Sabtu, 12 Desember 2015

Harmony of Christmas, kapan.................



Harmony of Christmas (Lukas 2:14b)

Kita pasti menginginkan ada keharmonisan antara kita dan sesama di manapun kita berada.  Kita ingin memiliki keluarga yang harmonis.  Kita ingin harmonis dengan ayah atau ibu, dengan kakak atau adik, dengan istri atau suami.  Kita ingin adanya keharmonisan dalam pergaulan, baik  dengan sejawat, sesama teman kita atau bahkan dalam ruang lingkup pergaulan yang lebih daripada itu.  Keinginan ini sungguh baik.  Tetapi keinginan saja tidak cukup.  Perlu ada tindakan konkrit untuk mewujudkannya.  Namun sebelum bertindak, perlu juga ada landasan yang tepat agar kita dapat berpijak dan bertindak di atas landasan ini.  Mari kita lihat landasan itu melalui terang Firman Tuhan dari Injil Lukas 2:14, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” 
Secara khusus kita akan fokus pada bagian kedua dari ayat ini yaitu: “Damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”  Tema Natal yang diberikan kepada saya: Harmony of Christmas.  Keharmonisan Natal hanya bisa terwujud kalau kita berpijak pada landasan yang benar.  Sangat sulit kita mengaplikasikan tema ini secara tepat kalau kita tidak berada di atas dasar yang benar, sebab kita adalah manusia yang egois, manusia yang mementingkan diri sendiri, manusia yang ingin selalu diutamakan, manusia yang menganggap diri selalu benar walaupun salah, manusia yang selalu menjadikan dirinya sebagai sentral.  Sedangkan untuk mengaplikasikan Harmony of Christmas, semua sifat dan sikap demikian harus dilenyapkan. 
Bagaimana kita bisa melenyapkan sifat dan sikap kita yang demikian?  Pada dasarnya dari diri sendiri, tidak bisa kita lakukan itu.  Kita memang manusia yang sudah seperti itu dan tidak bisa mengubahnya tanpa pertolongan Tuhan.  Itu sebabnya jika kita ingin membuang segala yang tidak benar itu untuk mewujudkan Harmony of Christmas, maka Tuhanlah yang harus mengubah kita, bukan kita yang mengubah diri sendiri.  Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan walaupun mustahil bagi kita.
Ayat renungan yang menjadi fokus kita berkata: Damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.  Kata damai sejahtera merupakan terjemahan dari bahasa Yunani: eirene yang dalam bahasa Ibraninya biasa kita ucapkan: shalom.  Dari mana sumber damai itu?  Dari ayat 14 kita mendapat jawabannya: dari Allah.  Damai itu bersumber dari Allah dan damai itu diberikan kepada manusia yang berkenan kepada-Nya.  Bagian a dari ayat 14 tertulis: Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi.  Bala tentara sorga dan semua penghuni sorga memuji kemuliaan Allah, memuji keagungan, kekudusan dan kemurahan Allah. 
Allah tidak pelit dengan manusia.  Allah memberikan kemuliaan-Nya kepada manusia melalui Kristus Tuhan, yang telah lahir.  Ketika Sang Bayi Natal lahir, seluruh penghuni sorga memuji memuliakan Allah sambil bernyanyi: damai sejahtera di bumi antara manusia yang berkenan kepada-Nya.  Yang menjadi dasar dari damai sejahtera adalah Kristus.  Dia yang telah lahir dan yang hari ini kita peringati dan rayakan kelahiran-Nya, Dialah yang menjadi sebab dari damai yang diberikan oleh Allah kepada segenap manusia yang berkenan kepada-Nya.  Pujian yang dinyanyikan dalam ayat 14 ini disebabkan oleh lahirnya SANG JURUSELAMAT, yaitu YESUS KRISTUS. 
Bukan karena Tuhan melihat  ada kebenaran atau kebaikan dari kita, sehingga Ia berkenan kepada umat-Nya.  Dari keseluruhan teks renungan kita, menjelaskan bahwa mereka yang berkenan kepada-Nya disebabkan oleh SANG BAYI NATAL yang telah dijanjikan dan telah lahir di dalam palungan.  Jadi, sentral dan dasar dari damai yang diberikan dan dimiliki di antara manusia yang berkenan kepada-Nya adalah Kristus.  Kristus telah diberikan, Sang Bayi Natal telah lahir dan damai diberikan oleh Allah. 
Damai yang diberikan oleh Allah melalui Sang Bayi Natal memberi dampak yang sangat besar bagi kehidupan anak-anak Tuhan.  Salah satu dampaknya adalah harmony.  Damai dari Dia ini kita teruskan dalam pergaulan yang menyebabkan adanya keharmonisan.  Jika Kristus ada di hati kita, maka Ia akan melenyapkan segala keegoisan kita dan membawa kita dalam kedamaian, kita damai dengan Allah dan damai dengan sesama manusia. 
Orang yang mendapat dan memiliki damai dari Allah pasti memiliki damai dengan Allah dan sesama.  Orang yang telah memperoleh damai dari pihak Allah akan bersukacita dan berjiwa mengasihi.  Orang yang memiliki damai Allah akan menimbulkan keselarasan dan kerukunan dengan sesamanya, harmony akan timbul dalam kedamaian.  Oleh sebab itu, damai ini harus ada di tengah-tengah persekutuan Kristen.  Damai ini harus ada di antara kita jika kita ingin harmony sebab kedua hal ini merupakan sesuatu yang saling melekat.  Rahasia damai itu adalah Kristus.  Rahasia Harmony of Christmas adalah Sang Bayi Natal.  Sebab itu, kita harus memohon kepada-Nya supaya Ia berkenan memberi damai itu.
Kapan Harmony of Christmas harus ada hidup dan pergaulan kita?  Apakah hanya pada parayaan seperti ini?  Ataukah hanya pada bulan Natal saja?  Harmony of Christmas harus ada di setiap waktu dalam seluruh hidup kita.  Harmony of Christmas tidak hanya ketika bulan Natal atau pada perayaan-perayaan Natal.  Jika tema ini hanya bisa kita aplikasikan pada saat-saat tertentu saja, apakah perbedaan kita dengan orang yang tidak percaya kepada Sang Bayi Natal? 
Tuhan Yesus mengharuskan umat-Nya agar selalu hidup dalam keharmonisan seorang akan yang lain.  Keharmonisan Natal hanya bisa kita dapatkan dari adanya damai Allah di hati.  Damai di hati kita hanya bisa peroleh melalui pemberian Allah.  Pemberian Allah itu adalah Sang Bayi Natal.  Sang Bayi Natal harus lahir di hati kita.  Hati kita harus menjadi palungan bagi Dia untuk lahir sehingga semua ini bisa tercapai.  Marilah kita merenung, apakah HATI kita telah menjadi PALUNGAN bagi kelahiran-Nya?  Jika hal ini telah terjadi maka kita pun akan memiliki damai, baik dengan Allah maupun sesama,sehingga tercipta Harmony of Christmas hari ini, besok bahkan selama-lamanya.  SELAMAT NATAL.  AMIN.
Khotbah ini disampaikan di SMK Pariwisata Triatma Jaya

Rabu, 09 Desember 2015

Apakah yang Kita Persiapkan untuk Menyambut SANG JURUSELAMAT Dunia?



Natal Pemuda GSRI Denpasar – Bali
Tema: Sambutlah SANG JURUSELAMAT Dunia (Lukas 2:11)

Setiap minggu pada waktu ibadah, baik pagi maupun sore, selalu ada penyambut tamu yang  stand by menyambut jemaat yang mau beribadah.  Biasanya penyambut tamu berpenampilan OK dan selalu menebar senyum ketika menyapa jemaat yang datang.  Contoh sambutan lain misalnya, ketika orang nomor satu di Indonesia datang berkunjung ke suatu tempat.  Biasanya akan ada banyak hal yang dipersiapkan untuk menyambut kedatangannya.  Nah sekarang, kita kedatangan Pribadi Agung yang melebihi siapa pun.  Yang datang itu adalah Tuhan kita, yang telah menjadikan kita dan menyelamatkan kita.  Dia adalah Pribadi nomor satu dalam hidup kita dan seharusnya menjadi sentral dalam hidup kita.  Apa yang akan kita persiapkan untuk Dia?  Mari kita belajar dari terang Firman-Nya agar kita tahu apa yang harus kita siapkan dan kita lakukan untuk menyambut Dia.

Nas Firman Tuhan yang menjadi landasan dari tema Natal kita dan yang kita renungkan terambil dari Lukas 2:11, “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.”  Tema Natal kita: Sambutlah Sang Juruselamat Dunia.  Soal sambut-menyambut bukan hal yang sulit kita pahami.  Baik sekali pemuda menetapkan tema Natal tahun ini seperti demikian.  Tema ini memiliki makna yang dalam dan aspek yang luas serta menyeluruh. 

Kata sambutlah memiliki kata dasar sambut.  Sambut merupakan reaksi terhadap sesuatu atau seseorang yang menghampiri kita.  Reaksi ini berupa penerimaan.  Sedangkan sambutlah dalam konteks Natal dan tema Natal merupakan ajakan yang seharusnya tidak boleh diabaikan.  Siapa yang kita sambut sehingga tidak boleh kita abaikan ajakan ini?  Ayat renungan kita telah menyatakannya dan juga tema Natal telah menjawabnya.  Yang kita sambut itu adalah JURUSELAMAT.  Ayat renungan kita mengatakan, “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat…” 

Firman Allah menekankan bahwa hanya ada satu Pribadi yang akan datang dan telah datang untuk menjadi Juruselamat.  Juruselamat ini telah dijanjikan ribuan tahun sebelumnya.  Juruselamat  ini telah dinubuatkan dalam Kitab-kitab Suci bahwa Ia pasti akan datang dan telah datang.  Siapakah Dia?  Dia adalah Kristus, Tuhan.  Kristus telah dinubuatkan jauh sebelum kedatangan-Nya bahwa Ia akan datang dan dikandung serta dilahirkan oleh anak dara (Yes. 7:14).

Dialah yang diurapi oleh Allah Bapa untuk menyelamatkan umat-Nya.  Dia adalah Tuhan dari segala tuhan.  Dialah Tuhan kita selama-lamanya.  Namanya ialah Yesus.  YESUS adalah JURUSELAMAT.  Nama Yesus adalah nama yang paling mulia dan paling indah di antara segala nama sebab di dalam Nama itu ada keselamatan.  Firman Tuhan katakan kepada kita: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat…  Yesus sudah datang.  Ia telah menggenapi segala nubuat tentang kedatangan-Nya.  Yesuslah satu-satunya Juruselamat. 

Dia sudah datang, tetapi untuk siapa Dia datang?  Ayat renungan kita menjawabnya: bagimu atau untukmu.  Sedangkan tema Natal kita menjawabnya: untuk dunia.  Jika digabungkan maka akan menjadi untukmu dan untuk dunia.  Ayat 11 ini pertama-tama diberikan kepada para gembala yang sedang menggembalakan kawanan ternak.  Kabar sukacita telah diberitakan bagi mereka karena “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan.”  Mereka telah lama menantikan Juruselamat itu.  Kerinduan mereka amat dalam untuk menyambut kedatangan Juruselamat yang akan datang itu.  Akhirnya sekarang penantian mereka telah terpenuhi.  Juruselamat yang dinanti-nantikan itu telah lahir. 

Nah, apakah kita juga boleh menyambut Dia seperti para gembala telah menyambut-Nya?  Boleh.  Tetapi syaratnya adalah kita juga harus memiliki sikap seperti para gembala itu.  Para gembala memiliki kerinduan yang dalam sekali untuk menantikan Dia.  Adakah kerinduan itu di hati kita?  Atau kerinduan kita hanyalah untuk bertemu dengan sesama pemuda/i?  Atau kerinduan kita hanyalah untuk dapat mengikuti perayaan Natal yang meriah?  Jika rindu kita hanya seperti itu, maka kita tidak layak menyambut kedatangan-Nya.  Orang yang layak menyambut Dia pertama-tama haruslah Ia memiliki kerinduan yang dalam akan kedatangan-Nya, bukan rindu hal yang lain. 

Selanjutnya sikap yang harus ada setelah memiliki kerinduan itu adalah mau menyambut-Nya dengan hati yang tunduk dan mau diarahkan oleh Tuhan sendiri.  Para gembala memperlihatkan hal itu.  Mereka tidak saja memiliki kerinduan akan kedatangan-Nya, tetapi juga mau diarahkan oleh Dia.  Terbukti: Firman Tuhan datang kepada mereka dan mereka menuruti Firman-Nya, mereka mau diarahkan oleh Tuhan sehingga akhirnya mereka bertemu muka dengan Dia, Kristus Tuhan. 

Adakah kita memiliki sikap yang mau diarahkan oleh Tuhan?  Atau jangan-jangan kita memiliki sikap yang mau mengarahkan Tuhan?  Kita tidak mau diarahkan tetapi mau mengarahkan Tuhan.  Ini berbahaya.  Orang yang demikian tidak akan bisa menyambut Juruselamat itu.  Sikap seperti ini tidak dimiliki oleh para gembala.  Mereka mempunyai hati yang mau diarahkan oleh Tuhan, sehingga mereka boleh menyambut Juruselamat.  Kita tidak bisa mengatur Tuhan.  Tuhanlah yang mengatur kita.  Jangan balik. 

Jangan berpikir bahwa dengan persiapan matang yang telah kita lakukan untuk perayaan ini, menjadi jaminan kita layak menyambut Dia.  Jangan berpikir bahwa berpenampilan yang OK akan menjamin kita layak menyambut Dia.  Jika kita tidak memiliki kerinduan yang dalam dan hati yang mau diarahkan oleh Tuhan, maka kita tidak akan layak untuk menyambut Dia.  Segala persiapan boleh OK, penampilan boleh OK, tetapi yang lebih penting adalah hati kita. Hati kita harus OK dalam menyambut Dia.  Bukan penampilan luar, tetapi hati kita yang Tuhan inginkan. 

Jika kita rindu akan kedatangan-Nya dan mau diarahkan oleh Dia maka kita boleh menyambut kedatangan-Nya.  Dengan demikian kedatangan-Nya menjadi bagian kita, sebab Dia datang untuk kita dan Dia datang untuk menyelamatkan kita.  Jika dunia pun memiliki sikap demikian, maka Juruselamat itu juga akan menjadi bagiannya.  Jadi, jika kita dan dunia memiliki kerinduan yang dalam untuk menyambut Dia serta mau diarahkan dan dibentuk oleh Dia, maka Dia datang untuk kita, untuk saya, untukmu dan untuk dunia.

Jika kita telah menyambut Juruselamat dunia yang telah lahir itu, maka itu merupakan tanggapan atas kehadiran Dia yang telah datang.  Tanggapan ini berupa penerimaan dari kita terhadap Dia.  Penerimaan itu akan kita perlihatkan dalam kehidupan kita, baik sebagai remaja, pemuda/i maupun sebagai jemaat yang sudah dewasa.  Bentuknya adalah menjalankan perintah-perintah Tuhan dalam keseharian kita.  Sudahkah itu terjadi dalam hidup kita?

AMIN…….!!!