Galatia 5:13
Tanggal 17 Agustus yang lalu kita
telah merayakan dan memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Tentunya kita senang karena Tuhan telah
memberi dan menjaga kemerdekaan bangsa yang kita cintai 70 tahun lamanya. Berbagai ungkapan keceriaan dan kegembiraan
pun nampak jelas di hari yang istimewa ini.
Namun pertanyaan penting yang harus
kita jawab: apa yang kita telah lakukan untuk mengisi kemerdekaan bangsa kita? Apa yang kita lakukan untuk mempertahankan
kemerdekaan bangsa kita ini? Pertanyaan ini
penting untuk kita sebagai warga negara Indonesia. Jawaban dari pertanyaan ini bukan saja diperlihatkan
dengan langkah mengisi acara di tanggal 17 Agustus. Kegiatan yang kita lakukan di hari
kemerdekaan hanya merupakan bagian kecil dari jawaban akan pertanyaan di
atas. Nah itu selintas mengenai
kemerdekaan bangsa yang kita cintai ini.
Pertanyaan di atas menjadi batu
loncatan bagi kita untuk merenungkan kemerdekaan kita dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita. Jikalau kita telah dimerdekakan oleh Kristus, apa yang kita lakukan untuk
mengisi kemerdekaan itu? Cobalah
merenung sejenak! Apakah kita telah
sungguh-sungguh hidup sebagai orang yang merdeka selama ini? Firman Tuhan hari ini berkata kepada kita: “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu
mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa,
melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”
Orang yang percaya kepada Kristus
adalah orang yang dipanggil untuk merdeka; mereka telah dimerdekakan oleh-Nya
(Gal. 5:1). Merdeka bisa diartikan
bebas, tidak mendapat tekanan, tidak terikat pada orang lain atau pada suatu
hal. Paulus katakan bahwa jemaat Galatia
yang telah percaya kepada Kristus telah merdeka.
Merdeka yang dimaksud adalah telah
dibebaskan dari kuk hukum Taurat oleh karya Kristus. Mereka yang percaya kepada Kristus tidak
perlu lagi melakukan sunat dan tunduk pada syarat hukum Taurat, sebab semua
tuntutan itu telah digenapi di dalam Kristus.
Hanya orang yang hidup di bawah hukum Taurat yang mengharapkan kebenaran
dari hukum Taurat. Orang yang percaya
Yesus tidak lagi mengharapkan kebenaran melalui hukum Taurat, sebab kebenaran
itu telah diberikan oleh Dia yang telah memerdekakan mereka.
Jemaat di Galatia rupanya dikacaukan
oleh pengajar sesat yang mengharuskan mereka untuk melakukan sunat dan harus tunduk
pada aturan hukum Taurat jika ingin diselamatkan; keselamatan di dalam Kristus
harus dilengkapi dan ditambahkan dengan ketaatan pada tuntutan hukum Taurat. Penggenapan hukum Taurat di dalam Kristus
belum cukup menurut pengajaran mereka.
Menyikapi persoalan di jemaat
Galatia, Paulus dengan tegas berkata, bahwa orang yang masih mengharapkan
kebenaran dari hukum Taurat: dia lepas dari Kristus (bnd. Gal. 5:4). Dengan tegas pula Paulus katakan, bahwa barang
siapa yang ada dalam Kristus Yesus, hal bersunat atau tidak bersunat tidak
memiliki arti apa-apa lagi, sebab hanya iman yang bekerja oleh kasih. Barang siapa hidup di dalam Kristus, ia tidak
lagi terikat dengan aturan hukum Taurat.
Kamu
telah dimerdekakan, tetapi ingat, janganlah
kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk hidup dalam
dosa. Firman Tuhan ini merupakan
teguran yang keras bagi kita selaku umat Kristiani. Betapa tidak?
Hari ini kita melihat banyak kali kehidupan orang Kristen tidak berbeda
dengan orang yang tidak mengenal Allah.
Menyebut diri orang Kristen tetapi hidup dalam perhambaan dosa.
Kita melihat bahwa ada banyak orang
mengaku Kristen, tetapi hidupnya dipenuhi dengan perhambaan dosa. Bahkan mungkin juga kita sendiri hidup
seperti itu. Mengaku Kristen, tetapi
hidup dalam perzinahan; mengaku Kristen, tetapi hidup dalam percabulan; mengaku
Kristen, tetapi saling menggigit dan menelan satu dengan yang lain; mengaku
Kristen, tetapi hati dipenuhi kedengkian terhadap sesama; mengaku Kristen,
tetapi tidak mau memaafkan orang lain; mengaku telah dimerdekakan, tetapi terus
diperhamba oleh dosa dan kedagingan. Jika
demikian, adakah kita telah mengisi
kemerdekaan di dalam Kristus dengan buah-buah kemerdekaan?
Paulus berkata: “Janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai
kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang
lain oleh kasih.” Jelas, kalau
kita telah dimerdekakan jangan sekali-kali kita pergunakan kemerdekaan itu
untuk menikmati dosa. Kata Yunani ελευθεριαν (eleutherian) yang
diterjemahkan kemerdekaan
menggambarkan bahwa kemerdekaan itu merupakan bagian Kristus yang diberikan
kepada kita sehingga kita merdeka di dalam Dia.
Kemerdekaan itu adalah anugerah dari Dia tanpa ada ruang usaha kita di
dalamnya. Kalau Ia tidak memerdekakan
kita maka kita pun akan terus diperhamba.
Bangsa kita merdeka karena perjuangan
para pahlawan kita yang begitu gigih. Kemerdekaan
bangsa kita diperoleh dengan darah dan kematian para pahlawan kita yang gagah
berani. Tetapi kemerdekaan kita di dalam
Kristus adalah kemerdekaan yang kita peroleh karena karena darah dan kematian serta
kebangkitan-Nya. Ia telah menang dari
segala musuh kita dan oleh kuasa-Nya Ia memerdekakan kita. Kemerdekaan yang Ia peroleh menjadi bagian
kita sehingga sudah seharusnya diisi oleh buah-buah kemerdekaan Kristiani yang
dipimpin oleh Roh-Nya, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri.
Jika kita telah sungguh-sungguh
dimerdekakan, hati-hatilah supaya kita tidak mempermainkan kemerdekaan
itu. Kemerdekaan itu dibeli dengan
sangat mahal oleh Tuhan kita. Kita tidak
bisa membelinya meskipun pun kita bergelimangan harta. Yesus membelinya bukan dengan uang atau
kekayaan. Dengan darah-Nya dan nyawa-Nya
Ia membeli kemerdekaan bagi umat-Nya. Janganlah
kita mengecewakan Dia jika benar kita telah mendapat kemerdekaan di dalam
Dia.
Kalau selama ini banyak kali kita
mempergunakan kemerdekaan kita dalam Kristus sebagai ajang untuk memperbanyak
kesalahan kita di hadapan Tuhan, ingatlah teguran Tuhan hari ini. Jangan lagi kita menggunakan kemerdekaan itu
untuk hidup dalam dosa. Sebaliknya,
gunakanlah kemerdekaan itu untuk memuaskan Raja kita. Tanggalkanlah kedagingan dan hawa nafsu
kita. Jangan lagi kita saling menggigit
dan menelan. Berikan pintu maaf bagi
yang bersalah kepada kita. Buanglah kebencian
dari hati kita. Layanilah seorang akan
yang lain di dalam kasih. Intinya: hiduplah sebagai orang merdeka dalam
Kristus, bukan sebagai budak dosa dan kedagingan.