Matius 4:4
“Manusia hidup bukan
dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”
Manusia hanya bisa bertahan hidup kalau ia makan. Tanpa makanan manusia akan mati. Makanan menjadi kebutuhan primer bagi
manusia. Seorang ibu pernah bertanya
kepada anak-anak tentang apa yang paling penting dalam kehidupan mereka. Seorang anak menjawab dengan polos: “Makanan.” Makanan merupakan sumber hidup secara jasmani
bagi manusia. Karena dipandang sebagai
kebutuhan yang utama, manusia terlalu sibuk untuk mendapatkannya sehingga lupa
kepada Allah. Bahkan demi makanan, ada
orang yang saling membenci, saling menipu, saling memfitnah, bahkan saling
membunuh. Tetapi bagaimanakah sikap
anak-anak Tuhan terhadap hal ini? Haruskah
seorang yang menyebut dirinya anak Tuhan, berlaku cela demi makanan? Kita pasti mengetahui jawabannya. Harusnya tidak! Tetapi belum tentu kelakukan kita sesuai
dengan yang kita ketahui. Sebab itu,
marilah kita meminta pimpinan Roh Kudus, kita merenungkan Matius 4:4. Kiranya
oleh pimpinan Allah, kita dapat meresapi Firman ini dan Firman ini berdiam
dalam diri kita sehingga kita bisa teguh berdiri di atas iman yang telah
dikaruniakan Allah kepada kita yang telah menerimanya.
Seperti telah saya katakan sebelumnya, makanan merupakan
kebutuhan primer bagi manusia. Anak-anak
Tuhan pun menjadikan makanan bagi tubuh ini sebagai hal yang penting. Tetapi ketika diperhadapkan dalam kesulitan
akan hal makanan, dengan kekuatan Roh Kudus, mereka dapat melihat bahwa masih
ada kebutuhan yang jauh lebih penting daripada sekedar kekenyangan jasmani. Tuhan Yesus telah memberi teladan yang mulia
bagi umat-Nya seperti yang telah kita baca dalam Matius 4:4.
Ayat 4 ini merupakan jawaban Tuhan Yesus terhadap pernyataan
Iblis. Iblis berkata: “Jika Engkau Anak
Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Yesus tidak hanya menolak keinginan Iblis,
tetapi juga menjelaskan sesuatu yang sangat penting untuk kita harus mengerti
dan menaatinya. Perkataan Tuhan Yesus
dipahami benar oleh Iblis. Bukan karena Iblis
tidak mengetahui hal itu sehingga Tuhan mengatakan demikian kepadanya. Perkataan Tuhan Yesus tidak hanya sekedar
untuk menjawab si Iblis. Perkataan Tuhan
ini menjadi pelajaran penting bagi kita.
Perkataan ini tertulis dalam Injil kudus dengan tujuan supaya kita memperoleh
keteguhan dan hiburan ketika sedang berada dalam kesusahan akan hal makanan. Tetapi juga perkataan ini memberi peringatan
dan teguran bagi kita yang lebih mengutamakan perut daripada kehendak
Allah.
Apakah Tuhan Yesus menganggap
bahwa makanan jasmani tidak penting? Tidak! Tuhan Yesus sama sekali tidak menganggap
bahwa makanan jasmani itu tidak penting. Tuhan tahu bahwa makanan bagi tubuh jasmani ini
penting. Dia tahu bahwa tanpa makanan
manusia akan mati. Alasan Tuhan menolak
untuk mengubah batu menjadi roti untuk dimakan karena Ia sedang dalam
pencobaan. Iblis mencobai Dia untuk
menjatuhkan Dia. Iblis sedang berusaha
supaya jikalau bisa, Tuhan Yesus mengikutinya.
Jika permintaan itu bukan berasal dari Iblis dan tidak bermaksud
menghancurkan rencana agung Tuhan Yesus, maka mungkin sekali Ia akan mengubah
batu menjadi roti. Ketika orang kusta
memohon untuk disembuhkan, Tuhan mengabulkan.
Ketika lebih dari 5000 orang mengikuti Dia, tanpa diminta pun, Tuhan
memberi makan kepada mereka hingga kenyang.
Tetapi dalam konteks ini Tuhan tidak mengikuti permintaan Iblis karena tujuan
Iblis hanya untuk menggagalkan semua rencana-Nya.
Tuhan mengatakan: “Manusia hidup bukan dari roti saja…” Pada satu sisi, pernyataan Tuhan ini menandakan
bahwa makanan bagi tubuh itu penting. Di
zaman Tuhan Yesus, roti pada umumnya merupakan makanan pokok. Sama seperti kita di Indonesia, nasi
merupakan makanan pokok kita. Hidup manusia
di dunia ini juga ditentukan oleh makanan yang diperoleh tubuh kita. Tetapi apakah masih ada yang lebih penting
daripada makanan bagi tubuh kita? Dari
ayat 4 ini, memang masih ada hal yang lebih penting dari makanan bagi
tubuh. Jadi, ketika kita sedang
kelaparan, apakah kita harus menggunakan kekerasan atau mencuri atau menipu
atau membunuh? Tidak perlu. Kalau memang benar kita adalah anak-anak
Tuhan, tidak perlu kita melakukan hal-hal itu hanya untuk memenuhi perut kita
dengan makanan. Alasannya jelas dari
ayat renungan kita: “Manusia hidup bukan
dari roti saja, melainkan dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.” Ayat
ini mengajarkan kepada kita, bahwa jika kita diperhadapkan dengan satu pilihan,
yakni antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, maka haruslah pilihan
kedua, yaitu kebutuhan rohani yang diutamakan.
Maksud dari ayat ini bisa disederhanakan sebagai berikut. Kita hidup bukan untuk makan saja, tetapi
untuk memuliakan Allah. Nah sekarang
kalau seandainya kita diperhadapkan dengan satu pilihan: kita hidup untuk makan
saja atau hidup untuk memuliakan Allah, maka anak-anak Tuhan harus memilih
pilihan kedua. Anak-anak Tuhan harus hidup
untuk memuliakan Allah, baik waktu kenyang maupun dalam kelaparan, sebab memuliakan
Allah lebih penting daripada makanan. Seperti
itulah maksud Tuhan bagi kita.
Hidup yang
dimaksud dalam ayat ini tidak sekedar hanya bisa beraktivitas seperti pada
umumnya. Hidup dalam ayat ini memiliki penekanan dan makna ganda. Makna pertama adalah dalam pengertian
jasmani. Hidup secara lahiriah dapat
diperoleh dengan cara memakan makanan, yaitu roti atau nasi. Roti atau nasi memberi hidup secara fisik
kepada kita. Tetapi roti atau nasi hanya
dapat memberi hidup sementara. Jika
makan nasi atau roti kita bisa melakukan banyak hal. Tetapi roti yang kita makan itu tidak memberi
aspek kekekalan. Nasi tidak dapat
memberi hidup yang kekal kepada kita. Namun
banyak kali makanan ini yang menjadi fokus utama manusia.
Iblis mengetahui akan kelemahan terdalam dari manusia. Salah satu di antaranya adalah persoalan
tentang makanan. Iblis tahu bahwa apa
pun akan manusia lakukan demi makanan. Bahkan
sekalipun harus berpaling dari Allah, demi perut, demi bertahan hidup manusia
akan lakukan. Banyak kali Iblis dengan
berbagai cara menawarkan hidup seperti ini.
Iblis menggunakan kesempatan ini untuk menjatuhkan bahkan menghancurkan
manusia. Tetapi anak-anak Tuhan yang
sungguh takut kepada-Nya, tidak akan terpengaruh oleh godaan dan cobaan
Iblis. Mereka tahu bahwa Tuhan telah
mengalahkan Iblis dalam cobaan seperti ini.
Hati mereka selalu terarah pada Tuhan mereka, sehingga Iblis tidak dapat
berbuat banyak dalam hal ini. Adakah kita
anak-anak Tuhan sejati?
Ketika mencobai Tuhan Yesus, Iblis mengutamakan hal
ini. Hidup sementara ditawarkan Iblis
kepada Tuhan Yesus. Tetapi Tuhan tidak
tergoda oleh rayuan Iblis. Mata-Nya
melihat jauh ke depan dan Ia mengetahui dengan pasti bahwa roti atau nasi hanya
memberi hidup sementara, bukan hidup yang abadi. Sebaliknya hidup yang abadi hanya didapati
melalui Firman Allah. Makna kedua dari
kata hidup dalam ayat ini adalah
dalam pengertian rohani. Pengertian ini
mencakup nilai kekekalan. Hidup kekal
dan kenikmatan berkat kasih setia Allah hanya diperoleh dari Allah secara
langsung. Hidup seperti ini sama sekali
tidak dapat diperoleh dari roti atau nasi bahkan apa pun di dunia ini.
Hidup yang sesungguhnya bukan muncul dari mulut Iblis,
melainkan dari mulut Allah. Allah adalah
hidup dan sumber segala yang hidup, pada-Nya ada hidup. Bahkan yang mati sekalipun dapat hidup karena
Dia dan di dalam Dia. Iblis tidak dapat
memberi hidup seperti hidup yang diberikan Allah. Sebaliknya ia hanya bisa memberi kematian
pada mereka yang mengikutinya. Adam dan
seluruh keturunannya harus menanggung kematian karena dia. Dialah penyebab kematian dan pada akhirnya semua
yang mengikuti dia pun akan bersama-sama dengan dia dalam hukuman yang
abadi. Hukuman abadi merupakan kontras
dari hidup yang abadi.
Satu-satunya jalan untuk memperoleh hidup seperti ini adalah
menerima dan menikmati makanan yang diberi oleh Allah, yaitu Firman-Nya. Itulah sebabnya Yesus berkata: “Manusia hidup bukan dari roti saja,
melainkan dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.” Perkataan ini sama sekali tidak memberi
indikasi bahwa roti atau nasi dapat membawa hidup kita pada kekekalan. Semua orang yang makan roti atau nasi pada
akhirnya harus mati. Tetapi semua orang
yang menjadikan Firman Allah sebagai makanan-Nya ia memiliki hidup kekal dan
menikmati berkat sorgawi yang dikaruniakan Allah. Setelah perjalanan panjang di dunia ini,
anak-anak Tuhan akan kembali kepada Raja mereka, yaitu Kristus, dan kelak
mereka akan mengenakan tubuh kemuliaan dan menerima segala sukacita sorgawi dan
hidup kekal bersama Dia. Tetapi orang
yang mengikuti Iblis dan hanya menjadikan roti atau nasi sebagai yang terutama
dalam hidupnya, maka pada akhirnya ia harus menanggung segala derita
akhirat.
Roti atau nasi memberi hidup sementara. Tetapi Firman Allah memberi hidup yang
kekal. Bersyukur jika kita memperoleh
kedua-duanya. Tetapi jika kita harus diperhadapkan
dengan pilihan di antara keduanya, maka kita harus lebih memilih Firman
Allah. Jangan kita memikirkan persoalan
yang sementara, tetapi harus berpikir melampaui batas-batas kefanaan. Firman Allah membawa kita pada arti kehidupan
yang sesungguhnya dan kita hidup di dalamnya.
Dengan makanan rohani ini kita bisa bergaul dengan Allah, hidup dengan
Dia tanpa ada batas pemisah.
Firman-Nya telah diberikan kepada kita dan itulah yang
menjadi makanan pokok kita jika ingin bergaul dengan Dia dan mendapat hidup
yang kekal. Firman-Nya telah menjadi
Manusia dan menjadi kepastian bagi kita yang memperoleh hidup. Firman-Nya telah membuktikan kemahakuasaan-Nya:
Ia mengalahkan Iblis dari pencobaan, bahkan mengalahkan semua serangan
Iblis. Firman-Nya telah menjamin hidup
yang kekal bagi kita yang mengutamakan-Nya. Melalui Firman yang telah diberikan-Nya kepada
kita, dengan rendah hati kita boleh menyapa Dia: Bapa kita. Tidak ada
kepercayaan yang mengajarkan seperti ini.
Hanya iman dalam Kristus, yang memberanikan kita yang tidak layak ini
menyebut Allah yang Mahaagung sebagai BAPA. Ingatlah senantiasa: “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang
keluar dari mulut Allah,” sehingga kita senantiasa mencari dan melakukan kehendak
Allah bahkan dalam keadaan lapar.
AMIN