, bukankah kedua tabiat Kristus itu terpisah yang satu dengan yang lain?  Sekali-kali tidak terpisah antara keallahan-Nya dan kemanusiaan-Nya.  Siapakah yang bisa mengurung Allah?  Adakah sesuatu yang dapat mengekang Allah?  Adakah yang bisa membatasi keberadaan Allah?  Tidak ada.  Jika Allah bisa dibatasi dan bisa dikurung maka itu bukanlah Allah.  Allah tidak bisa dikurung oleh apa pun dan oleh siapa pun.  Ia hadir di segala tempat, pada segala masa.  Dia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. 
Kristus adalah Manusia sungguh tetapi juga Allah sungguh.  Kemanusiaan-Nya berada di sorga.  Tetapi keallahan-Nya tidak saja berada di sorga dan menyatu dengan kemanusian-Nya, melainkan juga berada di mana-mana.  Keallahan-Nya memenuhi dunia ini.  Ia hadir di segala tempat.  Sorga dan bumi tidak bisa mengikat keallahan-Nya.  Karena itulah, sebelum kemanusiaan-Nya naik ke sorga, Ia mengatakan: “Aku menyertai kamu…” Tuhan Yesus tidak mengatakan: Bapa atau Roh Kudus, tetapi mengatakan: Aku.  Ketiga Pribadi Allah tidak terpisah.  Tetapi Tuhan Yessus menggunakan Aku agar orang yang percaya kepada-Nya mengetahui bahwa Ia adalah Allah dan selalu ada bersama-sama dengan mereka.
Keallahan Kristus memang berada di luar kemanusiaan yang telah dikenakan-Nya, namun berdiam juga di dalam kemanusiaan-Nya dan tetap bersatu dengan kemanusiaan-Nya menjadi satu Pribadi.  Siapa yang bisa memahami tuntas akan kenyataan ini?  Hanya Allah yang bisa memahaminya.  Tidak ada manusia yang bisa menjangkau rahasia ini.  Bagaimana bisa Allah yang Mahatinggi dan penuh kemuliaan rela mengenakan daging yang penuh kelemahan?  Tetapi Allah rela melakukan itu demi kita.  Sadarkah kita dengan kenyataan ini?  Kalau kita insaf bahwa semua ini terjadi demi kita, maka dengan iman yang sungguh kita akan katakan: Jadilah padaku seperti yang Engkau kehendaki.
Walaupun Kristus tidak lagi bersama-sama dengan kita dalam daging, tetapi kita tetap bersukacita, sebab Ia berada di sorga demi kebaikan kita juga.  (Pert. 49) Apa manfaat kenaikan Kristus ke sorga bagi kita?  Yang pertama, Dia ada di sorga sebagai Jurusyafaat kita di hadapan Bapa-Nya.  Jurusyafaat kita di sorga hanya satu, yaitu Kristus. 
Syafaat merupakan doa yang dipanjatkan kepada Allah demi kepentingan orang lain.  Secara etimologi, syafaat menggambarkan seorang yang menengahi kedua pihak yang berbeda.  Orang ini berperan sebagai pengantara atau ‘jembatan’ untuk mencapai kesatuan antara kedua pihak.  Yesus adalah Jurusyafaat kita di sorga.  Dia menjadi Pengantara kita di hadapan Allah Bapa untuk menyatukan mereka yang berdosa dengan Allah yang Mahakudus dan melimpahkan segala berkat sorgawi kepada mereka yang termasuk dalam syafaat-Nya. 
Orang yang bisa bersyafaat hanyalah orang yang telah berkenan kepada Allah.  Orang yang tidak berkenan kepada Allah tidak bisa menghadap hadirat-Nya untuk menjadi ‘jembatan’ yang menjembatani orang lain.  Siapakah yang berkenan kepada Allah?  Hanya ada satu Pribadi yang berkenan di hadirat Allah, yaitu Manusia Kristus.  Karena itulah, Ia menggunakan hak-Nya sebagai Pribadi yang berkenan kepada Allah Bapa untuk kepentingan mereka yang percaya kepada-Nya.  Siapa lagi yang dapat bersyafaat?  Mereka yang berada di dalam Kristus.  Orang yang percaya kepada-Nya bisa bersyafaat kepada Allah oleh karena Kristus. 
Manfaat yang kita peroleh dari kenaikan Kristus di sorga ialah bahwa Ia menjadi Jurusyafaat kita.  Bahkan bukan saja sebagai Jurusyafaat kita, Ia pun menjadi Pembala kita (Rm. 8:34).  Manfaat kedua, dengan adanya Kristus yang adalah Kepala kita, maka menjadi jaminan bagi kita bahwa kita juga akan mendapat tempat di sorga.  Di mana ada Kepala maka di situ pun ada tubuh.  Sebagai Kepala Ia telah menyiapkan segala sesuatu bagi tubuh-Nya.  Tidak mungkin Ia mengabaikan tubuh-Nya, sebab Ia mengasihi tubuh-Nya, dan tubuh-Nya ialah mereka yang percaya kepada-Nya.
Manfaat ketiga, yaitu Ia mengutus Roh-Nya supaya juga menjadi jaminan bagi kita.  Ini menjadi jaminan bagi kita dalam segala hal di hadapan Allah.  Dia menjamin bahwa setiap orang yang menjadi tubuh Kristus pasti telah tersedia tempat di sorga baginya.  Kalau mereka ragu, Roh Kudus akan memberi terang dalam hati sehingga mereka dikukuhkan dalam keyakinan yang benar.  Tetapi Kristus memberi Roh Kudus-Nya bukan hanya untuk menjamin hal ini.  Satu hal yang sangat penting diberikan-Nya Roh Kudus bagi tubuh-Nya: supaya mereka mencari perkara yang di atas, tempat Kristus duduk di sebelah kanan Allah, bukan perkara di bumi.  Nah marilah kita melihat hati kita, adakah kita telah mencari perkara yang di atas?  Jangan ‘ngaku’ sebagai tubuh Kristus kalau belum mencari perkara yang di atas.
AMIN…!
 


46. Pert. Apa arti naik ke sorga menurut Saudara? Jaw. Bahwa di depan mata murid-murid-Nya Kristus terangkat dari bumi naik ke sorga (a), dan bahwa Dia berada di sana untuk kebaikan kita (b), sampai Dia datang kembali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati (c).
(a) #/TB Kis 1:9. (b) #/TB Rom 8:34. (c) #/TB Kis 1:11.

47. Pert. Bukankah Kristus menyertai kita sampai pada akhir zaman, sebagaimana telah dijanjikan-Nya kepada kita (a)? Jaw. Kristus adalah manusia sejati dan Allah sejati. Menurut tabiat kemanusiaan-Nya, Dia tidak ada lagi di atas bumi (b), tetapi menurut keallahan, kemuliaan, anugerah, dan Roh-Nya, Dia tidak pernah meninggalkan kita (c).
(a) #/TB Mat 28:20. (b) #/TB Mat 26:11. (c) #/TB Mat 18:20.

48. Pert. Tetapi, jika kemanusiaan-Nya itu tidak terdapat di segala tempat bersama dengan keallahan, bukankah kedua tabiat Kristus itu terpisah yang satu dengan yang lain? Jaw. Sekali-kali tidak. Keallahan itu tak dapat dikurung oleh apa pun, dan hadir di segala tempat (a). Oleh karena itu, keallahan itu memang berada di luar kemanusiaan yang telah dikenakannya (b), namun berdiam juga di dalamnya dan tetap bersatu dengannya menjadi satu Pribadi.
(a) #/TB Yer 23:24. (b) #/TB Kol 2:9.

49. Pert. Apa manfaat kenaikan Kristus ke sorga bagi kita? Jaw. Pertama, di sorga Dia menjadi Jurusyafaat bagi kita di hadapan Bapa-Nya (a). Kedua, adanya daging kita di sorga menjadi jaminan yang pasti bahwa Dia, sebagai Kepala, akan menyambut kita, yaitu anggota-anggota-Nya (b). Ketiga, Dia mengutus Roh-Nya kepada kita supaya juga menjadi jaminan bagi kita (c). Oleh kuasa Roh itu kita mencari perkara yang di atas, tempat Kristus duduk di sebelah kanan Allah, dan bukan perkara yang di bumi (d).
(a) #/TB 1Yo 2:1. (b) #/TB Yoh 14:2. (c) #/TB Yoh 14:16. (d) #/TB Kol 3:1.