Markus 16:3-4
“Siapakah yang akan
menggulingkan batu pintu makam itu bagi kita?
Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang
sangat besar itu sudah terguling.”
Dua
hari yang lalu kita telah merayakan Hari Jumat Agung. Ribuan tahun yang lalu, tepatnya di hari
Jumat, Kristus telah menderita hingga mati di kayu salib. Penderitaan-Nya sangat mengerikan. Tidak ada orang yang pernah mengalami
penderitaan Kristus ketika di dunia ini.
Dia tidak bersalah, namun dituduh telah melakukan kesalahan. Dia bukan penjahat tetapi dihitung sebagai
penjahat. Dia tidak berdosa, tetapi
dijadikan berdosa. Dia tidak pantas
mendapat hukuman, tetapi kepada-Nya timpakan hukuman mati di kayu salib. Dia harus mananggung hinaan, tertawaan, cacian. Dia dipukuli, dicambuki, diludahi, dikenakan
mahkota duri, hingga akhirnya di gantung di atas kayu salib.
Di
atas kayu salib Ia mengakhiri hidup-Nya.
Yesus menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa dan mati tergantung di kayu
salib. Setelah mati, tubuh-Nya dibawa ke
kuburan Yusuf dari Arimatea. Setelah
dibaringkan di dalam kuburan, pintu kubur itu ditutup dengan batu yang besar
dan dimeteraikan sehingga tidak ada yang berani membukanya bahkan dijaga oleh para
prajurit. Kuburan Tuhan Yesus dijaga dengan
ketat atas permintaan imam-imam kepala dan orang Farisi karena mereka telah
mendengar bahwa Tuhan Yesus akan bangkit pada hari yang ketiga.
Tetapi
apa yang terjadi di hari ketiga setelah Tuhan Yesus mati? Dia sungguh bangkit. Setiap perkataan-Nya pasti Dia genapi. Yesus sudah katakan sebelum kematian-Nya
bahwa Ia akan menanggung derita yang sangat dan mati, tetapi akan bangkit pada
hari ketiga. Pada hari pertama dalam
minggu itu, jadi tepatnya hari Minggu yang sekarang ini, Tuhan Yesus bangkit
dari kematian. Itulah sebabnya kita
sekarang beribadah pada hari Minggu, karena di hari ini mengingatkan kita akan
kebangkitan-Nya yang membuktikan kemenangan-Nya atas maut.
Mula-mula
ketika Tuhan Yesus bangkit di hari pertama, tidak ada seorang pun yang
tahu. Murid-murid Tuhan Yesus dan
perempuan-perempuan yang selalu mengikuti Dia tidak ingat akan perkataan-Nya
bahwa Ia akan bangkit pada hari yang ketiga.
Yang mengingat akan perkataan-Nya ini adalah orang-orang yang membenci
Yesus, yaitu ahli-ahli Taurat dan orang Farisi.
Hal ini berbanding terbalik. Harusnya
mereka yang selalu ikut Dia yang ingat akan perkataan-Nya ini. Tetapi satu hal yang bisa kita pelajari dalam
hal ini: orang jahat pasti akan selalu menyelidiki dan mengingat perkataan
orang baik, dengan tujuan untuk menjadikan perkataan itu sebagai senjata untuk
menyerang orang baik.
Tuhan
telah katakan bahwa Ia akan bangkit sehingga mereka menyiapkan segala sesuatu
untuk membatalkan kebangkitan-Nya.
Tetapi tidak bisa kebangkitan-Nya dibatalkan oleh siapa pun. Dia telah bangkit, tetapi awalnya tidak ada
yang mengetahui tentang kebangkitan-Nya, termasuk perempuan-perempuan yang
pertama kali hendak menjenguk mayat Tuhan Yesus. Perempuan-perempuan yang dimaksud adalah
Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome (ibu dari anak-anak
Zebedeus). Pagi buta mereka sudah pergi
ke kuburan untuk merempahi mayat Tuhan Yesus.
Tetapi Yesus sudah bangkit sebelum mereka sampai ke kuburan.
Di tengah-tengah perjalanan, mereka bertanya seorang akan
yang lain mengenai siapa yang akan menggulingkan batu yang besar yang sedang
menutupi pintu makam itu sehingga mereka bisa masuk ke dalam. Nas bacaan kita berbunyi: “Siapakah yang akan menggulingkan batu pintu
makam itu bagi kita?” Perempuan-perempuan
itu tahu bahwa tidak ada yang mau menolong mereka untuk membuka pintu kubur
itu. Mereka sendiri pun tidak bisa
menggulingkan batu yang besar itu dari pintu makam. Apalagi kubur Tuhan Yesus dijaga oleh para
prajurit. Pastilah penjaga-penjaga tidak
akan melepaskan mereka untuk masuk ke dalam kubur yang dimeteraikan itu. Tetapi hal itu tidak menjadi penghalang bagi
mereka untuk pergi ke kubur Yesus. Oleh
karena kasih mereka kepada Tuhan Yesus yang mereka tahu telah mati, mereka pergi
ke sana.
Setibanya di TKP mereka kaget karena apa yang menjadi
perdebatan mereka di jalan tadi ternyata telah terjawab. Apa yang mereka kuatirkan di jalan sekarang
tidak lagi menjadi bahan kuatir. Mereka
tidak perlu lagi bertanya-tanya akan siapa yang akan membukakan pintu batu bagi
mereka untuk masuk ke dalam kubur. Mengapa? Sebab ketika
mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu telah
terguling (ay. 4).
Batu yang tadinya menjadi penghalang bagi mereka untuk masuk
ke dalam kubur sekarang tidak lagi menjadi hambatan. Batu yang tadinya tidak akan bisa digulingkan
itu, sekarang sudah terguling dan pintu kubur terbuka di depan mata
mereka. Dengan kekuatan
perempuan-perempuan itu mereka tidak akan bisa menggulingkan batu yang besar
itu. Bahkan kalau pun ada laki-laki yang
mau menolong mereka pastilah penjaga-penjaga kubur itu tidak akan melepaskan
mereka untuk menggulingkan batu itu sebelum lewat hari yang ketiga. Tetapi apa yang tidak bisa dilakukan oleh
perempuan-perempuan itu dan murid-murid Tuhan Yesus, dikerjakan oleh Tuhan bagi
mereka.
Inilah penyertaan dan kuasa Tuhan yang banyak kali tidak
kita pahami dan banyak kali kita abaikan.
Ketika masalah datang silih berganti kita mulai ragu dengan kuasa
Tuhan. Saat beban hidup ini makin berat
kita mulai buta dengan penyertaan
Tuhan. Ketika dirundung oleh sakit
penyakit yang tidak kunjung sembuh kita mulai pertanyakan kuasa Tuhan bagi
kita. Tetapi dalam semua pernyataan dan
pertanyaan tentang Dia, Dia tetap ada, penyertaan dan kuasa-Nya selalu
nyata. Hanya saja kita tidak melihat,
tidak merasakan dan tidak mengakuinya karena mata hati kita telah rabun bahkan
buta.
Terkadang ketika kita menghadapi beban dan persoalan hidup,
Tuhan akan menjawabnya sesuai permohonan kita.
Tetapi juga kadang Tuhan tidak akan menjawab sesuai doa kita, melainkan
menjawabnya sesuai jalan-Nya yang mungkin kita tidak sukai dan pasti itu yang
terbaik bagi kita. Contoh: Paulus
meminta supaya duri dalam daging yang selalu menggocoh dia diangkat darinya,
Tuhan menjawab lain dan jawaban Tuhan tidak sesuai permohonan Paulus. Namun itulah yang terbaik untuk Paulus.
Sekarang perempuan-perempuan itu diperhadapkan dengan
persoalan mengenai batu besar yang menutup kubur Yesus. Tuhan menjawabnya sesuai dengan permohonan
dan kerinduan mereka. Tuhan sendiri yang
membuka jalan bagi mereka untuk masuk ke dalam kubur. Kita harus belajar mencari kehendak Tuhan agar
kita tidak menjadi kecewa dan menolak Dia karena persoalan hidup kita. Kalau sampai kita menyangkal Dia, kita adalah
orang yang paling malang karena menyia-nyiakan sukacita dan hidup yang kekal di
dalam Dia.
Batu yang besar yang tadinya menutup rapat pintu kuburan
tempat Yesus dibaringkan telah terguling.
Tanpa banyak bertanya mereka masuk ke dalam kubur. Sekarang mereka dapat masuk ke dalam
kubur. Kubur itu menjadi saksi kematian
Yesus. Kubur itu menjadi lambang
kematian-Nya. Kubur itu adalah tempat mayat
Tuhan Yesus dibaringkan. Namun kubur itu
pula dapat dimasuki oleh perempuan-perempuan itu. Mereka dapat masuk ke dalam kubur karena
perbuatan Tuhan. Mereka yang masuk ke
dalam kubur itu ikut masuk dalam kematian Kristus. Mereka mendapat bagian dalam kematian-Nya.
Apakah hanya mendapat
bagian dalam kematian? Lebih dari itu
mereka pun dapat bagian dalam kebangkitan-Nya.
Mereka yang masuk ke kubur itu tidak terus tinggal dalam kubur yang
menjadi saksi dan lambang kematian Tuhan Yesus.
Sebaliknya mereka keluar kembali dari kubur itu. Kristus sudah keluar dari kubur itu. Kristus tidak ada lagi dalam kubur itu. Kristus tidak lagi dikuasai oleh
kematian. Karena itu pun mereka harus
keluar dari kubur itu sama seperti Tuhan mereka. Kristus telah bangkit sehingga mereka pun
harus bangkit dari kesedihan.
Apa hasil dari peristiwa ini? Mereka tertegun dan sangat bersukacita. Bagaimana tidak? Pribadi yang mereka ratapi karena
kematian-Nya sekarang sudah tidak ada lagi di tempat pembaringan-Nya dan sudah
bangkit. Kebangkitan-Nya membuktikan
bahwa Dia adalah Anak Allah yang Mahatinggi.
Dalam sukacita yang sangat itu perempuan-perempuan itu keluar dari kubur
dan memberitakan kebangkitan-Nya kepada orang lain. Kita juga pasti merasakan sukacita yang
sangat jika kita menjadi saksi melalui mata rohani dari kebangkitan Tuhan
Yesus.
Kalau kita juga telah mendapat bagian dalam kematian dan
kebangkitan-Nya maka haruslah kita mematikan kedagingan dan segala hawa nafsu
duniawi dan mengalahkan kuasa Iblis dengan perbuatan-perbuatan yang memuliakan
Allah. Kalau kita juga telah mendapat
bagian dalam kematian dan kebangkitan-Nya maka marilah kita pulang dengan
sukacita yang sangat dan mewartakan perbuatan Tuhan yang luar biasa.
AMIN…!!!