Minggu, 28 Februari 2016

Benarkah Manusia akan Mati tanpa Makanan?



Matius 4:4
Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah

Manusia hanya bisa bertahan hidup kalau ia makan.  Tanpa makanan manusia akan mati.  Makanan menjadi kebutuhan primer bagi manusia.  Seorang ibu pernah bertanya kepada anak-anak tentang apa yang paling penting dalam kehidupan mereka.  Seorang anak menjawab dengan polos: “Makanan.”  Makanan merupakan sumber hidup secara jasmani bagi manusia.  Karena dipandang sebagai kebutuhan yang utama, manusia terlalu sibuk untuk mendapatkannya sehingga lupa kepada Allah.  Bahkan demi makanan, ada orang yang saling membenci, saling menipu, saling memfitnah, bahkan saling membunuh.  Tetapi bagaimanakah sikap anak-anak Tuhan terhadap hal ini?  Haruskah seorang yang menyebut dirinya anak Tuhan, berlaku cela demi makanan?  Kita pasti mengetahui jawabannya.  Harusnya tidak!  Tetapi belum tentu kelakukan kita sesuai dengan yang kita ketahui.  Sebab itu, marilah kita meminta pimpinan Roh Kudus, kita merenungkan Matius 4:4. Kiranya oleh pimpinan Allah, kita dapat meresapi Firman ini dan Firman ini berdiam dalam diri kita sehingga kita bisa teguh berdiri di atas iman yang telah dikaruniakan Allah kepada kita yang telah menerimanya. 

Seperti telah saya katakan sebelumnya, makanan merupakan kebutuhan primer bagi manusia.  Anak-anak Tuhan pun menjadikan makanan bagi tubuh ini sebagai hal yang penting.  Tetapi ketika diperhadapkan dalam kesulitan akan hal makanan, dengan kekuatan Roh Kudus, mereka dapat melihat bahwa masih ada kebutuhan yang jauh lebih penting daripada sekedar kekenyangan jasmani.  Tuhan Yesus telah memberi teladan yang mulia bagi umat-Nya seperti yang telah kita baca dalam Matius 4:4. 

Ayat 4 ini merupakan jawaban Tuhan Yesus terhadap pernyataan Iblis.  Iblis berkata: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.”  Yesus tidak hanya menolak keinginan Iblis, tetapi juga menjelaskan sesuatu yang sangat penting untuk kita harus mengerti dan menaatinya.  Perkataan Tuhan Yesus dipahami benar oleh Iblis.  Bukan karena Iblis tidak mengetahui hal itu sehingga Tuhan mengatakan demikian kepadanya.  Perkataan Tuhan Yesus tidak hanya sekedar untuk menjawab si Iblis.  Perkataan Tuhan ini menjadi pelajaran penting bagi kita.  Perkataan ini tertulis dalam Injil kudus dengan tujuan supaya kita memperoleh keteguhan dan hiburan ketika sedang berada dalam kesusahan akan hal makanan.  Tetapi juga perkataan ini memberi peringatan dan teguran bagi kita yang lebih mengutamakan perut daripada kehendak Allah. 

Apakah Tuhan Yesus menganggap bahwa makanan jasmani tidak penting?  Tidak!  Tuhan Yesus sama sekali tidak menganggap bahwa makanan jasmani itu tidak penting.  Tuhan tahu bahwa makanan bagi tubuh jasmani ini penting.  Dia tahu bahwa tanpa makanan manusia akan mati.  Alasan Tuhan menolak untuk mengubah batu menjadi roti untuk dimakan karena Ia sedang dalam pencobaan.  Iblis mencobai Dia untuk menjatuhkan Dia.  Iblis sedang berusaha supaya jikalau bisa, Tuhan Yesus mengikutinya.  Jika permintaan itu bukan berasal dari Iblis dan tidak bermaksud menghancurkan rencana agung Tuhan Yesus, maka mungkin sekali Ia akan mengubah batu menjadi roti.  Ketika orang kusta memohon untuk disembuhkan, Tuhan mengabulkan.  Ketika lebih dari 5000 orang mengikuti Dia, tanpa diminta pun, Tuhan memberi makan kepada mereka hingga kenyang.  Tetapi dalam konteks ini Tuhan tidak mengikuti permintaan Iblis karena tujuan Iblis hanya untuk menggagalkan semua rencana-Nya. 

Tuhan mengatakan: “Manusia hidup bukan dari roti saja…”  Pada satu sisi, pernyataan Tuhan ini menandakan bahwa makanan bagi tubuh itu penting.  Di zaman Tuhan Yesus, roti pada umumnya merupakan makanan pokok.  Sama seperti kita di Indonesia, nasi merupakan makanan pokok kita.  Hidup manusia di dunia ini juga ditentukan oleh makanan yang diperoleh tubuh kita.  Tetapi apakah masih ada yang lebih penting daripada makanan bagi tubuh kita?  Dari ayat 4 ini, memang masih ada hal yang lebih penting dari makanan bagi tubuh.  Jadi, ketika kita sedang kelaparan, apakah kita harus menggunakan kekerasan atau mencuri atau menipu atau membunuh?  Tidak perlu.  Kalau memang benar kita adalah anak-anak Tuhan, tidak perlu kita melakukan hal-hal itu hanya untuk memenuhi perut kita dengan makanan.  Alasannya jelas dari ayat renungan kita: “Manusia hidup bukan dari roti saja, melainkan dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.  Ayat ini mengajarkan kepada kita, bahwa jika kita diperhadapkan dengan satu pilihan, yakni antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, maka haruslah pilihan kedua, yaitu kebutuhan rohani yang diutamakan. 

Maksud dari ayat ini bisa disederhanakan sebagai berikut.  Kita hidup bukan untuk makan saja, tetapi untuk memuliakan Allah.  Nah sekarang kalau seandainya kita diperhadapkan dengan satu pilihan: kita hidup untuk makan saja atau hidup untuk memuliakan Allah, maka anak-anak Tuhan harus memilih pilihan kedua.  Anak-anak Tuhan harus hidup untuk memuliakan Allah, baik waktu kenyang maupun dalam kelaparan, sebab memuliakan Allah lebih penting daripada makanan.  Seperti itulah maksud Tuhan bagi kita.  

Hidup yang dimaksud dalam ayat ini tidak sekedar hanya bisa beraktivitas seperti pada umumnya.  Hidup dalam ayat ini memiliki penekanan dan makna ganda.  Makna pertama adalah dalam pengertian jasmani.  Hidup secara lahiriah dapat diperoleh dengan cara memakan makanan, yaitu roti atau nasi.  Roti atau nasi memberi hidup secara fisik kepada kita.  Tetapi roti atau nasi hanya dapat memberi hidup sementara.  Jika makan nasi atau roti kita bisa melakukan banyak hal.  Tetapi roti yang kita makan itu tidak memberi aspek kekekalan.  Nasi tidak dapat memberi hidup yang kekal kepada kita.  Namun banyak kali makanan ini yang menjadi fokus utama manusia. 

Iblis mengetahui akan kelemahan terdalam dari manusia.  Salah satu di antaranya adalah persoalan tentang makanan.  Iblis tahu bahwa apa pun akan manusia lakukan demi makanan.  Bahkan sekalipun harus berpaling dari Allah, demi perut, demi bertahan hidup manusia akan lakukan.  Banyak kali Iblis dengan berbagai cara menawarkan hidup seperti ini.  Iblis menggunakan kesempatan ini untuk menjatuhkan bahkan menghancurkan manusia.  Tetapi anak-anak Tuhan yang sungguh takut kepada-Nya, tidak akan terpengaruh oleh godaan dan cobaan Iblis.  Mereka tahu bahwa Tuhan telah mengalahkan Iblis dalam cobaan seperti ini.  Hati mereka selalu terarah pada Tuhan mereka, sehingga Iblis tidak dapat berbuat banyak dalam hal ini.  Adakah kita anak-anak Tuhan sejati? 

Ketika mencobai Tuhan Yesus, Iblis mengutamakan hal ini.  Hidup sementara ditawarkan Iblis kepada Tuhan Yesus.  Tetapi Tuhan tidak tergoda oleh rayuan Iblis.  Mata-Nya melihat jauh ke depan dan Ia mengetahui dengan pasti bahwa roti atau nasi hanya memberi hidup sementara, bukan hidup yang abadi.  Sebaliknya hidup yang abadi hanya didapati melalui Firman Allah.  Makna kedua dari kata hidup dalam ayat ini adalah dalam pengertian rohani.  Pengertian ini mencakup nilai kekekalan.  Hidup kekal dan kenikmatan berkat kasih setia Allah hanya diperoleh dari Allah secara langsung.  Hidup seperti ini sama sekali tidak dapat diperoleh dari roti atau nasi bahkan apa pun di dunia ini. 

Hidup yang sesungguhnya bukan muncul dari mulut Iblis, melainkan dari mulut Allah.  Allah adalah hidup dan sumber segala yang hidup, pada-Nya ada hidup.  Bahkan yang mati sekalipun dapat hidup karena Dia dan di dalam Dia.  Iblis tidak dapat memberi hidup seperti hidup yang diberikan Allah.  Sebaliknya ia hanya bisa memberi kematian pada mereka yang mengikutinya.  Adam dan seluruh keturunannya harus menanggung kematian karena dia.  Dialah penyebab kematian dan pada akhirnya semua yang mengikuti dia pun akan bersama-sama dengan dia dalam hukuman yang abadi.  Hukuman abadi merupakan kontras dari hidup yang abadi.

Satu-satunya jalan untuk memperoleh hidup seperti ini adalah menerima dan menikmati makanan yang diberi oleh Allah, yaitu Firman-Nya.  Itulah sebabnya Yesus berkata: “Manusia hidup bukan dari roti saja, melainkan dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.”  Perkataan ini sama sekali tidak memberi indikasi bahwa roti atau nasi dapat membawa hidup kita pada kekekalan.  Semua orang yang makan roti atau nasi pada akhirnya harus mati.  Tetapi semua orang yang menjadikan Firman Allah sebagai makanan-Nya ia memiliki hidup kekal dan menikmati berkat sorgawi yang dikaruniakan Allah.  Setelah perjalanan panjang di dunia ini, anak-anak Tuhan akan kembali kepada Raja mereka, yaitu Kristus, dan kelak mereka akan mengenakan tubuh kemuliaan dan menerima segala sukacita sorgawi dan hidup kekal bersama Dia.  Tetapi orang yang mengikuti Iblis dan hanya menjadikan roti atau nasi sebagai yang terutama dalam hidupnya, maka pada akhirnya ia harus menanggung segala derita akhirat. 

Roti atau nasi memberi hidup sementara.  Tetapi Firman Allah memberi hidup yang kekal.   Bersyukur jika kita memperoleh kedua-duanya.  Tetapi jika kita harus diperhadapkan dengan pilihan di antara keduanya, maka kita harus lebih memilih Firman Allah.  Jangan kita memikirkan persoalan yang sementara, tetapi harus berpikir melampaui batas-batas kefanaan.  Firman Allah membawa kita pada arti kehidupan yang sesungguhnya dan kita hidup di dalamnya.  Dengan makanan rohani ini kita bisa bergaul dengan Allah, hidup dengan Dia tanpa ada batas pemisah.  

Firman-Nya telah diberikan kepada kita dan itulah yang menjadi makanan pokok kita jika ingin bergaul dengan Dia dan mendapat hidup yang kekal.  Firman-Nya telah menjadi Manusia dan menjadi kepastian bagi kita yang memperoleh hidup.  Firman-Nya telah membuktikan kemahakuasaan-Nya: Ia mengalahkan Iblis dari pencobaan, bahkan mengalahkan semua serangan Iblis.  Firman-Nya telah menjamin hidup yang kekal bagi kita yang mengutamakan-Nya.  Melalui Firman yang telah diberikan-Nya kepada kita, dengan rendah hati kita boleh menyapa Dia: Bapa kita.  Tidak ada kepercayaan yang mengajarkan seperti ini.  Hanya iman dalam Kristus, yang memberanikan kita yang tidak layak ini menyebut Allah yang Mahaagung sebagai BAPA.  Ingatlah senantiasa: “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah,” sehingga kita senantiasa mencari dan melakukan kehendak Allah bahkan dalam keadaan lapar.

AMIN