Sabtu, 22 Agustus 2015

Jika engkau telah dimerdekakan oleh Kristus, hiduplah sebagai orang merdeka, bukan sebagai budak dosa dan kedagingan!



Galatia 5:13

Tanggal 17 Agustus yang lalu kita telah merayakan dan memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia.  Tentunya kita senang karena Tuhan telah memberi dan menjaga kemerdekaan bangsa yang kita cintai 70 tahun lamanya.  Berbagai ungkapan keceriaan dan kegembiraan pun nampak jelas di hari yang istimewa ini. 
Namun pertanyaan penting yang harus kita jawab: apa yang kita telah lakukan untuk mengisi kemerdekaan bangsa kita?  Apa yang kita lakukan untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa kita ini?  Pertanyaan ini penting untuk kita sebagai warga negara Indonesia.  Jawaban dari pertanyaan ini bukan saja diperlihatkan dengan langkah mengisi acara di tanggal 17 Agustus.  Kegiatan yang kita lakukan di hari kemerdekaan hanya merupakan bagian kecil dari jawaban akan pertanyaan di atas.  Nah itu selintas mengenai kemerdekaan bangsa yang kita cintai ini. 
Pertanyaan di atas menjadi batu loncatan bagi kita untuk merenungkan kemerdekaan kita dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.  Jikalau kita telah dimerdekakan oleh Kristus, apa yang kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan itu?  Cobalah merenung sejenak!  Apakah kita telah sungguh-sungguh hidup sebagai orang yang merdeka selama ini?  Firman Tuhan hari ini berkata kepada kita: “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka.  Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
Orang yang percaya kepada Kristus adalah orang yang dipanggil untuk merdeka; mereka telah dimerdekakan oleh-Nya (Gal. 5:1).  Merdeka bisa diartikan bebas, tidak mendapat tekanan, tidak terikat pada orang lain atau pada suatu hal.  Paulus katakan bahwa jemaat Galatia yang telah percaya kepada Kristus telah merdeka. 
Merdeka yang dimaksud adalah telah dibebaskan dari kuk hukum Taurat oleh karya Kristus.  Mereka yang percaya kepada Kristus tidak perlu lagi melakukan sunat dan tunduk pada syarat hukum Taurat, sebab semua tuntutan itu telah digenapi di dalam Kristus.  Hanya orang yang hidup di bawah hukum Taurat yang mengharapkan kebenaran dari hukum Taurat.  Orang yang percaya Yesus tidak lagi mengharapkan kebenaran melalui hukum Taurat, sebab kebenaran itu telah diberikan oleh Dia yang telah memerdekakan mereka. 
Jemaat di Galatia rupanya dikacaukan oleh pengajar sesat yang mengharuskan mereka untuk melakukan sunat dan harus tunduk pada aturan hukum Taurat jika ingin diselamatkan; keselamatan di dalam Kristus harus dilengkapi dan ditambahkan dengan ketaatan pada tuntutan hukum Taurat.  Penggenapan hukum Taurat di dalam Kristus belum cukup menurut pengajaran mereka. 
Menyikapi persoalan di jemaat Galatia, Paulus dengan tegas berkata, bahwa orang yang masih mengharapkan kebenaran dari hukum Taurat: dia lepas dari Kristus (bnd. Gal. 5:4).  Dengan tegas pula Paulus katakan, bahwa barang siapa yang ada dalam Kristus Yesus, hal bersunat atau tidak bersunat tidak memiliki arti apa-apa lagi, sebab hanya iman yang bekerja oleh kasih.  Barang siapa hidup di dalam Kristus, ia tidak lagi terikat dengan aturan hukum Taurat. 
Kamu telah dimerdekakan, tetapi ingat, janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa.  Firman Tuhan ini merupakan teguran yang keras bagi kita selaku umat Kristiani.  Betapa tidak?  Hari ini kita melihat banyak kali kehidupan orang Kristen tidak berbeda dengan orang yang tidak mengenal Allah.  Menyebut diri orang Kristen tetapi hidup dalam perhambaan dosa.
Kita melihat bahwa ada banyak orang mengaku Kristen, tetapi hidupnya dipenuhi dengan perhambaan dosa.  Bahkan mungkin juga kita sendiri hidup seperti itu.  Mengaku Kristen, tetapi hidup dalam perzinahan; mengaku Kristen, tetapi hidup dalam percabulan; mengaku Kristen, tetapi saling menggigit dan menelan satu dengan yang lain; mengaku Kristen, tetapi hati dipenuhi kedengkian terhadap sesama; mengaku Kristen, tetapi tidak mau memaafkan orang lain; mengaku telah dimerdekakan, tetapi terus diperhamba oleh dosa dan kedagingan.  Jika demikian, adakah kita telah mengisi kemerdekaan di dalam Kristus dengan buah-buah kemerdekaan?
Paulus berkata: “Janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.  Jelas, kalau kita telah dimerdekakan jangan sekali-kali kita pergunakan kemerdekaan itu untuk menikmati dosa.  Kata Yunani ελευθεριαν (eleutherian) yang diterjemahkan kemerdekaan menggambarkan bahwa kemerdekaan itu merupakan bagian Kristus yang diberikan kepada kita sehingga kita merdeka di dalam Dia.  Kemerdekaan itu adalah anugerah dari Dia tanpa ada ruang usaha kita di dalamnya.  Kalau Ia tidak memerdekakan kita maka kita pun akan terus diperhamba. 
Bangsa kita merdeka karena perjuangan para pahlawan kita yang begitu gigih.  Kemerdekaan bangsa kita diperoleh dengan darah dan kematian para pahlawan kita yang gagah berani.  Tetapi kemerdekaan kita di dalam Kristus adalah kemerdekaan yang kita peroleh karena karena darah dan kematian serta kebangkitan-Nya.  Ia telah menang dari segala musuh kita dan oleh kuasa-Nya Ia memerdekakan kita.  Kemerdekaan yang Ia peroleh menjadi bagian kita sehingga sudah seharusnya diisi oleh buah-buah kemerdekaan Kristiani yang dipimpin oleh Roh-Nya, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. 
Jika kita telah sungguh-sungguh dimerdekakan, hati-hatilah supaya kita tidak mempermainkan kemerdekaan itu.  Kemerdekaan itu dibeli dengan sangat mahal oleh Tuhan kita.  Kita tidak bisa membelinya meskipun pun kita bergelimangan harta.  Yesus membelinya bukan dengan uang atau kekayaan.  Dengan darah-Nya dan nyawa-Nya Ia membeli kemerdekaan bagi umat-Nya.  Janganlah kita mengecewakan Dia jika benar kita telah mendapat kemerdekaan di dalam Dia. 
Kalau selama ini banyak kali kita mempergunakan kemerdekaan kita dalam Kristus sebagai ajang untuk memperbanyak kesalahan kita di hadapan Tuhan, ingatlah teguran Tuhan hari ini.  Jangan lagi kita menggunakan kemerdekaan itu untuk hidup dalam dosa.  Sebaliknya, gunakanlah kemerdekaan itu untuk memuaskan Raja kita.  Tanggalkanlah kedagingan dan hawa nafsu kita.  Jangan lagi kita saling menggigit dan menelan.  Berikan pintu maaf bagi yang bersalah kepada kita.  Buanglah kebencian dari hati kita.  Layanilah seorang akan yang lain di dalam kasih.  Intinya: hiduplah sebagai orang merdeka dalam Kristus, bukan sebagai budak dosa dan kedagingan.
Jika engkau sungguh-sungguh ada dalam Kristus, ingatlah “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka.  Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih” (Gal. 5:13).  AMIN…!!!

Minggu, 09 Agustus 2015

Jika engkau yakin bahwa ada kebangkitan daging, pentingkah kebangkitan Kristus bagimu? Ulasan Firman Tuhan dari 1 Korintus 15:17




Ulasan Firman Tuhan dari 1 Korintus 15:17

“Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.”



Kita sudah terbiasa mendengar dan bahkan mengucapkan sebuah frasa, yaitu kebangkitan daging/tubuh.  Setiap minggu atau hampir setiap minggu kita mendegar dan mengucapkan gabungan kedua kata di atas.  Kebangkitan daging merupakan bagian dari pengakuan iman kita.  Pengakuan akan kebangitan daging adalah hal yang mendasar dari kita selaku orang percaya.

Segala sesuatu yang ada di dunia ini bersifat fana.  Manusia pun termasuk di dalamnya.  Tidak ada seorang pun yang hidup selama-lamanya di dunia ini.  Kematian pasti akan menimpa setiap manusia, tidak terkecuali umat Tuhan yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya.  Tetapi bagi umat Tuhan, kematian bukanlah penghalang dari pengharapan mereka, sebab di balik kematian ada kehidupan yang abadi.  Itulah sebabnya ketika orang yang sangat dikasihi oleh umat Tuhan dipanggil pulang oleh Dia, mereka tidak larut dan tinggal dalam kesedihan, karena Tuhan adalah segala dalam segalanya bagi mereka. 

Allah telah berjanji bahwa mereka yang percaya kepada-Nya sungguh-sungguh ada kepastian dalam pengharapan, baik di hidup ini maupun di hidup yang akan datang.  Bukti dari kepastian itu adalah kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.  Dia telah bangkit!  Kebangkitan-Nya menjadi jaminan bagi kebangkitan orang yang percaya kepada-Nya.  Kebangkitan Kristus menyebabkan kepercayaan kita kepada-Nya tidak menjadi sia-sia.  Sebab jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kita dan kita masih hidup dalam dosa.  Tetapi tidak demikian halnya.  Kristus telah bangkit. 

Kebangkitan Kristus tidak perlu diragukan.  Firman Tuhan telah menyatakan kebangkitan-Nya.  Firman Tuhan tidak berdusta tentang kebangkitan-Nya, sebab Tuhan bukanlah Pendusta.  Perkataan Paulus dalam ayat 17 telah didahului oleh bukti-bukti yang tidak usah diragukan lagi.  Saksi kebangkitan Kristus bukan hanya satu orang.  Mungkin kalau  saksinya hanya satu orang, dalam kemanusiaan kita, kita akan meragukannya.  Kitab Musa (Ul. 19:15) menerangkan bahwa keterangan dari dua atau tiga orang saksi sudah cukup untuk menegaskan kebenaran dari suatu perkara.  Tetapi saksi kebangkitan Kristus lebih dari 500 orang.  Bisakah kita menyangsikan kebangkitan-Nya?  Seharusnya tidak!

Kalau diperhatikan dari ayat 12 dalam pasal 15 ini, terdapat di antara jemaat yang menolak ajaran tentang kebangkitan orang mati.  Penolakan akan ajaran kebangkitan daging pun telah ada jauh sebelum Paulus menulis surat ini.  Kaum Saduki adalah salah satu golongan yang menolak akan adanya kebangkitan daging di zaman Tuhan Yesus.  Namun Tuhan Yesus dengan jelas menerangkan bahwa kebangkitan daging itu adalah hal yang mutlak, karena dengan kebangkitan daging, semua orang akan diperhadapkan pada takha Anak Allah yang Mahatinggi, Raja di atas segala raja. 

Ajaran kebangkitan daging telah dibuktikan oleh Tuhan Yesus sendiri.  Ia sudah bangkit dari kematian dan memberi jaminan bagi kebangkitan umat-Nya di hari kedatangan-Nya yang kedua kali.  Seandainya Tuhan Yesus tidak bangkit, maka percumalah kita percaya kepada-Nya, sia-sialah kepercayaan kita.  Tidak ada guna kita percaya kepada orang mati yang tidak bisa bangkit serta hidup selama-lamanya.  Sia-sialah kepercayaan kita jika kita percaya kepada yang tidak berkuasa atas maut. 

Ingatlah, musuh terakhir kita adalah maut.  Siapa yang bisa mengalahkan maut, kepada dialah kita harus menaruh pengharapan dan kepercayaan kita.  Lantas siapakah yang telah mengalahkan maut?  Adamkah?  Musakah?  Rasul-rasul Tuhankah?  Tidak!  Bahkan orang yang dipuja-puji oleh sekian banyak orang pun, semuanya telah dan akan mati dan tidak bisa bangkit dari kematiannya untuk hidup selama-lamanya.  Hanya ada satu Pribadi yang telah mengalahkan maut: YESUS KRISTUS!

Kemenangan Kristus atas maut membuat kepercayaan kita kepada-Nya tidak akan sia-sia.  Dia telah menang atas maut dan tidak mati lagi.  Dia telah menang atas maut dan meneguhkan kepercayaan kita pada-Nya.  Dia telah menang atas maut dan dengan tubuh kebangkitan-Nya Ia akan datang lagi ke dunia ini untuk menjadi Hakim atas semua umat manusia.

Seandainya Kristus tidak bangkit, kita adalah orang yang paling malang di antara semua manusia karena telah menaruh harapan dan kepercayaan kita kepada-Nya.  Seandainya Ia tidak bangkit, kita akan terus berkanjang dalam dosa karena tidak ada kuasa yang bisa menolong kita untuk lepas dari ikatan dosa kita.  Seandainya Ia tidak bangkit, maka binasa jugalah semua orang yang mati dalam Kristus.  Seandainya Ia tidak bangkit dan tidak ada kebangkitan daging, maka marilah kita makan dan minum dan memuaskan segala nafsu kita sebelum kematian menjemput kita. 

Tetapi tidak demikian adanya.  Setelah melakukan banyak hal di dunia ini, kematian akan menjadi bagian kita.  Setelah itu kita akan diperhadapkan pada takhta Kristus.  Kita yang percaya kepada-Nya dalam hati dan tindakan kita, akan menerima kemuliaan-Nya dan memperoleh sabat kekal bersama-sama dengan Dia.  Pada waktu kedatangan-Nya yang kedua, Ia pun akan membangkitkan dan mengenakan kita tubuh yang mulia, tidak dapat binasa, tidak lagi memiliki kelemahan, tidak dikuasai oleh dosa; sebaliknya kita memiliki hidup kekal bersama Dia dalam sukacita yang kekal.

Berbanding terbalik dengan hal di atas, mereka yang tidak percaya kepada Kristus, yang hidupnya di dunia ini digunakan dengan sia-sia, maka kemalangan tanpa batas akan tertimpa atas mereka.  Mereka pun akan dibangkitkan, tetapi dibangkitkan untuk menerima hukuman kekal.  Mereka tidak akan lagi menerima kemurahan Allah setitik pun, melainkan dukacita kekal yang menjadi bagiannya. 

Kita ingin memilih yang mana?  Pastilah kita akan memilih yang baik untuk kita, yaitu dibangkitkan untuk menerima hidup dan sukacita kekal.  Namun pilihan ini mewajibkan kita untuk membuang semua kedagingan kita, memikul salib kita di dunia ini dan mengikuti Kristus Yesus, Tuhan kita.  Hal mengikut Yesus bukan hanya berbicara mengenai pengakuan bibir kita.  Mengikut Yesus harus mencakup totalitas hidup kita. 

Barangsiapa yang dengan hati sungguh-sungguh percaya dan dengan mulut mengakui Yesus Kristus sebagai Juruselamat serta memperlihatkannya dalam kehidupan sehari-hari, dialah pewaris hidup dan sukacita kekal dan pada akhirnya ia akan dibangkitkan untuk memperoleh segala kemuliaan yang telah tersedia.  Dengan demikian, kebangkitan daging dan hidup yang kekal sebagai bagian dari pengakuan iman yang selalu kita dengar dan ucapkan tidak lalu dari kita, melainkan menjadi bagian kita kelak ketika Tuhan Yesus datang sebagai Raja atas segala makhluk.  AMIN!